XVII.

156 23 0
                                    

Adalah Seulgi yang duduk termenung di bangkunya. Ia menatap bukunya namun pikirannya berkelana kesana kemari.

"YA!" Irene duduk di meja Seulgi, membawa alt make up nya. Seulgi mendongkak, ia melihat Irene mengoleskan kuas di alat make upnya. Lalu Irene mengoleskan dengan kasar di wajah Seulgi.
Seulgi berusaha menolak namun kepalanya di pegang kuat oleh siswa lain di belakang. Mau tidak mau Seulgi pasrah.

Tidak berselang lama tawa keras terdengar. Semua siswa mulai memotretnya. Seulgi menunduk, beberapa kali siswa memeluknya untuk berfoto lalu menghinanya.

Seulgi yang sudah tidak tahan memutuskan untuk keluar kelas, di pintu ia melihat Taeyong yang baru saja masuk, Seulgi menatap sekilas sebelum akhirnya berlari keluar kelas.

Seulgi terus berlari. Ia berjalan menuju atap. Ia menangis sekencang kencangnya disana. Menghapus kesal make up tebal tersebut, Seulgi memukul dirinya sendiri, ia merasa benci dengan dirinya sendiri. Ia merasa tidak suka dilahirkan dengan keadaan sepertu ini. Ia benci dengan takdirnya sekarang.

"Kenapa hidupku seperti ini ?"

"Kenapa aku dilahirkan dengan takdir seperti ini ? Kenapa ?" Teriak Seulgi frustasi.

Adalah Sehun yang berjalan menuju kelas Seulgi, ia menatap melalui jendela namun ia tidak menemukan keberadaan Seulgi. Sehun memutuskan untuk pergi, menyusuri koridor lalu menaiki tangga.

Di atap Seulgi berdiri tepat di tepi. Ia mulai melangkah maju sampai ujung kakinya melebihi tepi atap tersebut. Seulgi memejamkan matanya merasakan angin yang mulai menerpa wajahnya.

Saat itu juga Sehun sampai di atap. Ia melihat Seulgi merentangkan tangannya, dengan cepat ia berlari, menarik tangan gadis itu, keduanya terjatuh.

"Apa kau sudah gila ?" Teriak Sehun

"Kenapa sunbae mencegahku ? Biarkan saja aku mati." Teriak Seulgi yang kembali bangkit ingin bunuh diri namun lagi lagi Sehun mencegahnya, membawa tubuh Seulgi ke dalam pelukannya, meskipun gadis itu terus meronta, namun Sehun tetap memeluknya. Perlahan Seulgi tenang, gadis itu mulai terisak kembali, air matanya membasahi jas seragam Sehun.

Adalah Taeyong yang berjalan menaiki tangga. Ia mencapai atap, namun ia berhenti seketika. Memperhatikan sepasang insan yang ia kenal sedang memeluk satu sama lain.

Sehun melepaskan pelukannya, ia membenarkan beberapa anak rambut Seulgi ,

"Takdir seseorang sudah menjadi kehendak-Nya. Kamu harus percaya bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita." Sehun menyentuh pundak Seulgi.

"Kau harus kuat. Harus."

"Sunbae." Gumam Seulgi

"Aku akan ada untukmu. Aku janji." Ucap Sehun.

"Karena aku menyukaimu." Sehun membuat Seulgi mematung di tempatnya, ia menatap mata coklat tersebut.

Perlahan Sehun mendekatkan wajahnya, mengikis jarak diantara keduanya, Sedetik kemudian bibir Sehun mencium bibir Seulgi, menyalurkan rasa cintanya dengan tulus. Tidak ada pergerakan disana. Seulgi merasakan ketulusan disana, ia ikut memejamkan matanya.

Taeyong yang berdiri jauh disana hanya diam di tempatnya. Di satu sisi ia berhasil lepas, namun di satu sisi rasa cemburu memenuhi setengahnya. Taeyong ingin menghentikan adegan tersebut, namun kakinya justru membawanya pergi meninggalkan atap.

Sepulang sekolah Taeyong memilih duduk di tempatnya, menatap bangku Seulgi yang kosong. Terlintas bayangan Seulgi yang duduk sambil menatap ke luar jendela, gadis itu tersenyum memperhatikan hujan yang turun di kala pelajaran sedang berlangsung. Bayangan Seulgi yang duduk dengan bullyan dari teman temannya.

Taeyong memejamkan matanya, ia menyentuh dada kirinya, merasakan sakit teramat disana. Tiba tiba saja ia dibawa ke masa lalu, dimana ia melihat pemandang Eunpo disana dan gadis kecil yang menghampirinya.

Taeyong membuka matanya cepat, nafasnya memburu. Ia merasakan kepalanya pusing. Ia lantas bangkit dan memilih pulang.

Sesampainya di rumah Taeyong dikejutkan dengan kehadiran Jennie dan orang tuanya. Taeyong membungkuk sebentar lalu berjalan menuju kamarnya, Taeyong melepas jas seragamnya, terduduk di tepi ranjangnya.

"Apa aku pernah pergi Eunpo ?" Tanya Taeyong dalam hati.

°°°

Adalah Jennie yang duduk di bangkunya, ia memainkan ponselnya, tidak berselang semua ponsel teman temannya berbunyi.

"Wah kau mengadakan pesta." Ucap salah satu siswa. Mereka semua mendapat undangan, Jennie akan merayakan ulang tahunnya.

Seulgi melihat ponselnya, ia juga diundang. Namun ia tidak suka. Karena nantinya ia akan jadi bahan ejekan.

"YA! Miskin kau harus datang. Hargai undanganku." Ucap Jennie sinis.

Seulgi hanya diam. Ia memasukkan ponselnya di laci, lalu menatap keluar jendela, ia beralih menatap tasnya, ia membungkuk untuk mengambil sesuatu, saat berhasil mendapatkannya barang tersebut justru terlepas dari tangannya. Benda tersebut menggelinding ke belakang tepat di samping Taeyong. Seulgi berjalan menghampirinya, saat itu juga Taeyong tidak sengaja melihat pergelangan tangan Seulgi yang diperban, ia jadi teringat kejadian malam itu saat ia menepis tangan Seulgi sampai akhirnya membuat gadis itu terjatuh.

Taeyong membuang muka.

Seulgi kembali ke tempatnya, ia duduk sambil menuliskan sesuatu di buku catatannya.

Semua siswa berbondong bondong keluar kelas untuk makan di cafetaria.
Taeyong masih diam di tempatnya, ia memperhatikan Seulgi yang mengeluarkan 2 bungkus roti dan sekotak kecil yang berisi buah buahan. Ia mendengar bunyi bungkusnya dibuka. Taeyong bisa melihat punggung Seulgi yang bergerak, menandakan gadis itu merasakan lega setelah memakan rotinya. Lagi Seulgi memakan rotinya, Seulgi bahkan bergumam betapa enaknya roti tersebut.

Taeyong melihat punggung Seulgi yang bergerak mengambil sebotol air putih di tasnya. Meneguk setengahnya.

Setelah memakan satu bungkus Seulgi beralih memakan beberap potong buah, ia menghabiskannya.

"Aku akan menyimpannya untuk ibu." Ucap Seulgi, menyimpan satu bungkus lainnya ke dalam tas.

Seulgi beralih memainkan ponselnya, ia memutar sebuah lagu. Seulgi memilih menatap ke depan, menikmati lagunya.
Seulgi tidak menyadari bahwa ada orang lain disana, orang lain yang menatapnya, mendengarkan lagu yang ia putar.

Taeyong menatap kepala Seulgi yang bergerak mengikuti alunan musik. Disinilah rasa itu muncul. Melihat Seulgi dalam diam, melihat Seulgi yang apa adanya. Membuat Taeyong merasakan detak jatungnya yang semakin cepat, sekaligus ingatan tentang Eunpo yang muncul seperti klise.

Seulgi kembali teringat kenangannya semasa di Eunpo. Ia seperti merasakan sosok laki laki itu ada di dekatnya. Seulgi menyentuh dada kirinya, merasakan detak jatungnya begitu kuat.

Seulgi beralih menatap jendela, ia memperhatikan pemandangan di balik jendela, dan tersenyum. Saat itu juga Taeyong merasakan pernah melihat senyuman itu sebelumnya.

Dari ekor matanya Seulgi menangkap bayangan di belakangnya, ia menolah dan pandangan matanya kembali bertemu dengan mata Taeyong. Seulgi ingin berpaling namun tubuhnya menolak hal tersebut, ia justru bangkit dan menghampiri Taeyong, berdiri di samping laki laki itu.

Tangan kecil Seulgi terangkat, perlahan mendekati rambut Taeyong. Seulgi mengusap pelan rambut tersebut, saat itu juga Taeyong seperti kembali diingatkan sesuatu namun tidak jelas.

"Lembut" gumam Seulgi.

TBC..

Stay With Me | Seulyong STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang