XXIII

144 22 5
                                    

Jaehyun masuk ke kamar Taeyong. Kemarin ia baru saja pulanh dari tour sekolah. Dan sore ini ia sudah sampai di kamar Taeyong. Laki laki itu sudah duduk manis sambil memainkan game.

"Kau mungkin akan terkejut." Taeyong mengalihkan pandangannya. Ia melihat Jaehyun mengeluarkan ponselnya.

"Sepertinya ia suruhan Jennie. Aku pernah bertemu satu kali dengan gadis ini." Jaehyun memperlihatkan foto yang lebih jelas. Dan tentu saja Taeyong mengenalnya juga. Karena gadis itu pernah menetap di Korea untuk waktu yang lama.
Taeyong mengembalikan ponsel Jaehyun.

"Jennie benar benar terobsesi denganmu." Jaehyun menatap layar komputer Taeyong sekilas,

"Terlebih ia punya segalanya. Itu semua mudah baginya." Tambah Jaehyun. Taeyong menatap lurus ke depan. Ia kembali teringat sesuatu tapi enggan berbicara pada Jaehyun.

°•°•°

Seulgi melangkahkan kakinya memasuki kelas setelah 5 hari izin. Ia memperhatikan suasana kelas yang sunyi karena semuanya fokua belajar mengingat 30 menit lagi ujian dimulai. Seulgi akui ia takut ujiannya akan gagal karena ia sudah izin 5 hari, otomatis membuat ia ketinggalan banyak.

Ujian hari pertama telah selesai. Seulgi mengemasi miliknya. Ia melihat ke arah lain dimana Jennie dan Taeyong terlihat duduk bersama dengan yang lain, Seulgi bisa melihat Taeyong begitu menyukai suasana itu. Seulgi menghembuskan nafas berat. Ia berjalan keluar kelas.

Flashback

"Aku akan mengakhiri semuanya." Taeyong berkata tanpa menatapnya.

"Apa maksutmu ?"

"Kita akhiri semuanya. Permainannya sudah berakhir, sekarang adalah waktunya kita kembali ke kebiasaan masing masing."

"Mwo ?" Seulgi menatap tidak percaya sosok laki laki di hadapannya itu.

"Kau akan terbiasa, memang seperti ini." Taeyong membuka pintu mobilnya tapi Seulgi mencegahnya.

"Taeyong, kenapa ?" Taeyong menghempaskan tangan Seulgi.

"Pura pura saja kita tidak mengenal bahkan di kemuadian hari." Ucap Taeyong, ia masuk ke dalam mobil, meinggalkan Seulgi sendirian yang menangis, Seulgi jatuh tersungkur. Disaat ia mulai berharap dan siap menunggu ia justru dijatuhkan oleh realita. Seulgi menundukkan kepalanya, ia merekas bajunya sendiri. Meluapkan rasa kecewa dan marah.

Seulgi menunggu di depan pos satpam. Ia menunggu Sehun, karena laki laki itu berniat mengantarkannya ke tempat kerjanya. Seulgi memutuskan untuk bekerja hari ini, sebenarnya ia sudah diperbolehkan bekerja sejak 3 hari yang lalu. Tapi karena ia harus izin Seulgi tidak bisa masuk hari pertama.

"Oh? Kang Seulgi. Kau jaga pos ya ?" Jennie melambai pada Seulgi. Tapi yang dilambai hanya membuang muka.

"Cih. " Jennie berjalan meninggalkan Seulgi, Di belakang Jennie Taeyong muncul dengan yang lain. Jaemin melirik sekilas Seulgi yang tersenyum karena Sehun sudah datang.

"Keduanya terlihat serasi." Ucaap Jaemin. Tanpa disadari Taeyong juga memperhatikan 2 insan tersebut. Ia melihat gadis itu tersenyum tulus saat Sehun membantunya membawa tas.

"Ayo." Ajak Taeyong.

°•°•°

Taeyong menghembuskan nafas berat, ia bangkit dari duduknya dan naik ke kamarnya. Ia merasa bosan dengan pestanya. Entah karena lelah, atau pikirannya yang berkelana kemana mana.
Taeyong menghempaskan tubuhnya ke ranjang, ia memejamkan matanya. Ia teringay senyum Seulgi hari ini. Gadis itu bahkan tersenyum pada Sehun, tapi kenapa setiap bersamanya ia hanya bisa membuat gadis itu menangis.

Taeyong mendengar ponselnya berbunyi, ia melihat pesan masuk dari ayahnya. Setelah lulus tentu saja Taeyong akn dilatih untuk masuk ke dunia ayahnya. Menjadi satu satunya pewaris perusahaan. Meskipun sulit Taeyong tidak punya jalan lain. Taeyong membalas pesan tersebut dengan kalimat singkat. Sebelum akhirnya larut dalam pikirannya sendiri.

°•°•

Taeyong membenarkan letak dasinya, ia menyambut sekretaris pribadinya, sudah berjalan 5 tahun dan diluar dugaan Taeyong dapat cepat beradaptasi sehingga sang ayah bisa meletakkan Taeyong untuk fokus pada sektor Seoul.

"Tuan anda mendapatkan undangan untuk datang di sebuah acara fashio week Seoul tahun ini." Sang sekretaris menyodorkan sebuah undangan dengan warna hitam yang mendominasi. Taeyong mengambilnya, ia membaca sekilas lalu mengangguk dan tersenyum.

Taeyong melirik jam tangannya, ia berniat untuk pergi makan siang, di kantin kantor Taeyong makan sendirian. Ia memilih tempat duduk di dekat jendela. Taeyong memperhatikan jalanan, ia menahan kepalanya untuk tidak menunduk selagi memandangi sebuah payung berwarna kuning mencolok. Taeyong kembali mengingat dirinya di Eunpo. Tiba tiba saja ia teringat pertemuannya dengan gadis kecil itu dan sejenak ia sadar bahwa gadis itu punya mata dan senyum yang sama dengan Seulgi.

Namun sebelum sesuatu itu berhasil mempengaruhi dirinya. Taeyong buru buru mengelngkan kepalanya.

"Kenapa aku harus memikirkannya lagi ?" Taeyong menyudahu makan siangnya, ia harus segera kembali bekerja.

Sedangkan Seulgi berbalik karena ia merasakan sebuah mata terua memperhatikannya dari belakang. Tapi yang ia dapati hanya sebuah pemandangan beberapa karyawan sedang makan.

"Kenapa hujannya tidak reda reda ?" Seulgi merogoh ponselnya. Ia harus pergi segera ke tempat penyelengarann fashion week. Karena kehadirannya sudah ditunggu.

Sesampainya di tempat Seulgi langsung berlari kecil menuju ruangan timnya. Seulgi disambut oleh ketuanya. Seulgi dan yang lain sedang berunding, memantapkan kembali apa yang akan dipertontonkan. Setelah selesai Seulgi berjalan menuju salah satu kursi kosong, ia sedang menunggu model yang akan memamerkan hasil rancangan tim nya.

"Irene-ssi selamat datang." Seulgi mematung di tempatnya saat nama tersebut masuk ke dalam telinganya. Ia melihat sosok gadis cantik dengan polesan make up tipis datang menghampiri timnya. Seulgi membungkuk sebentar, dilihatnya gadis itu mengulas senyum tipis namun ada smirk tipis di dalamnya.
Seulgi mencoba tersenyum, tidak bisa di pungkiri ia akan bertemu kembali dengan beberapa dari mereka, percayalah dunia ini begitu sempit.

"Tidak ku sangka pertemuan kita akan secepat ini." Irene menatap cermin di depannya, memperhatikan gaun cantik selutut yang pas di tubuhnya. Matanya melihat Seulgi yang mengulas senyum. Itu menjengkelkan, batin Irene.

"Aku juga." Seulgi menata rambut Irene. Dilihatnya gadis itu sedang mengangkat telepon dari seseorang.

"Aku sudah tiba. Kurasa kau harus menjemputnya. Dia ada di dekat sini."

"Hm. Hati hati." Seulgi beralih menata bagian depan rambut Irene. Ia harus mencoba berbagai tatanan rambut untuk gadis itu sebelum acara fashion digelar.

"Sekarang aku harus menahan rasa jijikku karena kau menyentuh rambutku." Irene berbicara sepelan mungkin,

"Kau harus menahannya sampai hari itu tiba." Balas Seulgi dingin, Irene mengulas senyum sinis.

Dan tiba tiba saja pintu terbuka, Irene bisa melihat jelas siapa yang datang. Seulgi yang sibuk mengambil beberapa pernak pernik yang jatuh hanya bisa mendengar suara derap langkah mendekat ke arahnya.

Saat Seulgi bangkit, ia membungkuk sebentar dan tentu saja melakukan kontak mata setelahnya. Ia merasakan kakinya lemas seketika, melihat Taeyong berdiri di hadapannya. Laki laki itu tampak berubah dengan rambut yang berwarna coklat dengan setelan kemeja tanpa jas.

"Kenapa meninggalkanku ?" Jennie merengek manja pada Irene.

"Kau lama di kamar mandi jadi aku meninggalkanmu."

"Aigoo kau terlihat cantik sekali." Puji Jennie. Jennie memperhatikan Seulgi yang berdiri mematung dengan mata terus memandangi Taeyong.

"Taeyong ayo kita lihat baju kita." Jennie melingkarkan tangannya di lengan  Taeyong, membuat laki laki itu tersadar dan mengangguk.

Seulgi menundukkan kepalanya dan pergi begitu saja, melewati Taeyong. Sedangkan Taeyong hanya bisa melihat punggung Seulgi di cermin. Sebelum akhirnya ia dibawa Jennie menuju ke tempat baju mereka di letakkan.

TBC




Stay With Me | Seulyong STOPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang