Part 11

1.4K 138 19
                                    

20 Oktober 2022

•••

"Kau sepertinya lupa sesuatu, Saljuku." Mendengar itu, Edora menatap Brendon dengan mata membulat sempurna, begitu lugu dan manis hingga Brendon tak bisa menahan senyuman sama sekali.

"Raja ... maaf?" Ia sepertinya tak tahu maksud Brendon.

"Sayangku, kau tak perlu seformal itu padaku, ingat? Tapi, tak apa, kau pasti belum terbiasa." Brendon mengusap rambut putih susu Edora, padahal dia putri salju, tetapi ia ternyata hangat.

Kedua pipinya saja memerah.

"Mm ... aku akan membiasakannya ...."

"Brendon, panggil aku Brendon, tak perlu Raja, tak perlu apa pun, panggil saja namaku, Saljuku."

"Bolehkah aku memanggilmu ... Sayang?"

Brendon tersenyum malu-malu karenanya. "Aku suka itu." Edora tersenyum manis, menatapi satu sama lain dalam diam, dan perlahan, wajah keduanya mendekat, menyapu jarak antar keduanya.

Semakin dekat ....

Begitu dekat ....

Dan akhirnya, kecupan antar bibir manis itu disatukan, mereka menikmati rasa satu sama lain selama beberapa saat tanpa siapa pun mengganggu, hingga akhirnya saling terlepas. Oh, getaran ini, semuanya, membuat sensasi merinding memanaskan seluruh badan. Mereka kembali bersitatap penuh cinta dan kasih sayang.

"Rasa yogurt yang begitu manis." Brendon memuji, memegang bibir Edora yang malu-malu terhadapnya.

Sampai, ia membulatkan mata kaget. "Oh astaga! Aku harusnya menikahimu dulu baru menyentuhmu begini, astaga, maafkan aku! Maafkan aku!"

"Eh?" Edora bingung, baginya sebenarnya tak masalah, tetapi raja, Brendon, kan sangat anti menyentuh sebelum nikah. Ini diajarkan oleh mamahnya, menghormati wanita, tetapi badan ini punya sesuatu yang berengsek yang sepertinya melekat soal wanita.

Pemain wanita!

Untung sih, Brendon hanya cinta pada satu orang, Edora.

"Besok kita akan segera menikah!" Brendon menegaskan dan Edora hanya tersenyum saja.

"Baiklah, kapan pun, Sayang."

Oh, dia sangat mencintai Edora sekarang, dia memang karakter yang loveable, meski yah yang Brendon tahu hanya di atas ranjang. Hehe. Akan tetapi, kemudian wajah Brendon menyendu.

Jodoh Edora di sini kan ksatria itu, Nataniel Barmond, kata ibunya sih kalau cinta harus siap melepaskan agar Edora bahagia. Iya kan?

Ia hanya mengikuti alur di sini.

Mungkin nanti dia hanya peluk cium peluk cium saja, tak sampai sejauh itu, karena Edora jodoh orang. Dahlah, mau bagaimanapun, ini bukan dirinya, bukan kehidupannya, Brendon harus legowo saja demi keselamatan Edora. Pergi setelah kematian raja bangs*t ini dibunuh pemeran utama.

Terpenting, dia menjaga Edora saat ini.

"Oh ya, aku haus, mau beli minuman di luar?"

Edora mengangguk menanggapi dan mereka pun keluar, Brendon memberikan uluran tangan pada Edora memperlakukannya layaknya tuan putri, dan siapa sangka ada Fredrin di samping kereta kuda yang membawa barang-barang pesanan mereka.

"Eh, Fredrin, kupikir kau belum datang." Brendon mengomentari kehadirannya itu.

Fredrin nyengir lebar. "Eh, Raja sendiri kenapa keluar? Ada perlu sesuatu? Tidak melakukan itu ya?"

"Melakukan apa--oh tidak ada yang namanya menyentuh wanita sebelum menikah, itu prinsipku, didikan orang tuaku!" Brendon menunjuk Fredrin kesal.

"Eh, maafkan aku, Yang Mulia." Pria itu menunduk takut, meski orang lain tetap saja Fredrin harusnya sadar ia menghormati rajanya siapa pun di dalam sana. Toh, orang seperti Brendon memang pantas dihormati.

Brendon menghela napas pasrah. "Kami ingin beli minum dan makanan, apa di sini ada warung?"

"Di sana, Yang Mulia."

"Masukkan saja belanjaan ke kereta, kau ikut kami!" perintah Brendon dan Fredrin menuruti. Mereka pun mulai berjalan sesuai arahan Fredrin.

Sementara Edora yang sedari tadi menyimak hanya tersenyum hangat melihat tingkah baik hati suaminya. Rasanya ia tak menyangka, raja tak semengerikan yang mereka bilang, dia justru pria penyayang dan amat baik padanya. Gadis itu memegang dadanya yang berdegup tak keruan, kedua pipinya memerah ranum, ini ... perasaan itu kah?

"Edora, kenapa? Apa dadamu sakit?" tanya Brendon melihat Edora saat ini, ia begitu khawatir.

Edora menggeleng. "Aku baik-baik saja, Sayang. Ini hanya reaksi ... karena aku jatuh cinta padamu."

"Eh?" Brendon terkejut akan ungkapan itu, dia superlugu dan polos banget ternyata, sampai sebegitu jujurnya pada perasaannya.

Oh, astaga ....

Seperti disambar cinta.

Fredrin yang melihat kapal terus berlayar terkikik diam-diam.

"Fredrin, besok kami akan menikah." Dan dia terkejut dengan ungkapan Brendon saat itu juga. "Tolong siapkan segalanya."

"Siap laksanakan, Raja!" Fredrin sangat siap tanggap pada apa pun perintah raja barunya tersebut.

Mereka meneruskan kegiatan jalan-jalan hingga tiba hari mulai menyore, mau tak mau mereka harus pulang, meski demikian terpancar jelas kebahagiaan antar ketiganya di sana, terutama pasangan calon suami istri Brendon dan Edora. Mereka bergandengan erat tak ingin saling melepaskan.

Besok, adalah hari peresmian keduanya, dan mereka sangat tak sabar dengan hal tersebut.

Sementara itu, di sisi lain ....

Fredrin menuju ke dunia Brendon lagi, tepatnya ke rumah sakit tempat tubuh asli tuannya itu dirawat, waktu berhenti saat ini dan dia dengan santai memasuki ruangan meski ada keluarga Brendon di sana.

"Raja ...." Fredrin menatap tubuh asli Brendon dengan tatapan aneh, di kepalanya hadir ingatan demi ingatan ....

Ingatan menyakitkan tentang perlakuan raja padanya. Raja di masa lalu, yang menghancurkan masa depannya. Fredrin jones ratusan tahun, terjebak di tubuh tua, tak pernah lagi bertemu keluarganya yang bahkan ia tak tahu sekarang yang mana.

"Aku ... aku tak rela kau kembali, aku suka raja baruku, dia lebih pantas ...." Di tangan Fredrin, ada buku novel Snow, buku novel soal raja tersebut. "Jika penulis novel ini menulis alur yang begitu, maka aku akan membuat alur lain, alur yang jauh lebih bahagia untuk semua orang."

Dia tak suka alur buku novel yang dibacanya, sangat. Karena faktanya, Fredrin sendiri membenci Nataniel, pria itu anak emas raja, selalu saja dia, sementara raja yang asli pria kejam yang tak pernah peduli padanya. Berbeda dengan Brendon saat ini, Brendon yang ada di dalam tubuh rajanya.

"Aku berpihak pada Raja Brendon Srinarendra dan Ratu Edora. Bukan padamu, bukan pada Nataniel. Novel ini ...."

Novel di pegangan Fredrin itu mulai terbakar cepat.

"Akan berakhir sesuai keinginanku, SILITan!"

Setelah mengutarakan kebenciannya itu, Fredrin kembali ke perpustakaan yang sepi, dipenuhi rencana matang di kepalanya dan dia amat jaga agar tak terdengar melalui telepati oleh rajanya saat ini.

Jujur, dia tak bermaksud membuat Brendon terjebak selamanya di sini, menggantikan rajanya, menjauhkannya dari keluarga aslinya. Namun, bukankah Brendon lebih bahagia di sini? Ya, ia akan membuat Brendon tak mau kembali dengan semua kemanjaan yang ada, dan jika gagal.

Ia masih punya rencana B.

Rencana di mana, dia akan membuat Brendon tak punya pilihan lain karena tak akan pernah kembali ke tubuhnya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

VILLAIN HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang