Part 2

4.7K 327 37
                                    

5 Oktober 2022

•••

Brendon bangun dari tidurnya, bangkit dari selimut layaknya mayat hidup karena mata yang masih berpejam. Meski demikian, tubuh loyo bak zombie itu mulai bangkit, berdiri, dan berjalan pelan menuju samping, ke arah sebuah tembok dan kemudian, dia berhenti.

Tangannya seakan mencari-cari sesuatu di dinding itu, dan karena tak menemukannya, wajahnya gelisah, hingga spontan membuka mata lebar-lebar.

"Wait, pintu kamar mandi ... mana?" Dan Brendon, kemudian menatap sekitaran.

Ia masih berada di ... tempat yang sama! Sebuah kamar asing yang sempat ia hancurkan tetapi kali ini kembali bak seperti semula. Napasnya spontan memburu, menatap tubuh serta meraba tangan yang jelas seluruh gestur bukanlah dia, seperdetik kemudian berusaha menenangkan diri.

"Oke, santai santai, ini masih mimpi. Kalau bukan mimpi, mustahil, ni kamar udah gue ancurin. Gue perlu ... ah, hal yang bikin gue kaget sampe bangun tidur." Brendon mulai memiliki ide yang baginya sangat cemerlang.

Pemuda itu menatap ke arah balkon kamar yang tak jauh dari tempatnya berdiri, menarik hembus napas beberapa kali, sebelum akhirnya berlari cepat, sangat cepat melebihi kecepatan angin dan Brendon sudah ada di luar balkon, BENAR-BENAR di luar balkon karena sang pemuda tak lagi berpijak di lantai.

Ia tepat ada di udara lepas, sehabis melompat bebas ....

Brendon memejamkan mata seiring ia rasakan, tubuhnya ....

Eh, wait?

Brendon melompat, lho heh?!

"Kok gue gak jatuh?!" pekik Brendon, nyatanya dia berdiri di atas udara tanpa alas.

Mimpi ini, terasa amat gila!

Ia menggaruk kepalanya frustrasi, berteriak cukup kencang setelahnya, yang membuat perhatian orang-orang, para pengawal, menoleh ke atas.

"Tu-Tuan, ada apa?" Salah seorang pengawal bertanya.

"Mau mati." Brendon menjawab dengan dengkusan pelan.

"Ma-maafkan saya, Tuan. Maafkan saya yang lancang, tolong ampuni saya, Tuan, ampuni!" Dan pelayan itu malah meminta ampun, Brendon menggaruk belakang kepala bingung kenapa dia melakukannya, sampai dia sadar ungkapannya rada ambigu.

Andai diganti jadi pertanyaan, mau mati? Pasti itu nada ancaman.

Benar, masuk akal, mimpi ini aneh juga sampai seseorang bisa salah sangka begitu. Lalu berdiri di atas udara, hal yang sama anehnya. Brendon pernah sih mimpi terbang, tapi sampai sejauh ini ... kenapa semuanya terlalu nyata?

Mulai dari wujudnya, keadaannya, semuanya.

Apa dia sebenarnya sungguh masuk ke sebuah novel dan menjadi pemeran villain di sana?!

Tidak, tidak, hal mustahil. Hal mustahil. Brendon berusaha berpikir jernih, tetapi isi kepalanya campur aduk, kalut, bingung, kemudian dia menatap langit-langit, rembulan yang hampir sempurna ada di depan mata. Ia mengabaikan segalanya, pusing memikirkan ini itu semua!

Hingga tanpa pikir, Brendon berlari di udara, tak memikirkan apa pun selain ke depan, seakan mengejar bulan. Para pengawal bingung, tetapi tak ada yang berani mengikuti sang tuan yang terus saja begitu hingga akhirnya, Brendon berhenti, ia tepat berdiri di atas sebuah desa yang kumuh, tak menyadari keberadaan pria tampan shirtless di atas mereka, menatap dengan mata merah menyala.

Matanya menangkap objek yang lain dari yang lain, seorang gadis cantik yang terlihat bersinar di antara orang-orang lain. Perbedaan signifikan dia dan orang-orang lain adalah ....

VILLAIN HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang