Part 4

2.7K 248 18
                                    

13 Oktober 2022

•••

Saat Brendon frustrasi melihat ratusan bahkan mungkin jutaan buku di rak bertingkat di depan matanya, seseorang menghampiri pria itu, seorang pria tua yang sepertinya ....

Entahlah, tetua mungkin?

Meski terlihat lebih tua, tetapi ia terlihat amat menghormati Brendon. "Raja, ada apa Anda ke sini? Anda butuh sesuatu?" Ada gestur keheranan yang kentara, Brendon dengan melalui telepati ia tengah heran karena raja tak pernah kemari.

Oke, bahkan Raja Brendon SILITan ini tidak suka buku, sepertinya.

Namun, Brendon rasa, tetua ini kutu buku. Kepalanya botak, tanda banyak berpikir. "Mm ... aku perlu bantuan."

"Bantuan apa, Yang Mulia?" tanyanya.

Brendon berpikir sejenak, apa dia menyebutnya ya? Ia sih tak peduli banyak orang curiga dia bukan raja, toh kekuatannya ngeri siapa yang berani melawan, ia hanya ingin keluar dari sini. Titik.

"Konsep multiverse?" Brendon menjawab dengan nada bertanya, ia tahu konsep ini sih dari film yang dia tonton.

"Dunia lain, Raja?"

Brendon menjentikkan jari. "Benar, itu. Berpindah, teleportasi, bisa tidak?" tanya Brendon, langsung saja ke intinya.

"Ah, ya, bisa, Raja." Wajahnya agak kikuk, dia bertanya kenapa Brendon ingin tahu hal ini, tetapi pertanyaan itu disimpan saja di kepalanya.

"Kalau begitu, bagaimana?" tanya Brendon, mengulurkan tangan.

Dan pria itu mengangkat tangannya, Brendon awalnya bingung dia mau apa, tetapi kemudian beberapa buku terbang di udara. Wow wow, si tetua bisa telekinesis, apa dia bisa? Brendon juga ingin coba.

Dengan iseng, Brendon mengarahkan tangannya juga, dan Brendon tersenyum semringah melihat buku yang mulai bergerak juga. Dia bisa telekinesis, mantap. Akan tetapi, sepertinya dia tak bisa mengontrol kekuatannya, karena kala Brendon menarik buku itu lagi.

Buk!

"Eh, astaga!" pekik Brendon kaget karena buku menghantam keras tetua malang yang ingin mengambilkan buku untuknya, SANGAT keras, membuat si pria tua langsung pingsan seketika. "Aduh, jangan mati, jangan mati."

Saat mengecek kondisinya, meski tak berdarah, tapi jedotan tepat di jidat itu pasti menyakitkan. Oh, syukurlah, dia hanya pingsan, dan Brendon tak sengaja sumpah. Beberapa buku lalu berjatuhan karena tiada lagi kekuatan magis menghalangi, fokus Brendon ke sana, ia mulai menghampiri buku-buku yang digerakkan si tetua tadi.

"Buku yang mana, ini bahasa apaan pula? Hadeeeh!" pekik Brendon, sempat ia frustrasi lagi, andai dia tak membuat TKO si tetua pasti gampang.

Namun, syukurlah, ada translate otomatis melalui matanya, berubah jadi bahasanya sendiri.

"Woah, keren banget ni orang, kekuatannya OP."

Uh, tapi sih ....

"Hadeeeh, gue baca yang mana dulu nih? Gue nyadarin tetua ntu dulu kali, ya?" Brendon bertanya, benar juga, dia kan OP.

Akhirnya, kembali dia menghampiri si tetua, memberikan kekuatannya secercah selayaknya pada si cantik putih Edora. Dan syukurlah, sadar.

"Ra-Raja, maafkan saya, saya--"

"Bantu aku mengecek buku ini." Dia males, tapi pasti tetua ini tidak kan?

Hehe.

"Ba-baik, Yang Mulia Raja." Dan berikutnya, kini si tetua bangkit berdiri, mengambil buku di tangan Brendon dan kembali memakai telekinesisnya. Membuka buku dan menuju ke suatu halaman. "Raja, Anda hanya perlu fokus memikirkan portal menuju dunia yang ingin Anda tuju."

VILLAIN HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang