Dan Brendon tak tahu, tubuhnya tergerak dengan sendirinya, sungguh, hingga menggendong si cantik putih dengan gaya bridal, membawanya terbang di udara dan si putih begitu tenang seraya memeluk lehernya agak takut-takut. Semua itu terjadi begitu saja dengan alasan kasihan jika ditinggalkan di sana dan kembali disiksa.
Ada sedikit hal yang menegak tetapi bukan keadilan, tetapi tepis dulu hal ini.
Kini, mereka sampai di depan kerajaan, Brendon turun dengan pendaratan mulus bersama si putih dalam gendongan. Beberapa pengawal ada di sana dan sedikit menjaga jarak karena belum ada perintah apa pun. Sementara itu Brendon, kini diam, ia menatap gadis dalam rengkuhannya sekali lagi. Entah gadis itu terlalu kurus atau Brendon terlalu kuat, ini hanya seperti menggendong kapas.
Selain ringan, amat pula rapuh.
Ia jujur saja masih bingung, dunia apa ini?
Namun, ia mulai mengingat satu hal, sebuah nama yang sempat dia lupakan.
"Namamu ... Deodoran bukan?" tanya Brendon akhirnya, dan si putih mendongak.
"Lah, kok Deodoran, gak mungkin namanya itu!" Brendon menggumam sendiri.
"Apa pun Raja ingin memanggil saya." Jawaban gadis putih itu membuat Brendon sedikit bingung, tetapi daripada itu, ia rasa inilah sifatnya, dia memang sangat penurut di novel sampai pemeran utama membuka matanya dan mulailah pemberontakan.
"Bukan bukan, namamu siapa?" Brendon mencoba mengorek, ingin mencari kebenaran yang sebenarnya masih awang-awang.
Sang gadis sedikit terkesiap mendengar rajanya menanyai hal itu, segera ia menenggak saliva ketakutan karena merasa salah. "Maafkan saya, Raja. Nama saya, Edora."
"Ah, Edora, jadi bener." Brendon bergumam.
Apa ini sungguhan dia berada di dunia novel bokep adiknya itu? Tapi bagaimana? Apa ini hanya mimpi? Brendon sering sih nonton dan baca anime atau manga bertema isekai, tetapi ia tak menyangka dengan yang satu ini. Nyata atau tidak sih? Wajah Brendon menggelisah seraya menatap sekitaran, sampai ia sadar keberadaan para pengawal yang sedari tadi ia abaikan.
Brendon terkejut, tunggu tunggu!
Ia lalu menatap tubuhnya sendiri, pun si gadis yang masih setia dalam pelukan, kemudian mereka lagi. Oh, dia baru saja melakukan hal tak senonoh, menggendong gadis dengan keadaan telanjang dada di depan banyak orang! Dari tatapan para pengawal mereka ....
Eh, mereka takut sih, tapi mungkin isi kepala mereka ....
Mata Brendon membulat sempurna, ia bisa mendengar isi kepala mereka, dan mereka bertanya soal gadis ini. Gadis sesembahan untuk raja. Oh, benar ... mereka tak akan kaget karena raja orangnya memang suka main wanita, sih, dan kali ini juga sesembahannya, yang dijemput sendiri, mereka kaget bagian ini sih, tetapi ah bodo lah.
Brendon lalu memilih terbang lagi meninggalkan mereka, naik ke bagian atas kerajaan yang ia ingat adalah kamarnya, ia masuk ke sana kemudian mendudukkan Edora ke kasur.
"Mm ... maaf sebentar." Edora kembali kaget mendengar penuturan hangat dan permintaan sang raja.
Seakan, bukan hal yang biasa dia dengar dari pria itu, apa rumornya keliru?
Brendon kini menuju lemari, mencari pakaian ....
"Halah, pada gini semua bajunya." Glamor, ala raja kebanyakan, Brendon tipe yang tak suka pakaian dengan banyak aksesoris, ia biasa memakai pakaian serba polos, tetapi kali ini dipaksa memakai yang lain?
Ck ....
Oh, benar, dia kan punya kekuatan di sini? Mari, bayangkan, baju, serba hitam, celana panjang, dan ....
Mata Brendon terbuka, ia sudah merasakan ada yang membalut tubuhnya, dan sesuai dugaan ... Brendon tersenyum melihat baju santai serba hitam yang kini digunakannya. Nah, kalau ini kan nyaman.
Sekarang, tinggal Edora.
Kala menoleh, Edora sedikit takjub, apa mungkin karena pakaian yang tidak pernah dilihatnya ini? Karena memang, Brendon melihat pakaian orang-orang di sini sangat ... berbau kerajaan. Ini pakaian dia di dunia nyata.
Uh-oh, melihat wajah supercantik itu berekspresi lugu, Brendon jadi tidak tahan, pantas sih setiap bertemu ada rasa tak tertahankan hingga terjadilah pergulatan. Brendon, tak mau hal itu, mereka belum menikah, dan dia tak ada niatan bermain lebih jauh, ia hanya menolong gadis ini.
Intinya, ia ingin keluar saja dari sini.
"Ayo, kita temui pelayan untuk menyediakan kamarmu."
Lagi dan lagi, Edora begitu lugu dan penurut, ia kemudian berjalan bersama Brendon keluar layaknya seekor anjing pada majikannya. Jujur saja, Edora ... lucu, sekaligus membuat Brendon miris.
"Edora." Brendon akhirnya memanggil.
"Ya, Raja?"
"Kadang, tak apa mendengarkan kata hatimu, kau manusia yang punya hak, dan kau berhak memutuskan takdir apa yang ingin kamu jalani." Brendon berkata, dan kemudian dia sedikit bergumam, "Anjir keren banget gue."
Ia lalu menatap Edora yang menunduk, kedua pipinya memerah ranum dan itu sangat terlihat jelas di kulit seputih susunya. "Baik, Raja. Saya akan menuruti nasihat Anda."
Kalau boleh jujur, itu sebenarnya nasihat yang diberikan pemeran utama, bukan dia. Nasihat yang dia beri saat di atas ranjang, sih, jadi Brendon tahu sikit lah.
Kini, sampai di tempat para pelayan. Brendon langsung saja to the point. "Berikan kamar yang nyaman untuk Edora. Dan Edora, apa kamu sudah makan?" tanya Brendon.
Edora menggeleng. "Be-belum, Raja."
"Kalau begitu, sebutkan saja kebutuhanmu pada pelayan, mereka akan melayanimu." Brendon tersenyum kecil.
Lagi dan lagi, tindakan ngalus Brendon sedikit membuat kaget semua orang, Brendon bisa mendengar isi kepala mereka, beberapa komentar soal pakaiannya yang lain dari yang lain, tetapi dia bodoh amat ajalah. Yang terpenting, dia sudah menyelamatkan pemeran utama dari kehidupan sengsara.
Sekarang, dia akan keluar dari sini, apa dia punya kekuatan untuk itu?
"Baik, Raja." Para pelayan pun membawa pergi Edora bersama mereka sedang Brendon sejenak memandangi sebelum akhirnya berbalik.
Ia siap melangkah, tetapi diam kemudian. "Kenapa ... gue gak bisa baca pikiran pemeran utama?" Benar, semua pikiran bisa Brendon dengar, tetapi pemeran utama itu, Edora, sama sekali tak ada yang terdengar.
Apa dia tak memikirkan apa pun, ataukah dia istimewa?
Mungkin yang kedua sih, oh benar Brendon baru ingat, memang Edora istimewa, penampilannya saja beda jauh dari karakter mana pun. Raja tergila-gila pastilah bukan tanpa alasan, iya kan? Banyak sekali hal yang tertinggal, referensi Brendon benar-benar seadanya.
Lalu omong-omong, lagi, apa kekuatannya bisa membuatnya keluar dari sini?
Brendon memejamkan mata, bayangkan, bayangkan, bayangkan ....
Mata terbuka, tak terjadi apa-apa.
"Lah, kok?" Brendon berpikir, bukannya raja iblis ini bisa melakukan apa saja, tetapi kenapa kali ini ... duh, apa karena dia tak tahu caranya ya?
Oh, benar, biasanya kalau kerajaan begini, ada perpustakaan serba ada. Mata Brendon memejam, bisakah dia berteleportasi? Oh, ada angin sekilas yang ia rasakan dan saat membuka mata ....
Matanya melotot seraya mengedarkan pandangan ke sekitaran, rak-rak menjulang tinggi, buku-buku tersusun rapi, dan segala hal tampak ....
"Bang***, masa gue kudu nyari satu-satu?! Gue males baca!!"
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
VILLAIN HUSBAND
Romansa21+ Bagaimana jadinya jika kamu terlempar di sebuah novel dewasa dan menjadi suami kejam, sang raja iblis, dari pemeran utama wanita, kemudian berakhir tewas di tangan sang pemeran utama pria?