Part 10

1.3K 191 9
                                    

Dan mereka pun membeli cawan sesuai keinginan Edora, wanitanya itu sangat bahagia dengan apa yang didapatkannya. Cawan ini padahal hanya cawan biasa, sederhana, tetapi ukiran tangan di atas dan bawah kayu cokelat tersebut amat indah. Di sini harganya pun murah, hanya lima perunggu satu, kalau di dunia nyata ini mahal pasti.

Karena tingkat kesulitan dan ketelitian.

"Apa yang kau mau lagi, Edora?" tanya Brendon memastikan, Edora persis anak kecil yang dibelikan mainan keinginannya.

"Sudah, Raja. Saya sangat bahagia dengan ini." Brendon tersenyum hangat, kemudian mengerling ke Fredrin yang memberikan acungan jempol.

"Oh, ada kereta kuda di sini, pasti Edora lelah berjalan, kan?" Edora mengangguk, ia jujur pada sang raja. "Nah, bawa kami berkeliling, akan kuberi kau ... 100 koin emas!"

"Eh, Raja, i-itu terlalu banyak, Raja. Hanya satu perak perorang saja, Raja."

"Kau membawa seorang Raja, calon istrinya, dan sobat setianya, dan itu dalam jangka waktu lama. Fredrin akan mengirim tabib juga ke rumahmu langsung, anakmu sakit, kan?"

Pria pengendara kereta kuda itu terkejut akan ungkapan sang raja. Ya, Brendon tahu dari isi kepala si pria yang begitu kalut memikirkan keluarganya, bahkan ia terpaksa kerja meski anaknya sakit-sakitan karena perlu uang demi berobat.

"Siap laksanakan, Raja." Fredrin memberikan hormat gerak pada Brendon sebelum akhirnya pergi sejenak.

"Raja, terima kasih banyak, Raja. Anda sudah menyelamatkan keluarga saya, Raja ...." Ia tak menyangka sang raja yang terkenal beringas dan kejam, mengulurkan sebuah bantuan padanya. Orang-orang yang ada di sini pun tak menyangka akan semua tindakan raja, sedari tadi, seperti orang lain.

Hanya saja, mereka sebenarnya lebih suka raja yang begini, meski rada was-was karena bisa saja ada sesuatu, tetapi Raja tampaknya sangat ... memikirkan rakyatnya.

Brendon spontan menoleh, ada suara irisan pisau pada tangan, darah jatuh ke lantai dan itu semua terdengar dengan baik, bahkan terasa pula di seluruh inderanya. Ada seseorang yang terluka ....

Benar, Brendon melihatnya, dia terluka cukup parah karena mengiris sesuatu, tetapi tak fokus akibat mereka saat ini. Oh, ini kesempatan bagus.

"Raja, dia ... terluka." Edora berkata, tampak menyadari juga kenapa Brendon menoleh sedemikian rupa.

"Edora, kau bisa menyembuhkan luka dengan kekuatanmu, kan?"

Edora terkejut akan penuturan itu. "Menyembuhkan?"

"Mm-hm, aku bisa merasakannya, anugerah sang langit padamu, sang dewi salju, gadis seputih salju. Kau punya kekuatan itu." Edora terdiam, ia memandang kedua tangannya.

"Saya akan mencobanya, Raja." Brendon tersenyum dan mereka pun menghampiri insan yang terluka itu, tampak kesakitan dan mengaduh, jelas ngilu karena irisannya begitu lebar.

Edora mengumpulkan segenap keberaniannya, serta merta kekuatannya, penuh keyakinan karena percaya akan ucapan sang calon suami. Edora lalu memegang tangan si penjual daging tersebut.

Namun, si penjual daging menarik tangannya, agak ketakutan. "Ti-tidak apa, Raja, Ratu, saya ... baik-baik saja." Edora menyendu, ada gestur keraguan kemudian. Oh orang ini ....

Brendon berdecak pelan, orang ini takut dengan calon istrinya membawa kutukan karena sentuhan tersebut.

"Berikan calon istriku kesempatan menyembuhkanmu." Dengan tatapan garang raja, akhirnya si penjual daging mengulurkan tangan pada Edora, Edora memegangnya lembut dan mulai memejamkan mata.

Kumpulkan, fokuskan, kekuatannya ....

Whoa, keajaiban, semua orang melihat jelas dari tangan Edora mengalir kristal-kristal salju yang khas, mengitari luka itu dengan lembut, berkelip bercahaya selama beberapa saat, sampai kemudian ....

VILLAIN HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang