24 November 2022
•••
Sebuah mata terbuka, melihat ke sekitaran yang buram, dan perlahan menjernih. Tampak beberapa sosok terlihat oleh mata itu, dan kala lebih jelas ....
"Kakak, Kakak akhirnya bangun!" Sebuah pelukan diterima, ia menatap sosok gadis muda, dan kedua orang dewasa yang sepertinya orang tua mereka.
"Sayang, akhirnya kamu bangun!" Itu sang ibu berkata, dan kemudian ayahnya tersenyum haru mengusap kepalanya.
"Mah ... Pah ...." Pemilik mata bersuara serak, dan dia, tak lain dan tak bukan adalah Brendon yang baru saja sadar dari komanya.
"Iya, Sayang. Kami di sini. Jangan capek-capek dulu, ya." Ibunya mengingatkan.
Tak lama, beberapa dokter pun datang memeriksa keadaan Brendon, dan syukurlah pemuda tersebut baik-baik saja. Brendon sejenak menatap sekitaran setelah kepergian sang dokter.
"Aku kenapa?" tanyanya dengan nada suara lemah, masih serak tak terlalu bertenaga.
"Kakak tabrakan, terus koma." Adiknya, Bianca menjawab.
"Oh, gitu ...." Brendon terdiam sejenak. "Pantes rasanya ... kayak mimpi panjang."
"Keknya bukan mimpi deh, Kak. Soalnya ...." Bianca tak meneruskan, aneh rasanya kalau bilang kakaknya bergentayangan karena yogurtnya yang beberapa kali hilang.
"Apa?"
"Yah, namanya orang koma, mungkin Kakak ... sense sekitaran gitu." Masuk akal, Brendon menghela napas saja.
"Gimana perasaan kamu sekarang, Brendon?" tanya sang ibu.
"Baik, Mah. Aku ... udah gak papa."
"Syukurlah kamu sadar, Sayang." Kembali, keluarganya memeluk Brendon, yang masih berusaha mencerna apa yang barusan terjadi. Ia merasa telah melakukan sesuatu, yang besar, dan sangat berbelit, tapi apa?
Dia lupa.
Apa ya?
Oh, kepalanya terlalu sakit berpikir, Brendon memilih memejamkan mata setelahnya.
"Tidur aja kalau ngantuk, Sayang. Kami bakalan jagain kamu." Mendengar suara lembut ibunya, Brendon akhirnya jatuh dalam tidurnya.
Selama beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya, Brendon sembuh dan bisa kembali pulang ke rumah. Pemuda itu menatap rumahnya yang katanya sudah lama tak dia datangi, jelas hanya seminggu lebih, tak banyak yang berubah, kecuali beberapa bunga milik ibunya mulai bermekaran lebih bagus.
Brendon menghela napas lega.
Untuk beberapa saat, Brendon tak diperbolehkan ke sekolah, tetapi pemuda itu bahagia karena teman sekelasnya menjenguknya, Gilang CS dan lainnya, mereka menyambut kesembuhan Brendon dengan buah tangan serta merta ucapan doa. Berjalan baik seperti semestinya, Brendon tak sabar untuk sekolah lagi.
Dan syukurlah, kondisinya yang semakin membaik, membuat Brendon boleh bersekolah, tentunya sih masih dalam pengobatan rawat jalannya, tetapi tak masalah kalau sekadar sekolah. Kali ini, ia diantar jemput sang ibu, yang masih tak membiarkan Brendon jalan sendiri seperti dulu.
Ia sangat khawatir, mungkin ada trauma juga, karena tabrakan itu.
Brendon tersenyum, menghela napas melambai ke arah ibunya di mobil, dan mulai berjalan menjauh menuju sekolahnya. Sudah lama dia tak ke sini, suasananya masih sama, dan tak lama beberapa teman menghampiri seraya menepuk bahunya, menyambut kedatangannya.
Brendon bahagia akan hal itu, bahkan teman-temannya membantunya menuju ke kelas. "Wei, gue udah sembuh juga, apa sih nuntun-nuntun gue dikira gue anak kecil?" Brendon kesal pada mereka, meski di satu sisi yah, perhatian mereka membuat Brendon terharu.
KAMU SEDANG MEMBACA
VILLAIN HUSBAND
Romance21+ Bagaimana jadinya jika kamu terlempar di sebuah novel dewasa dan menjadi suami kejam, sang raja iblis, dari pemeran utama wanita, kemudian berakhir tewas di tangan sang pemeran utama pria?