1.Membaik

80.7K 3.2K 3
                                    

Ia menyesap minumannya pelan dan memandang kesekeliling ruangan. Pandangannya berhenti di kursi depannya tempat favorit papanya dulu biasa menikmati secangkir kopi sebelum pergi ke kantor. Kini kursi itu kosong, mimik mukanya seketika berubah sendu, pikiran Eva kembali berkelana mengingat setiap kepingan kenangan kebersaman dengan papa tercintanya.

Ia menarik nafas dalam-dalam. “Huft,,sudah saatnya aku harus melanjutkan hidupku, Papa dan Mama pasti akan sedih jika aku terus seperti ini,” gumam Eva sembari meletakakan kembali cangkir berisi teh hijau itu ke meja.

Sudah hampir sebulan ia mengurung diri di kamar, kepergian Papanya merupakan pukulan terberat dalam hidupnya. Chevalier Putri Cendekia, gadis berusia 21 tahun ini merupakan putri tunggal pengusaha ternama Rahardian Cendekia. Sepeninggal Papanya, saudara yang ia miliki hanyalah Uncle Schooth. Dia adalah suami mendiang Tante Ratna, adik dari almarhum Mama Eva. Meskipun telah menikah lagi dan memiliki keluarga baru, namun Uncle Schooth tetap dekat dengan keluarganya bahkan sudah seperti saudara kandung papanya.

Eva mengalihkan pandangannya kepada laki-laki disebelahnya yang sedari tadi serius dengan laptopnya. “Om, besok aku mau ke kampus menemui dosen pembimbingku, aku ingin segera menyelesaikan kuliahku. Untuk perusahaan papa yang disini sementara ini aku percayakan sama Om, sedangkan yang di luar negeri biar Uncle Schooth yang mengurusnya. Aku ingin fokus menyelesaikan kuliah dulu seperti keinginan mama.”

“Baik Nona,” jawab Ardie asisten pribadi kepercayaan mendiang Rahardian Cendekia.

'Plak'

Ardie pun kaget mendapat pukulan di bahunya dari putri tuannya itu.

“Om, kan sudah aku bilang berulang kali, jangan panggil Nona,” protes Eva sambil mengerucutkan bibirnya.

Ardie terkekeh merasa senang akhirnya suasana hati Eva sudah mulai membaik.

“Om pulanglah, bukankah hari ini ulang tahun mama Om?”

Ardie menggeleng, “Tidak Eva, Om nggak bisa ninggalin kamu sendiri.”

“Ayo lah Om, Eva sudah baik-baik saja, sudah lama Om menemani Eva disini,” pinta Eva.

Namun, Ardie hanya diam dan pandangannya tak lepas dari mata sayu Eva.

Eva Memelototkan matanya “Ini perintah, tidak boleh ditolak! Kalau Papa masih ada pasti Om sudah kena marah.” Mendadak raut muka Eva berubah sedih saat ia kembali mengingat papanya.

“Baiklah, tapi biarkan Rio menemanimu. Janji jangan sedih lagi ya, Om usahakan setelah acara selesai Om segera kembali kesini lagi,” ucap Ardie yang kini tangannya tengah mengelus pucuk kepala Eva.

“Iyaa, sudah Om berangkat sana! Disini kan banyak body guard, jadi Om nggak perlu khawatir, Eva akan baik-baik saja. Oh iya, sebelum berangkat mampir dahulu ke butik, titip kado buat mamanya Om, seperti biasa,” pinta Eva sembari menaik turunkan alisnya.

“Iya, siap bos!” ucap Ardie sambil mengacak-acak rambut Eva dengan gemasnya.

Istri Kedua : Gadis KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang