11. Jiwa Pelakor

24.7K 1.6K 9
                                    

Eva berbaring di sofa ruang kerjanya. Tak hentinya ia mengusap bibir. Mata dan badannya sudah meminta untuk di istirahatkan tetapi pikirannya terus berkelana. Ia sudah berusaha mengalihkan perhatian dengan mengerjakan berbagai hal tetapi kilasan kejadian semalam selalu saja mengusik pikirannya. Bahkan semalaman ia tidak bisa tidur dan malah berakhir dengan memandangi wajah Ardie yang tertidur pulas di sofa kamarnya. 

Eva menggeleng-gelengkan kepalanya. “Bodohnya akuuu! Evaa, kenapa kau bodoh sekali! Kenapa malah tersipu malu waktu dia menciummu. Dan kenapa juga malah memandanginya semalaman.. Arrghhhhh....lupakan Eva, Lupakan! Kau tidak boleh menyukainya,” gumam Eva.

“Tok tok tok..” 

“Masuk..” Eva segera bangun dan menyandarkan tubuhnya dengan malas di Sofa.

Nadia memasuki ruangan Eva dengan membawa sebuket bunga Lili “Eva, ini ada kiriman bunga . Cie cie, aku nggak nyangka ternyata Ardie sangat romantis sekali,” ledek Nadia.

Eva terperangah, “Bagaimana bisa kau,,,waahh pasti Rio, kalian bergosip tentang aku ya,” ujar Eva.

Nadia terkekeh. Ia meletakkan buket bunga tepat di meja depan Eva.”Tenang aja Eva, aku sudah berjanji untuk menutup mulutku rapat-rapat,” kata Nadia.

“Awas kalau sampai bocor kemana-mana aku kirim kalian berdua ke kutub selatan. Nad, aku mau istirahat bentar ya. Pesanan yang dari Bandung di ambilnya jam satu kan? Nanti bangunkan aku jam setengah satu ya.” Eva kembali merebahkan tubuhnya disofa.

“Siap Nyonya Ardie, selamat beristirahat. Pengantin baru mah bawannya capek terus,” ledek Nadia.

“Nadiaaaaa....” Eva melemparkan salah satu bantal yang ada di sofa ke arah Nadia.

Nadia meninggalkan ruangan dengan tertawa puas telah berhasil meledek bosnya.

“Hadeeeh, tambah satu lagi komplotannya Om Ardie,” gumam Eva.

Berulang kali mencoba memejamkan matanya tetapi lagi-lagi wajah Ardie mengentayangi pikiran Eva. 

“Arrrgghh.. benar-benar membuatku gila!” Eva kembali duduk, pandangan matanya terarah pada buket bunga yang dikirimkan oleh Ardie.

Tanpa disadari Eva menyungingkan senyumannya. “Kenapa mesti ngirim lagi sih, padahal tadi pagi udah dapet setangakai di nakas.” Eva memegang kartu ucapan pada buket bunga.

Selamat dua bulan sayang

I love you

Eva menggeleng kemudian memukul kepalannya pelan. “Aaaaa.. bisa-bisanya kepala sama hati kompakan berkhianat sama mulut.. Evaaaa, sadar Evaaa! kau tidak boleh menikmati peranmu sebagai pelakor. Sudah cukup kau menikahi suami orang! Jangan rusak rumah tangganya yang telah kau usik. Jaga hati Kak Nana, Eva!”

Eva menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia memijat keningnya “Demi kebaikan kami semua sepertinya aku harus benar-benar menjauh dari Om Ardie. Ya tuhan, kenapa aku bisa begini. Secepat ini kah aku move on dari Tio? Kenapa harus Om Ardie. Selama ini aku sudah nyaman dengannya sebagai kakak. Namun dengan perlakuannya akhir-akhir ini kenapa dengan mudahnya jiwaku dihinggapi jiwa pelakor seperti ini.” Eva bergidik ngeri ketika mengucapkan kalimat terakhirnya itu.

Eva beranjak dari tidurnya. Ia berpindah duduk di kursi kerjanya. Eva mengambil ponselnya kemudian memencet sebuah nama di kontak. Eva menempelkan ponsel ketelinga.

Istri Kedua : Gadis KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang