16 Tidak Akan Ku Lepaskan

28.7K 1.9K 3
                                    

Sampek tuwek we ra bakal tak culno

(Sampai tua kamu tidak akan pernah aku lepaskan)

Masio wis ra wancine, sayang-sayangan ning kene

(meskipun sudah bukan waktunya lagi untuk memadu kasih disaat ini)

Siji-sijine wong sing gawe ayeme ati

(satu-satunya orang yang membuat hati tentram)

Gawe uripku seneng, mesem saben bengi

(Membuat hidupku bahagia, tersenyum setiap malam)

-Denny Caknan-


Ardie terdiam. Ia melepaskan gangaman tangannya. Ardie menarik nafas dalam-dalam dan mengehembuskan dengan perlahan. Tangan kanannya kini merengkuh pinggang mungil istri kesayangannya. Tangan kirinya meraih dagu Eva dan mendongkakan kearahnya. Ardie hafal betul untuk menangani istri kecilnya yang sedang dilanda emosi memang harus dengan trik khusus dan juga kesabaran. 

“Sayang, sudah selesai bicaranya atau masih ada yang ingin disampaikan?” tanya Ardie sembari mengusap lembut buliran air mata yang membanjiri pipi Eva dan dibalas dengan anggukan.

“Beneran sudah selesai? Yakin cuma itu yang ingin kau katakan supaya Om melepasmu? Nggak ada yang lain?” Ardie terus membelai wajah Eva dan mulai menyunggingkan senyumannya.

Eva membuka kedua matanya, kemudian mengerutkan keningnya ketika mendapati senyum Ardie. “Om, Eva kan sudah bilang, janji Om sudah ditepati. Sekarang Om berhak untuk bahagia. Om berhak atas kehidupan Om. Jadi ceraikan Eva Ooom..” 

“Dasar bodoh!” Ardie menyentil pelan jidat Eva.

“Aduh! Ooommm” Eva mendengus kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

Kedua tangan Ardie menelungkup pipi Eva. Tatapan kedua matanya menatap lekat Eva. “Chevalier, tatap mata Om,” ucap Ardie dengan lembut.

“Sayangku, dengerin Om. Kau benar, Om punya hak atas kehidupan dan kebahagiaan Om sendiri. Selama ini sudah banyak hal yang Om korbankan dalam hidup Om hanya untuk menuruti dan membuat orang lain bahagia.” Ardie menjeda ucapannya.

Ardie menghembuskan nafasnya perlahan kemudian melanjutkan ucapannya, “Asal kau tau Sayang, kamulah sumber kebahagiaanku. Hati dan hidupku hanya untukmu. Aku akan terus memperjuangkanmu. Jangan pernah berharap untuk dapat ku lepaskan sampai kapanpun.”

Semua yang berada dalam ruangan itu menyimak percakapan Ardie dan Eva dengan beragam ekspresi. Ariana tersentak mendengar apa yang diucapkan Ardie. Kedua orang tua Ardie tetap terdiam dengan ekspresi yang susah untuk dijelaskan. Rico, Sena dan Dion tersenyum  bahagia melihat sahabat yang merangkap bosnya itu akhirnya mengungkapkan perasaannya kepada Eva. Sedangkan Rio justru tersenyum mengejek dengan tatapan matanya terus mengamati ekspresi Ariana. 

“Oooom.. bu..” Eva belum menyelesaikan ucapannya sudah dihentikan oleh Ardie.

“Sssttt.. Dengerin Om dahulu. Kamu ini bener-bener nggak peka!” Ardie mencubit gemas hidung Eva.

“Kamu tau kan gimana posesifnya Om sama kamu. Gimana khawatirnya Om sama kamu. Dan kamu tau banget kalau Om bahkan nggak bisa seharipun tanpa mengurus semua urusanmu. Asal kau tau Sayang, semua itu bukan keinginan Papamu. Itu murni keinginan Om. Papamu tidak pernah memintaku untuk berjanji tentang apapun. Namun justru akulah yang memohon kepada Papamu. Dan apa yang Om lakukan selama ini bukan untuk memenuhi janji Papamu, tetapi justru Papamu lah yang sedang mengabulkan janjinya untukku. Termasuk juga untuk menikahimu.” Ardie merengkuh Eva ke dalam pelukannya.

Istri Kedua : Gadis KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang