19 Surat Dari Papa

22.8K 1.7K 6
                                    

Eva keluar dari kamar dengan tangan kanan menyeret koper dan tangan kiri menjinjing tas kecilnya. Eva berjaalan menuju ruang tamu. Saat memasuki ruang keluarga nampak Tante Ana sedang berbicara seruis dengan kedua orang tua Ardie.

“Sudah siap Eva?” tanya Fredi yang menyadari kedatangan Eva.

Eva sekilas memandang Ardie yang sedang berjalan menghampirinya dengan sorot mata sendu. 

Jangan memandangku seperti itu Om. Eva melakukan semua untuk kebaikan Om.

Ardie merengkuh Eva kemudian menenggelamkannya ke dalam pelukan. Ardie Mendekap erat tubuh mungil Eva seakan  enggan untuk melepasnya. “Jangan pergi istriku sayang. Jangan tinggalkan aku,” bisik Ardie dengan lembut.

Eva bergeming. Ia merasakan hujan kecupan di ujung kepalanya. Dekapan erat dan suara degup jantung Ardie yang begitu jelas terdengar membuat Eva tak berdaya. Lidahnya terasa kelu. Badannya terasa lemah tak bertenaga. Koper dan tasnya seketika terlepas dari genggaman, jatuh terhempas ke lantai. Benaknya terus berteriak untuk meronta, tetapi tubuh dan hatinya luluh dengan perlakuan Ardie.

Eva merasakan sentuhan lembut pada belakang pundaknya dan suara lirih Mama Revalia mulai terdengar. “Jangan pergi, bicarakan semua baik-baik dengan suamimu.”

Beberapa saat kemudian terasa dekapan dibelakang tubuhnya. “Jangan pergi Eva. Jangan tinggalkan Mas Ardie. Tetap disini ya, keluarga Kakak hanya butuh waktu untuk menerima keadaan ini.”

Eva memejamkan mata, menata pikiran yang berkecamuk. Buliran bening kembali membasahi pipinya. Degup jantung Ardie yang sedari tadi terdengar jelas di telinganya, kini justru terdengar seperti melodi yang membawa ketenangan dan kedamaian pada diri Eva. Tanpa tersadar Eva melingkarkan kedua tangannya membalas pelukan Ardie. 

Ardie merenggangkan pelukannya mendekatkan wajahnya dan berbisik. “Aku ini suamimu. Aku dengan senang hati akan menemanimu pergi kemanapun yang kau inginkan sayang.”

Ardie membimbing Eva untuk duduk di sofa. Di ikuti oleh Mama Revalia dan Ariana yang memilih duduk di sebelah Eva. Ariana sesekali mengelus bahu Eva.

Eva hanya bisa pasrah mengikuti Ardie. Tubuh dan hatinya kini sudah sepenuhnya berkhianat pada benaknya yang masih terus meronta untuk menolak segala perlakuan Ardie. Pandangan Eva kini tertuju pada tangan kiri Ardie yang masih mengenggam erat jemarinya. Pikiran Eva kembali terlintas pada surat yang diberikan Pak Kamil pengacara keluarganya ketika Ardie hendak menikahinya.


Lily Sayang, bagaimana kabarmu?

Ketika kau membaca surat ini, Papa mungkin sudah tidak berada disisimu lagi. Meski begitu papa yakin putriku Chevalier, sang kesatria ini pasti baik-baik saja.

Apakah Ardie menjagamu dengan baik? Papa yakin dia akan melakukan apapun untuk menjagamu dengan sangat baik.

Papa sengaja menulis surat ini untukmu dan menyuruh Pak Kamil memberikan surat kepadamu jika saat ini tiba. Saat Ardie akan menikahimu. 

Papa tau, pasti sulit bagimu untuk menerima Ardie. Namun percayalah pada pilihan Papa. Kamu pasti bertanya-tanya kenapa Papa memilih Ardie yang sudah beristri untuk menikahimu. Kau akan menemukan jawabannya seiring berjalannya waktu. Lily, percayalah sama Papa. 

Istri Kedua : Gadis KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang