6.2 Istriku

29.1K 1.8K 16
                                    

Eva keluar dari kamar mandi, pandangan matanya terarah pada Ardie yang masih terlelap. Ia berjalan menuju tempat tidur kemudian duduk di tepi ranjang dan termenung. Eva memikirkan bagaimana nanti harus bersikap terhadap  Ardie yang kini telah menjadi suaminya. Sebelum menikah mereka begitu akrab. Bahkan Eva cenderung manja kepada Ardie yang selama ini hadir sebagai sosok kakak. Kini ia mendadak canggung. 

Bagi Eva, Ardie adalah paket komplit. Sebagai pengawal, teman, sahabat, kakak, rekan kerja, bahkan guru privat. Iya, guru privat. Ardie yang mengajarkan dan membimbing Eva dalam belajar mengelola bisnis. Bahkan usaha butik dan restorannya tak luput dari campur tangan Ardie. 

Basic pendidikan Ardie bukanlah bisnis, tapi dikalangan eksekutif RC group ia terkenal dengan sepak terjangnya dalam menangani perusahaan. Ardie bekerja di belakang layar dan hanya orang-orang tertentu yang mengetahui posisinya sebenarnya. Dia bagaikan bayangan dari Rahardian Cendekia.

Ardie merupakan anak emas Rahardian Cendekia. Banyak desas-desus beredar di kalangan internal RC group yang mengatakan bahwa Ardie tengah dipersiapkan sebagai penerus pemegang kekuasaan untuk mendampingi Eva putri semata wayang Rahardian Cendekia. Hanya dia satu-satunya anak buah yang mendapatkan akses khusus terhadap perusahaan dan keluarga Cendekia termasuk pada Eva. 

Pandangan Eva kembali mengarah kepada Ardie. Eva tidak membenci Ardie karena telah menikahinya. Justru ia merasa bersalah kepada Ardie. Masih segar dalam ingatannya ketika Ardie menangis saat mencium keningnya setelah akad nikah. Pasti sangat berat untuk Ardie mengorbankan kebahagiaan rumah tangganya hanya untuk menolong dirinya. Eva tahu, tidak mungkin Ardie menolak permintaan papanya untuk menjaganya, bahkan menikahinya.

Eva memalingkan mukanya saat menyadari Ardie mulai terbangun.

“Sudah lama bangun sayang?” Tanya Ardie.

Eva Sontak menoleh pada Ardie. Bukanya menjawab, tapi malah memelototkan matanya. Ia kaget dengan panggilan sayang yang disematkan Ardie.

Ardie tersenyum, tatapan matanya terus tertuju pada Eva. “Kamu nggak salah dengar sayang, kita kan suami istri sekarang,” jelas Ardie. Namun, Eva justru memalingkan muka darinya. 

“Ya sudah kalau istriku ini belum mau aku panggil sayang. Nggak papa nanti juga terbiasa.” Senyum Ardie semakin melebar, manik matanya melirik jam tangan kemudian melanjutkan ucapannya, “Sudah jam delapan, aku akan minta Bi Inah untuk menyiapkan makan malam.” Ardie beranjak kemudian berlalu keluar kamar.

Saat pintu telah tertutup kembali Eva mengehempaskan tubuhnya keranjang. Menenggelamkan kepalanya dibantal. Tangannya mencengkeram erat sesekali memikuli bantal.

“Argghhhh.... Bagaimana ini?” teriak Eva. 

“Kenapa nasibku jadi seperti ini. Pah, kenapa kau menyuruhku menikahi Om Ardie yang beristri? Kenapa papa tidak memikirkan perasaan mereka dan juga Eva, Pa?” gumam Eva yang kini pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan. 

Sedang  berjibaku dengan berbagai pertanyaan dikepalanya, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Eva mendongkakan kepalanya. Dilihatnya Ardie masuk dengan membawa baju ganti dan handuk, kemudian berlalu menuju ke kamar mandi. Eva kembali menenggelamkan kepalanya ke bantal.

‘Ya tuhan, apa lagi ini. Kenapa Om Ardie malah mandi disini, kenapa nggak dikamarnya sendiri?’

‘Bisa nggak pura-pura, kalo kita bukan suami istri.’

‘Bisa nggak abaikan aku saja.’

‘Jangan membuatku semakin bersalah padamu Om.’

‘Ya tuhaaaannn kenapa aku mendadak jadi pelakor gini.’

‘Arrghh..’

Istri Kedua : Gadis KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang