3.2 Pengkhianatan

30.2K 2.2K 17
                                    

Sesampainya dirumah, Ariana berlari ke kamar, ia melemparkan tubuhnya ke ranjang. Air matanya sudah tak terbendung lagi. Ia terus terngiang setiap detail kejadian tadi sebelum akhirnya Ardie pindah mobil untuk menyelamatkan Evanya. Ia ingat betul ketika Ardie menelpon mamanya.

"Halo Ma, maaf Ma, Ardie nggak bisa pulang ke Bandung hari ini, Ardie ada kerjaan mendadak."

"Ma, ini sangat penting Ma, please ngertiin Ardie kali ini aja Ma. Aku mohon Ma. Ayo lah Ma. Besok kalau kerjaan Ardie sudah selesai pasti Ardie pulang."

"Maa, selama ini Ardie selalu menuruti apa kata Mama. Apapun yang Mama inginkan Ardie lakukan, tapi untuk kali ini maaf Ma, Ardi nggak bisa. Ardie nggak akan mengalah sama Mama." Ardie mengakhiri panggilan teleponnya.

Saat itu pula mobil yang mereka tumpangi telah berhenti di belakang sebuah mobil sport berwarna putih. Ardie segera turun dari mobil. Baru berjalan beberapa langkah Ardie membalikkan badannya menatap Ariana, "Terserah kamu mau pulang atau lanjut ke rumah mama," ucapnya singkat sebelum ia membanting pintu kemudian berlari menuju mobil putih itu tanpa menoleh lagi.

Tak menunggu lama, mobil putih itu telah  melaju kencang membelah keramaian.

"Pak, apakah bapak tau Eva itu siapa?" tanya Ariana kepada Pak Ridwan yang berada dibelakang kemudi.

"Maafkan saya Nyonya, lebih baik Nyonya bertanya langsung kepada Tuan Ardie saja. Saya mohon maaf tidak bisa memberikan informasi apapun tanpa seizin dari Tuan Ardie. Mohon Nyonya mengerti," jelas Pak Ridwan.

"Baiklah, Pak, kita pulang kerumah saja!"

"Baik Nyonya," jawab pak Ridwan, yang kemudian kembali melajukan mobil menuju kediaman Ardie.

Ariana paham, Pak Ridwan adalah sopir pribadi sekaligus salah satu orang kepercayaan Ardie. Seperti halnya tangan kanan Ardie yang lainnya. Mereka tidak akan memberitahukan apapun itu tanpa seizin Ardie, bahkan kepadanya yang notabene istri Ardie.

Entah sudah berapa lama Ariana mangis menumpahkan segala rasa yang berkecamuk dalam dirinya. Ketika mendengar klakson mobil, Ariana segera menyeka air matanya. Ia segera beranjak dari ranjang berjalan menuju jendela. Dari sana nampak mobil beriringan memasuki halaman rumah, 'Itu pasti Mas Ardie' pikirnya.

Ariana sudah tidak dapat menahan resah yang ia rasakan. Ia memutuskan untuk menemui Ardie dan bertanya secara langsung apa yang sebenarnya terjadi. Namun, ketika baru akan melangkahkan kaki menuruni tangga, ia dikejutkan dengan pemandangan di bawah sana. Ia melihat Ardie sedang membopong seorang gadis menuju kamar tamu, diikuti oleh Rico dan Rio, asisten Ardie.

Ariana tidak bergerak, kakinya seakan membeku, hatinya hancur berkeping.

“Itu pasti Eva. Haruskah aku turun dan bertanya, ataukah  berdiam diri saja menunggu penjelasan mas Ardie?” gumam Ariana.

Buliran bening kembali mengalir deras dipipi Ariana. Ia mengurungkan niatnya dan memutuskan kembali kekamar.

Ketika ia akan merebahkan badannya di ranjang, manik mata Ariana menangkap sebuah foto di atas nakas disisi tempat tidur yang biasa Ardie tempati. Sejak pertama kali Ariana memasuki kamar ini sebagai Nyonya Ardie foto itu telah bertengger disana. Dalam foto yang sepertinya diambil secara diam-diam itu nampak seorang gadis berperawakan mungil, berambut panjang,dan berusia sekitar 15 tahun sedang tersenyum manis.

“Dia Lily gadis kecilku,” ucap Ardie, ketika dahulu Ariana menanyakan siapakah gadis yang fotonya juga terpampang sebagai wallpaper ponsel dan menghiasi meja kerjanya di kantor.

Ariana mengambil foto itu dari atas nakas. Dia mangamati lekat-lekat wajah gadis itu, “Apakah dia gadis yang sama dengan gadis tadi?”gumam Ariana.

Istri Kedua : Gadis KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang