5.2 Pernikahan

25.3K 1.9K 17
                                    

Tangan Ardie bergetar hebat saat ia menyematkan cincin, pada jari manis sang pemilik hatinya, Chevalier Putri Cendekia. Gadis cantik dengan perawakan tubuh mungil yang telah berhasil mengalihkan hidupnya.

Ardie masih belum percaya bahwa impiannya kini telah menjadi nyata.
Air mata Ardie tak terbendung saat ia mencium kening gadis kecil kesayangannya yang kini telah sah menjadi istrinya. Rasa haru dan bahagia menyeruak dalam dirinya. Kesabaran dan perjuangannya untuk mendapatkan Eva, kini terbayar lunas.

Bukan hanya setahun dua tahun ia berusaha untuk sekedar dekat dengan gadis ini. Andai saja Eva putri dari keluarga biasa, pastilah sudah ia persunting menjadi istrinya. Namun, Eva adalah anak semata wayang  yang begitu dijaga olah ayahnya yang memiliki kekuasaan. Jadi, bukanlah perkara yang mudah untuk bisa menggapainya.

Ardie masih ingat bagaimana putus asanya ia dahulu  ketika dipaksa Mamanya untuk menikah dengan Ariana. Ardie bahkan memilih pergi saat usaha membujuk mamanya tidak berhasil.

Pada suatu sore, ditempat pelariannya di Pantai Watu Karung Pacitan, Jawa Timur. Ardie sedang menikmati suara gemuruh deburan ombak ditepi pantai yang selaras dengan suara hatinya, tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sebelahnya, karena terlalu sibuk dengan pikirannya, ia tidak mempedulikan orang disebelahnya.

“Aku tau kau mencintai Lily, putriku,” ucap orang tersebut sambil menepuk pundak Ardie.

“Tu..Tuan..” Lamunan Ardie buyar.
Ardie refleks menoleh kearah sumber suara. Ardie terkejut, bagaimana Tuan Rahardian bisa berada disini dan juga mengetahui perasaannya pada putrinya.

Tuan Rahardian tersenyum, seolah tahu apa yang Ardie pikirkan, “Aku pernah muda juga Ardie, jadi aku tau. Sudah sejak lama aku mengetahuinya.”

Tuan Rahardian menatap kedua mata Ardie dengan hangat. “Ardie, dengarkan aku. Ibumu, ibumu, ibumu kemudian ayahmu. Kau pasti pernah mendengarnya bukan?” Ardie mengangguk mengiyakan pernyataan tersebut.

Melihat respon Ardie, Tuan Rahardian kemudian melanjutkan ucapannya. “Anak laki-laki itu milik ibunya sampai kapanpun, yang berhak atas seorang laki-laki adalah ibunya. Jadi meskipun berat untukmu lakukanlah, turuti keinginan Mamamu, buat dia bahagia. Raihlah ridha Mamamu.”

Tuan Rahardian mengalihkan pandangannya ke arah laut di hadapannya, “Masalah Lily, kau tau kan, kalau aku tidak mungkin melepasnya untukmu saat ini. Jika kalian berjodoh, pasti akan bersama. Tapi jika tidak, mau sekuat apapun usahamu mengejarnya tidak akan pernah tergapai.”

Ardie tersenyum kecut menanggapi kata-kata terakhir yang disampaikan tuannya itu. Belum sempat mengucapkan apapun, Tuan Rahardian melanjutkan ucapannya. “Nasihat klasik bukan? Tapi, salah satu kriteria calon menantuku adalah yang berbakti pada ibunya. Jika ia menyayangi ibunya, pasti dia akan menyayangi Lily dengan sepenuh hatinya.”

Ardie menghembuskan nafas dengan kasar, merasa bahwa memang sudah tidak ada harapan lagi untuknya dan Lily bersama. Sebuah pertanyaan terlintas dalam benaknya.

“Tuan, bolehkan saya tetap menjaga Lily?” tanya Ardie dengan ragu-ragu.

Pasalnya Tuan Rahardian begitu selektif terhadap apapun yang berhubungan dengan putri semata wayangnya itu.

“Tentu saja, kau akan aku jadikan asisten pribadiku yang menangani langsung semua yang berhubungan dengan Lily. Kau akan bertanggung jawab penuh atas keseharian Lily. Bukankah itu tujuanmu selama ini?” ucap Tuan Rahardian dengan menyunggingkan senyumnya.

Ardie terperanjat mendengar ucapan tuannya itu, “Benarkah Tuan?” ia memastikan apa yang barusan ia dengar.

Tuan Rahardian menoleh ke arah Ardie dengan seulas senyuman dan sebuah anggukan yang membenarkan pertanyaan Ardie.

“Terima kasih, Tuan,” ucap Ardie yang disambut pelukan hangat Tuan Rahardian. Hati Ardie menghangat, mendapatkan kembali semangat dalam hidupnya.

“Aku tahu hanya dengan Lily aku bisa membujukmu. Aku masih butuh orang sepertimu. Aku tidak ingin kau nekat dan bunuh diri karena patah hati.” Tawa Tuan Rahardian seketika menggelegar.

Sambil merenggangkan pelukannya Ardie tersenyum, “Anda benar tuan, karena hati dan hidup saya hanya untuk Lily seorang.”

Istri Kedua : Gadis KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang