Ekstra Part 1

36.1K 1.7K 26
                                    

"Sayang, ini sudah siang. Mau berangkat ke kantor jam berapa?" Ardie mencium pucuk kepala Eva yang masih enggan melepaskan pelukan dari tubuhnya.

"Hari ini suamiku aku liburkan," ucap Eva tanpa sedikitpun beranjak dari zona nyamannya.

"Akhir-akhir ini sayangku manja banget." Ardie membelai rambut Eva sesekali mendaratkan ciuman di pucuk kepalanya.

Eva mendongkakan kepalanya, mengerucutkan bibirnya, "Om nggak suka? Ya udah!"

Eva seketika melepaskan pelukannya, menyingkirkan kedua tangan Ardie dari kepalanya kemudian berjalan cepat keluar kamar. Sesampainya di ruang tamu Eva mengempaskan tubuhnya ke sofa. Ia mengusap buliran bening yang kini mulai membasahi pipinya. 'Kenapa aku jadi cengeng seperti ini.'

Ardie segera menyusul Eva. Mendapati kekasih hatinya tangah menitihkan air mata, hatinya tersayat. Ia lekas mengampiri Eva, merengkuhnya kedalam pelukan.

"Sayang, suamimu ini justru seneng banget kalau istrinya manja," Ardie diam sejenak, tangannya terus membelai kepala istri kecilnya, "Maaf kalau aku tadi salah bicara. Sudah, jangan nangis lagi. Aku paling nggak bisa melihatmu menangis, sayang."

Ardie melonggarkan pelukannya. Tangan kananya menghapus air mata yang membasahi pipi Eva. "Maaf, jangan ngambek lagi ya sayang."

"Siapa yang ngambek," sangkal Eva.

Ardie mengehela nafasnya perlahan, "Kalau sayangku ini sudah memanggilku Om, itu berarti suasana hatimu sedang buruk."

Eva mendongkakkan kepala, mengerjap-ngerjapkan mata. Mendapati tatapan teduh suaminya, ia kembali membenamkan kepalanya kedada bidang Ardie.

"Maafin Eva. Eva nggak tau kenapa akhir-akhir ini jadi manja dan sering gundah gulana gini. Rasanya nggak mau jauh dari Kakak. Pengenya dipeluk terus," ucap Eva yang kini mulai tersedu.

Ardie mengeratkan pelukannya, menghujani pucuk kepala Eva dengan ciuman. "Kalau sekarang masih pengen dipeluk terus kayak gini?" mendapat anggukan dari Eva, Ardie melanjutkan ucapannya, "Baiklah, dengan senang hati Kakak akan terus memelukmu seperti ini. Nggak akan ku lepaskan sampai sayangku ini meminta untuk dilepaskan. Jangankan seharian ini, sampai bulan depan nggak mau dilepaspun suamimu ini sanggup."

Bel berbunyi. Melihat Sena yang berjalan dari arah dapur dengan tatapan mengisyaratkan meminta izin untuk melihat siapa yang datang, Ardie menganggukan kepalanya. Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka.

"Eva sayang, kenapa kamu nak?" Mama Revalia segera menghampiri Eva yang masih membenamkan kepalanya dipelukan Ardie.

Mendengar suara Mama Revalia, Eva segera mengusap air matanya dengan jas yang Ardie kenakan. Ia segera mencoba menetralkan emosinya.

"Nggak papa Ma, Eva lagi pengen manja aja. Iya kan sayang?" ucap Ardie yang masih terus memeluk Eva dengan erat.

"Beneran nggak papa?" tanya Mama Revalia panik melihat menantu kesayanganya masih bergeming.

"Kamu beneran nggak papa Eva?" Papa Irawan yang kini sudah duduk di hadapan Ardie turut khawatir.

Eva mendongkan kepalanya menatap bergantian Papa Irawan dihadapannya dan Mama Revalia yang kini tengah megusap-usap rambutnya. "Iya Ma, Pa. Eva nggak papa. Gak tau kenapa akhir-akhir ini Eva lagi suka sama baunya Kak Ardie."

Mama Revalia terperanjat, ia mengerutkan keningnya. "Sayang, kapan terakhir kamu menstruasi?" tanya Mama Revalia dengan antusias.

Ardie, Eva dan Papa Irawan menatap Mama Revalia dengan kerutan di kening mereka. Eva melonggarkan pelukannya mencoba beringsut dari dekapan, tetapi Ardie justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Sayang, lepasin bentar," pinta Eva.

Bukannya melepaskan pelukannya, Ardie justru menatapnya dengan lekat. Tangannya tak bergeser sedikitpun dari tubuh mungil istrinya. "Sayang, aku yakin seratus persen kalau sejak saat itu kau belum pernah menstruasi, karena kita...," ucapan Ardie tertahan diiringi senyum yang perlahan mengembang.

"Sejak di Pacitan?" mendapati anggukan dari Ardie, Mama Revalia dengan semangatnya melanjutkan ucapannya, "Ayo, sekarang kita ke dokter untuk memastikannya. Pa, tolong telepon rumah sakit untuk segera menghubungi dokter Ayu obgyn."

Eva termangu melihat binar bahagia serta antusiasme suami dan kedua mertuanya. Ia kemudian kembali membenamkan wajahnya kedada bidang Ardie. Kemudian tangisnya pun pecah.

Istri Kedua : Gadis KecilkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang