Siang ini, Atha dan Ronald terpaksa dijemur di tengah lapang oleh Bu Narsih karena tidak mengumpulkan tugas. "Berdiri tegak!" Omel Bu Narsih kepada dua lelaki itu, "Cowok berdiri tegak dong Ronald! Kamu nih males-malesan aja kerjaannya!"
"Bu udah setengah jam ini, ibu mau bikin saya jadi ikan teri? Gosong bu kulit saya." Keluh Ronald, "Kamu nih udah kaya cewek aja takut gosong!" Ledek Bu Narsih lagi, memang sudah tidak ada yang bisa mengalahkan kemampuan mengomel Bu Narsih di sekolah ini. Hal sekecil apapun akan di komplen oleh guru itu.
"Bu, maaf saya ada lomba sore ini bu." Ucap Atha yang sedari tadi hening, "saya harus latihan sama Azalea bu kelas sebelah." Lanjutnya lagi.
Bu Narsih seketika mengingat anak didiknya itu memang akan ada lomba sore ini. "Ya sudah, kamu boleh masuk kelas."
"Asik, makasih bu." Ujar Ronald kegirangan, "HEH! Yang ke kelas itu Atha, bukan kamu! Berdiri tegak lagi!" Bu Narsih melemparkan tatapan tajamnya ke arah Ronald.
"Yah bu, saya juga ikut sama Atha. Saya berperan penting bu di lombanya." Ujar Ronald merengek.
"Memang kamu ikut lomba juga?" Tanya Bu Narsih.
"Enggak bu, saya jadi penonton. Penonton itu penting loh Bu, kalau gak ada pen—"
"Sudah kamu ini banyak ngeluh banget! 10 menit lagi setelah itu masuk kelas." Wanita itu memotong omongan Ronald lalu meninggalkan cowok itu sendirian.
--
"Peserta nomor 17 silahkan maju."
Azalea melirik kertas yang menempel di bajunya, nomor 18.
Gadis itu meremas dress putih miliknya hingga kusut, kakinya tak henti gemetar sejak sepuluh menit yang lalu. Getaran kaki Azalea seketika berhenti ketika sebuah tangan hangat menggenggam tangannya yang dingin.
"Jangan panik Alea." Ujar laki-laki itu lembut. Alea mengangguk pasrah, getaran kakinya mungkin berhenti. Ralat, tidak berhenti. Namun pindah ke jantung gadis itu.
"Peserta nomor 18 ya?" Seseorang mengenakan tanda pengenal sebagai panitia mengampiri mereka berdua, "Ikut saya ya ke backstage, sudah giliran kalian." Ujar wanita itu ramah.
Atha melihat gadis disampingnya yang masih ragu untuk berdiri, tangan pria itu refleks menggenggam Alea dan membantunya berdiri.
"Udah, jalanin aja kaya lagi latihan. Pengalaman aja." Kata Atha.
Bukan menang atau kalah, namun lomba kali ini ditonton oleh banyak siswa dari berbagai sekolah. Dirinya malu.
"Peserta nomor 18, Azalea Ayunindita dan Atha Bratadikara." Seketika gemuruh tepuk tangan menyambut mereka berdua saat memasuki panggung. Atha menatap mata Alea yang ketakutan, berusaha meyakinkan bahwa mereka berdua bisa.
"Halo semua, saya Atha dan ini teman saya Azalea dari SMA Bagaskara. Kami akan membawakan lagu La la lost you dan Fly me to the moon." Ujar lelaki itu dan mulai memainkan gitar miliknya.
Azalea menarik napas panjang dan tersenyum kearah para penonton.
"While I'm on Sunset, are you on the subway?"
Lirik pertama berhasil Alea bawakan dengan mulus. Semua mata penonton tertuju padanya. Dress putih selutut yang dikenakan Alea dan kemeja hitam yang dikenakan Atha sangat cocok dengan lagu yang mereka bawakan, mereka berdua tampak serasi.
Di bagian Chorus, Atha mulai ikut bernyanyi. Sorakan gembira penonton membuat Alea makin percaya diri.
"All my demons run wild

KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALEA
Teen FictionAtha Arkana Bratadikara, cowok cuek dan dingin, namun kadang bisa berubah menjadi sosok yang hangat, menyenangkan, humoris, dan suka bikin baper anak orang! Awalnya Azalea pikir Atha tidak akan pernah menjadi teman baiknya, dirinya ogah berteman de...