05 : diantar pulang.

204 13 1
                                    

Alea tenggelam dalam pikirannya, bagaimana tidak, ia tidak pernah dipeluk laki-laki lain selain papa dan adiknya. Alea yakin Atha mungkin bisa mendengar detak jantungnya yang tidak karuan. Tapi Alea tahu Atha butuh ini. Lelaki itu ketakutan.

Lama tidak ada yang membuka pembicaraan dan Atha masih memeluknya. Yang terdengar kali ini hanya deru nafas Atha yang tidak stabil. Alea jujur sedikit kaget mengetahui seorang Atha Arkana bisa setakut ini dengan kegelapan.

Sepuluh menit. Lampu tidak kunjung menyala. Alea yakin sekolah sudah sepi, mana ada siswa yang mau tetap disekolah saat mati lampu begini.

Jrep.

Lampu menyala.

Alea menghela napasnya lega, bersyukur adegan pelukan ini akan segera usai. Ralat, bukan pelukan tapi dipeluk.

"So-sorry." Atha melepas pelukannya dipinggang Alea. Alea kikuk. Ia hanya bisa mengangguk dan melihat sekitar yang sudah kembali seperti semula.

Detak jantung Alea bahkan belum kembali normal, masih jauh diatas normal.

"Maaf gue meluk lo tiba-tiba." Atha meminta maaf lagi.

"I-iya gakpapa." Alea duduk di kursinya lagi setelah sepuluh menit berdiri, pegel juga.

"Gue takut gelap. Biasanya kalau lagi gelap selalu ada mama gue dan gue selalu meluk dia, gue takut tadi gak ada mama disamping gue. Jadi gue meluk lo. Maaf kalau lo kaget."

Minta maaf gak bisa bikin jantung gue tenang anjir.

Alea mengangguk, "kayanya lebih baik kita pulang deh." Kata Alea berdiri dari kursinya, mengambil tas dan jaket. Diikuti Atha yang melakukan hal sama.

Saat mereka sudah keluar dari ruang musik, "Aish, hujan lagi."

Sekolah sudah sepi, jam juga sudah menunjukan jam empat sore.

"Lo pulang naik apa?" tanya Atha.

"Go-jek."

"Hujan, lo mau pulang hujan-hujanan?"

"Gimana lagi, hujan gini."

"Gue tungguin sampe hujan reda." Kata Atha lagi.

"Hah? Gak usah, lo duluan aja, masih ada satpam juga didepan." Tolak Alea, ia hanya tidak mau terjebak situasi canggung bersama cowok ini lebih lama.

Atha hanya diam lalu duduk di bangku yang ada dibelakangnya. Lelaki itu lupa, ponselnya tertinggal dikelas.

"Gue ke kelas dulu, HP gue ketinggalan." Katanya yang hanya dibalas gumaman kecil oleh gadis itu.

"Ya Allah bego banget gue. Batre gue kan abis gimana mau mesen go-jek?" Alea mendecak kesal, menghubungi supir mamanya pun tidak bisa. Sudahlah habis dia tidak bisa pulang, kecuali hujan reda dan dia bisa naik angkutan umum.

"Lo pulang sama gue." Atha tiba-tiba sudah muncul lagi dibelakangnya, secepat itu ia berjalan ke kelasnya?

"Kok lo udah balik lagi?" tanya Alea, "ya udah lah. Hujannya udah reda dikit, lo balik sama gue aja."

"Gak. Gue bisa naik angkot. Gue duluan." Kata Alea meninggalkan cowok itu, belum sempat mengambil langkah kedua tangannya sudah ditarik membuat Alea menabrak dada bidang Atha.

"Duh, apaan sih." Alea menjauhkan dirinya dari laki-laki itu, karena ia tahu itu tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Cewek lain pengen banget dianter pulang sama gue, itung-itung gue makasih lo udah mau gue peluk tadi." Kata Atha lagi.

ATHALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang