5. Klub malam

67 48 22
                                        

Terdengar dentuman keras dari sebuah ruangan yang didomimasi warna hitam. Ruangan yang terisi penuh oleh orang-orang yang asik berjoget ria. Gemerlap lampu diskotik pun menyala bersamaan dengan suara musik yang mengalun.

Klub malam yang cukup terkenal dikota itu tak pernah sepi pengunjung, apalagi di malam akhir pekan. Suasananya selalu ramai. Diantara keramaian yang terjadi disana, seorang pemuda berkaos hitam duduk bersandar pada sofa dipojok ruangan. Lagi-lagi dia menenguk botol bir yang entah botol keberapa yang ia habiskan malam ini.

"Tambah lagi, man!" ujar salah satu temannya.

Sudah menjadi hal biasa bagi Naga mengunjungi klub malam seperti ini, apalagi disaat dirinya sedang merasa tidak baik-baik saja, maka pelariannya akan ke tempat ini dengan menghabiskan banyak minuman beralkohol. Kejadian itu selalu terjadi berulang.

Dia menyadari bahwa sejak tadi ponsel dalam sakunya terus bergetar. Tapi enggan untuk membukanya. Jika sang Bunda yang menelponnya khawatir karena Naga belum pulang sejak sepulang sekolah, dia lebih baik memilih untuk tidak mengangkatnya dengan kondisi yang sudah setengah sadar ini. Dan justru akan membuat sang bunda lebih khawatir.

Ponselnya masih terus bergetar. Karena merasa terganggu akhirnya ia memutuskan untuk mematikan ponselnya. Karena saat ini dirinya benar-benar tidak ingin diganggu. Namun saat layarnya terbuka, Naga tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk mematikan ponsel dan mengangkat panggilan telepon dengan nama 'Naraindu'dalam kontaknya.

"Halo Ra, ada apa?" ucapnya. Suaranya mungkin tak begitu jelas karena tersamarkan oleh suara musik yang keras juga memang suaranya yang mulai melemas.

Nggak biasanya dia nelfon, pikirnya.

Tunggu. Rupanya Naga tidak menyadari bahwa Nara belum menyimpan nomornya, dan dia mengaku sebagai Pak Dena dengan nomornya itu.

Suara Nara terdengar dari sebrang telepon setelah beberapa detik diam mengingat pemilik suara itu, yang ternyata bukan guru BK nya yang kiler, melainkan orang paling menyebalkan dibalik suara itu. Meski suaranya tak begitu jelas terdengar tapi Nara masih bisa mengenalinya.

'Tuh kan, udah gue duga ini bukan nomornya Pak Dena'

Naga terdiam sejenak. Menghebuskan nafasnya panjang seraya mengusap wajahnya kasar.

"Sorry Ra," ucapnya dengan kesadaran yang lebih baik dari sebelumnya. Suaranya sudah bisa terdengar jelas. Sebelah tangannya memijat pelipis yang terasa semakin pusing.

Cukup lama Nara tak menyahut, dan hanya terdengar suara berisik dari dalam klub itu.

'Naga lo mabuk, ya?'

Nara bertanya dari balik sambungan telepon. Entah darimana dia bisa mengetahui bahwa lelaki itu memang sedang mabuk berat.

Saat hendak menjawab, tiba-tiba panggilan terputus sepihak. Ternyata ponsel yang dipakainya mati karena kehabisan baterai.

"Arrghhh"

♡♡♡

Tanpa sadar Nara malah memikirkan lelaki yang barusan ia dengar suaranya lewat telepon. Perihal Naga yang mematikan teleponnya sepihak dan apa yang sebenarnya terjadi dengan lelaki itu. Apakah dia sedang mabuk?

Ah entahlah bukan urusanku, pikir Nara dalam hatinya.
Nara membuang jauh-jauh tentang Naga dari pikirannya.

Nara marah sekaligus lega kali ini. Marah karena Naga sudah membuatnya panik karena mengaku-ngaku menjadi Pak Dena, dan bisa-bisanya Nara menjalankan hukuman yang sebenarnya ternyata darinya.
Dia juga lega karena ternyata itu cuma Naga bukan Pak Dena beneran. Tapi tetap saja dia harus waspada dengan lelaki itu.

Saat hendak beranjak menuju kamar mandi untuk membilas masker bengkuang yang menempel di wajahnya. Alunan nada dering berbunyi dari ponselnya. Sempat mengira Naga menghubunginya balik, namun ternyata bukan.
Tertera nama Vika Ayudia ingin melakukan video call dengannya. Tanpa berlama-lama lagi Nara mengangkatnya. Karena tak biasanya Vika seperti itu. Mungkin ada hal penting yang akan dibicarakan dengannya.

'Ya ampun Nara, ngagetin aja sih, lo' ungkap perempuan berkacamata tebal mengawali ketika sambungan videocall sudah terhubung.

Ekspresinya sontak membuat Nara ingin tertawa, tapi terpaksa ia tahan karena masker diwajahnya sudah mengering dan susah untuk menggerakan bibirnya.

"Tumben nih, ada apa?" tanya Nara dengan bibir yang sedikit terbuka.

Barusaja Vika hendak membuka mulut untuk menyampaikan maksudnya menghubungi Nara malam-malam begini. Anak itu rupanya malah memotong ucapan Vika. Mendahului sebelum Vika ngomong tepatnya.

"Bentar gue cuci muka dulu, ya" ucap Nara. Lalu menaruh ponselnya sembarang dan segera bergegas ke kamar mandi untuk membilas masker bengkuang yang lima belas menit lalu menempel di wajahnya.

Tak lama kemudian Nara kembali duduk diatas kasur empuknya.
"Tadi sampe mana, Vik?" tanyanya setelah kembali memegang ponsel. Mengarahkan kamrea pada wajahnya.

'Belum juga dimulai'

"Ah iya," Nara terkekeh pelan. Kini senyumnya sudah bisa merekah tanpa kaku karena masker bengkuangnya itu. "Jadi gimana?" tanyanya antusias.

'Lusa kan ada pertandingan Voli persahabatan sama SMA Pertiwi' ungkap Vika mulai membuka pembicaraannya.

'Minggu depan juga kan sekolah kita bakalan kemping'

Nara bergumam menanggapinya.

'Inti OSIS lusa bakal survei tempat kemping'

"Ya," Nara membenarkan posisinya menjadi bersandar pada ranjang dengan bantal dipangkuannya. Sepertinya Vika sedang berbasa-basi.

'Gue gak tau harus minta bantuan siapa, tapi kayaknya lo bisa bantuin gue, Ra' Kali ini Vika memasang wajahnya memelas. Berharap Nara akan membantunya.

"To the point aja Vik, gue bisa bantuin lo apa?" ucap Nara yang mulai kesal karena Vika terus berbelit dengan omongannya. Terkesan bertele-tele dan banyak basa-basi.

'Lo mau kan jadi panitia buat pertandingan lusa, pliss' ungkap Vika akhirnya.

Nara terdiam sejenak. Dia jelas bukan Vika yang senang bersosialisasi dengan banyak orang, yang senang mengikuti kegiatan ini itu untuk menyibukan diri. Nara cenderung lebih banyak diam dan jarang bersosialisasi dengan orang apalagi semenjak kejadian kecelakaan hari itu. Dia lebih menutup dirinya.

Sejujurnya malas sekali Nara menjadi panitia seperti tawaran Vika, tapi karena bujukan darinya, akhirnya Nara menyetujui hal itu. Karena ternyata Tasya dan Risha juga ikut berpartisipasi sekaligus membantu Vika, si wakil ketua OSIS yang terkenal jutek.

♡GIVE ME VOTE OR COMMENT♡

~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~

THANK YOU ALL

NARANAGA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang