Gerimis pagi ini tak menghalangi semangat para siswa-siswi SMA Pelita yang sedang melangsungkan upacara bendera.
Di musim ini, hujan selalu datang kapan saja. Bahkan kerap tak bisa diprediksi. Karena terkadang hujan turun disaat hari sedang terik, seperti hal nya saat ini.
Cuaca langit tak mendung sama sekali, sinar matahari terasa samar menghangatkan, tetapi rintik hujan terus berjatuhan. Tak begitu deras, hanya gerimis. Sehingga upacara masih terus berlangsung."Neduh aja dulu, Ra" ucap Tasya, merasa khawatir dengan kondisi Nara yang baru sembuh.
"Gerimis doang, Sya" balas gadis itu.
"Nanti kalau Nara sakit lagi gimana?" Kali ini Risha yang berbaris di sebelahnya yang tak kalah merasa khawatir.
"Gapapa biar diperhatiin terus sama kalian" jawabnya dengan tersenyum tipis.
"Mama lo marah gue gak tanggung jawab ya. Gue udah peringatin loh, tapi lo gak nurut" ujar Tasya gemas dengan sikap keras kepala Nara yang tak bisa dibantah.
"Gak bakal. Gue bisa jaga diri kok, Sya."
Tanpa disadari sejak tadi seorang lelaki terus memperhatikan Nara. Hingga akhirnya ia menarik paksa tangan Nara dan membawanya ke barisan paling belakang.
Tepat dibawah pohon rindang, sehingga tidak begitu terkena rintik hujan."Apaansih" bisiknya seraya menghentakan tangannya untuk terlepas dari cekalan kuat lelaki itu. Beruntungnya mereka tidak diomeli oleh Osis karena berpindah tempat.
"Gak usah ngeyel kalo dibilangin" ucapnya, kemudian memasangkaan topi yang semula berada dikepalanya kini sudah berpindah tempat. "Rambut gue wangi, jadi topi itu pasti wangi juga." sambungnya kemudian.
Nara tak bisa menolak ketika kepalanya dipakaikan topi milik lelaki itu. Ia hanya diam sambil menatap Naga dari bawah.
♡♡♡
Jam pelajaran terakhir sebelum istirahat. Tanpa diduga anggota Osis mendatangi setiap kelas, untuk melakukan razia. Tentunya tanpa sepengetahuan murid terlebih dahulu. Beberapa murid pun terlihat panik.
Setelah mendapat ijin dari guru yang sedang mengajar. Akhirnya anggota inti Osis mulai menjalankan tugasnya.
"Simpan tas kalian diatas meja!" perintahnya. Dengan terpaksa dan pasrah mereka meletakan tasnya diatas meja masing-masing.
"Mampus!" pekiknya.
"Shhttt!!"
Intan menendang kursi teman yang berada di depannya. Beruntungnya temannya itu menyadari dan sedikit melirik ke arah Intan.
"Gue bawa vape" bisik Intan. Namun masih bisa terdengar oleh Naga.
"Gue gak mau sampe bawa-bawa orang tua nantinya" ucap Intan dengan nada panik.
Mengingat saat kelas sepuluh Intan juga pernah ketahuan membawa vape ke sekolah hingga membuat orang tuanya dipanggil dan memarahi Intan habis-habisan di depan banyak teman-temannya.
Naga menghela nafasnya. "Masukin tas gue sini."
♡♡♡
Selepas istirahat. Lapangan SMA Pelita kembali ramai, beberapa siswa sudah berbaris rapi disana. Bukan karena akan melangsungkan upacara lagi, melainkan deretan siswa yang melanggar akan menjalani hukuman.
"Nara?" gumam Naga, ketika netra hitamnya tak sengaja menemukan seorang gadis bernama lengkap Nara Deborra tengah ikut berbaris di lapangan.
'Dia kenapa?' batinnya.
"Oke semua sudah kumpul, saatnya kalian menjalani hukuman karena sudah melanggar dengan beberapa bentuk pelanggaran yang berbeda-beda,"
"Untuk laki-laki mundur empat langkah ke belakang" Atas intrupsi Alam, mereka segera mundur. Dan kini sudah berada di tengah lapangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
NARANAGA [REVISI]
Roman pour AdolescentsSEDANG DI REVISI KESELURUHAN! BAIK ALUR CERITA MAUPUN KARAKTER TOKOH. JADI JANGAN KAGET JIKA MENEMUKAN KETIDAKSESUAIAN DENGAN CERITA SEBELUMNYA. ENJOY THE READING :) "Ini tentang anganku mendapatkanmu, berusaha keras untuk bisa bersamamu, walau ken...