Siang ini terasa sangat menyiksa. Panas terik matahari terasa hanya beberapa senti diatas kepala. Sudah hampir setengah jam, puluhan siswa berbaris di lapangan. Sebagian dari mereka mengeluh kepanasan.
Tepat hari ini perkemahan yang diirencanakan jauh-jauh hari, akhirnya terlaksana. Disambut antusias oleh para siswa.
Sisa beberapa menit lagi upacara akan segera usai.
Di tiga barisan terakhir regu Sakura, terdapat seorang perempuan tengah berusaha menahan dirinya agar tidak jatuh pingsan. Meski terlihat jelas wajahnya sangat pucat, keringat bercucuran di dahinya, tangannya mengepal erat berharap bisa membuat dirinya lebih kuat sedikit lagi."Upacara telah selesai, laporan selesai" ucap pemimpin upacara dengan suara lantang.
"Laporan saya terima. Bubarkan!" jawab pembina. Para siswa bernafas lega.
Baru saja hendak balik kanan untuk bubar, perempuan tadi sudah benar-benar tak kuat menahan keseimbangan tubuhnya. Hingga akhirnya ia terjatuh pingsan.
"Nara!"
Perempuan di barisan belakangnya terkejut saat tubuh Nara terjatuh tepat di hadapannya. Dia tak sempat menangkap tubuh temannya itu, yang berakhir tergeletak di rerumputan lapangan.
Beruntungnya petugas PMR melihat hal itu dan dengan segera mengambil tandu untuk membantu Nara.
Ketiga temannya mengikuti dari belakang dengan perasaan khawatir.Setiba di tenda putih yang dikhususkan untuk orang sakit, Nara segera diberi pertolongan oleh petugas PMR.
"Ghe, tolong ambil minyak angin" ucap Rega, yang barusan membantu membopong tandu. Dia anak SMA Pertiwi yang menjabat sebagai ketua PMR.
Vika membantu membuka sepatu yang Nara pakai, begitupun dengan Tasya membantu membuka sabuk yang mengikat pada pinggangnyaa. Risha masih mencoba membangunkan Nara dengan menggoyangkan dan menepuk-nepuk tubuhnya. Mereka terlihat sangat khawatir.
"Ra, sadar dong."
Saat mengetahui Nara pingsan. Naga sangat mencemaskannya dan segera menuju tenda PMR untuk memastikan kondisi gadis itu.
Setiba disana, tanpa aba-aba ia langsung menendang Rega. Sontak membuat para perempuan disana menjerit. Mereka terkejut dengan kejadian barusan.
Rega tersungkur jatuh dengan pukulan yang diberikan Naga."Dasar brengsek!" ungkapnya sambil terus menghantam tubuh Rega tanpa ampun. Rega yang terkejut masih belum melakukan perlawanan.
"Kalian kenapa diem aja, temen kalian dilecehin sama bajingan ini!" Kini Naga menatap ketiga sahabat Nara secara bergantian, lalu kembali menghantam Rega dengan pukulannya.
"Lo salah paham anjing!" Rega angkat bicara saat dirinya mulai terus dihajar.
Sebagai anggota PMR ia diajarkan bagaimana cara menyadarkan orang pingsan. Membuka satu kancing baju bagian atas adalah salah satu cara menyadrakan orang dari pingsan. Itulah mengapa Naga sangat marah padanya."Lo berdua ikut gue sekarang!" Vika akhirnya menyeret kedua lelaki itu.
♡♡♡
Awan berubah gelap. Malam menyambutnya. Keadaan Nara sudah jauh lebih baik setelah ia meminum obat dan beristirahat cukup. Kini ia dan ketiga temannya sedang merebus mie instan di depan tenda.
"Gue mau beli es, kalian mau nitip?"
"Nitip" jawab ketiganya bersamaan.
Alunan ring tone terdengar dari ponsel yang sedang Nara mainkan. Terdapat panggilan masuk dari seseorang.
'Hallo... Ra tenda kamu dimana? Kakak udah di parkiran nih'
Suara lelaki terdengar pada sambungan telepon. Siapa lagi kalau bukan Fadlan Anugrah. Lelaki itu sudah berjanji akan berkunjung malam ini.
"Bentar kak, Nara samperin kesana" jawabnya. Lalu segera bangkit dari duduknya untuk menemui Fadlan.
"Kak Fadlan?" tanya Vika yang dijawab anggukan oleh Nara.
"Ajak kesini Ra, udah lama gue gak ngobrol sama dia" Tasya menambahkan seraya tersenyum-senyum.
"Dasar mau modus lo" sarkas Vika dengan menoyor kepala Tasya.
"Es nya biar gue aja yang beli, biar sekalian" kata Nara sebelum bergegas menuju parkiran.
♡♡♡
"Kak Fadlan" sapanya, sambil terus berjalan mendekat lelaki berhoodie putih yang sedang duduk diatas motor tua klasik miliknya.
Fadlan tertawa tepat disaat Nara sudah berada dihadapannya. Alhasil membuat Nara kebingungan
'Apa ada yang lucu?' batinnya.
"Baru juga sehari, muka udah sehitam ini, " ceplos Fadlan disela renyah tawanya. "Seriously?"
Menyadari hal yang membuat Fadlan tertawa alhasil Nara mencubit perut buncit lelaki itu hingga membuatnya mengaduh kesakitan.
"Bisa-bisa Mama gak ngenalin anaknya ini" tambah Fadlan masih belum puas meledek adik angkatnya.
"Ah Kak Fadlan mah gitu" Nara mulai cemberut ketika Fadlan tak hentinya tertawa dan mengejeknya. "Ara bilangin Mama baru tau rasa."
"Iya iya" Fadlan akhirnya berhenti tertawa. Lalu mengambil keresek yang menggantung di motornya.
"Martabak favorit pesanan tuan putri" ucap Fadlan dengan gayanya.Seketika wajah Nara berubah tersenyum lalu dengan cepat meraih keresek putih berisi martabak favoritnya itu.
Sebelum berangkat perkemahan Nara memang sudah meminta Fadlan membawakan martabak jika lelaki itu akan berkunjung."Nah ini baru good " kata Nara sambil terus melebarkan senyumnya.
Pembahasan perihal kejadian siang tadi masih menjadi topik hangat yang di gosipkan para penghuni bumi perkemahan.
Beberapa siswa berjalan sembari terus menggosiipkan kejadian itu, dan sesekali mereka juga melirik Nara. Fadlan yang berdiri disampinya sedikit mendengar apa yang mereka katakan, ia menatap Nara seolah bertanya apa yang sedang terrjadi.♡GIVE ME VOTE OR COMMENT♡
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~THANK YOU ALL

KAMU SEDANG MEMBACA
NARANAGA [REVISI]
Ficção AdolescenteSEDANG DI REVISI KESELURUHAN! BAIK ALUR CERITA MAUPUN KARAKTER TOKOH. JADI JANGAN KAGET JIKA MENEMUKAN KETIDAKSESUAIAN DENGAN CERITA SEBELUMNYA. ENJOY THE READING :) "Ini tentang anganku mendapatkanmu, berusaha keras untuk bisa bersamamu, walau ken...