13. Sebuah Alasan

25 22 15
                                    

Secangkir kopi hangat menemani Naga bermain game online. Cuaca sore ini sedikit mendung. Indahnya senja pun tak terlihat oleh awan gelap. Sudah sekitar lima belas menit ia duduk di warung kopi itu, sembari menunggu Nara berziarah.

Tiba-tiba panggilan masuk ke ponselnya membuat Naga berdecak kesal karena harus menghentikan gamenya.
Rasa kesalnya hilang ketika mengetahui yang menelpon itu adalah bundanya sendiri.

"Iya bun ada apa? Hari ini aku pulang telat ya bun ada urusan dulu" tuturnya.

Nak... Dada bunda sakit banget

Terdengar lirhan suara bunda sontak membuat denyut jantung Naga melemah. Rasa khawatir mulai menyelimutinya.

Sesak...
Tolongin bunda, nak

"Bun, Naga mohon bunda bertahan. Naga akan pulang sekarang."

Tanpa berfikir panjang, ia segera melajukan motornya. Bahkan tak mempedulikan keselamatannya saat ini dijalanan. Pikirannya mulai kalut, takut terjadi sesuatu dengan sang bunda.

♡♡♡

Ruangan yang didominasi warna putih dengan bau khas obat-obatan menjadi saksi untuk pertama kalinya Naga mencium kening Nara, dengan keadaan perempuan itu masih pingsan.

Lima belas menit lalu Abyaz mengabarkan bahwa Nara sudah ditemukan dan dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan. Dengan segera Naga melajukan motornya menuju rumah sakit Medika Rosa untuk memastikan keadaan Nara.

Sesampainya disana, Nara masih belum sadarkan diri. Namun Dokter bilang tidak terjadi hal serius padanya dan beberapa saat lagi dia akan sadar.
Namun sampai saat ini badannya masih panas, matanya masih belum ada tanda-tanda untuk bangun.

"Maafin gue, Ra" ucapnya seraya mengelus lembut kepala gadis itu.

Tanpa sadar Naga meneteskan air matanya.

"Cepet sadar, Ra. Jangan bikin gue khawatir."

Terdengar ketukan pintu tiga kali. Bersamaan itu Naga segera menghapus air matanya.
Tak berapa lama, kemudian munculah seorang perempuan paruh baya dengan raut wajah cemas dan langsung menghampiri anak gadisnya.

"Ya ampun Ra, kamu kenapa sayang?" Perempuan itu tampak memeriksa keadaan anaknya yang pingsan. Sepertinya dia tidak menyadari keberadaan Naga disampingnya.

"Bangun sayang..., jangan bikin mama takut dong."

"Tante" panggilnya. Lantas membuat Andini sadar dengan keberadaan Naga.

"Maaf... Ini semua gara-gara saya" ucap Naga terdengar bergetar.

Andini terdiam. Seolah menunggu apa yang akan Naga jelaskan. Dengan penuh rasa bersalah Naga akhirnya menceritakan kejadian yang terjadi beberapa jam lalu.

♡♡♡

Naga memang sering di cap sebagai badboy oleh teman-temannya. Tingkah lakunya yang selalu semena-mena menjadikan dirinya dikenal nakal dan berandalan.

Namun seketika, sikapnya berubah ketika dirumah. Dimata Buna Rina, Naga adalah seorang anak baik, penurut, dan penyayang. Meski beberapa kali Bunda Rina pernah dipanggil ke sekolah karena ulahnya, dan Bunda Rina tahu betul kelakuan anaknya diluar rumah. Tapi sayangnya ia tak bisa mengubah hal itu, Naga terlalu keras kepala.

NARANAGA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang