Hari ini merupakan hari yang sudah sangat dinanti oleh kedua sekolah. Rutinitas setiap tahun SMA Pelita dan SMA Pertiwi selalu mengadakan pertandingan olahraga untuk mempererat hubungan persahabatan antar keduanya. Pertandingan selalu diadakan bergilir, kebetulan tahun ini SMA Pelita menjadi tuan rumahnya.
Acara tahunan kali ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Biasanya hanya mengadakan pertandingan olahraga dan bazar kelas, kini agendanya ditambah dengan berkemah bersama. Hanya saja pelaksanaannya dikhusukan untuk murid kelas dua belas saja dari tiap sekolah. Sebagai perwakilan juga masa percobaan karena ini kali pertamanya kedua sekolah melakukan perkemahan bersama.
Pukul delapan lewat sepuluh, pertandingan basket putra dimulai. Tak lupa disambut meriah dengan penampilan cheerleader.
"Ja, oper bolanya!" teriakan itu ditujukan pada Raja, anggota tim basket SMA pelita. Lelaki berbagan tinggi itu melemparkan bola pada rekannya.
Strategi permainan keduanya cukup kuat sehingga belum ada satupun yang bisa memasukan bola kedalam ring. Hingga pada menit enam belas, seorang lelaki melompat mendekati ring dan berhasil memasukan bolanya.
"Nice!" pekiknya. Bersamaan dengan itu suara teriakan penonton bersorak gembira. Perolehan satu skor untuk SMA Pelita, berkat Nagarjuna.
Kelihaiannya dalam bermain basket memang tidak diragukan lagi. Sejak kecil Naga kerap diajari Ayahnya, sehingga basket menjadi hobinya.
Setelah masuk sekolah Menengah Pertama, Naga mulai memfokuskan dirinya pada basket. Hingga kini ia menjadi atlet basket."Gak heran sih, pasti Naga yang bakal terus nyetak skor," ucap perempuan mengenakan id card kepanitiaan berkalung di lehernya. Dia salah satu fans fanatik saat Naga dilapaangan bersama tim basketnya.
"Prestasinya ketutup sama sikapnya yang nakal" celetuk gadis di sebelahnya.
"Tapi wajah gantengnya masih bisa nutupin sikap nakalnya, Ra" Sepertinya perempuan bernama Tasya itu tak terima dengan penuturan Nara barusan. Karena faktanya memang begitu, meski tingkahnya sudah tak bisa diatur dan kadang keterlaluan dia selalu mendapat pembelaan dari siapapun bahkan tak pernah satu pun temannya yang menjauhinya, baik itu cewek maupun cowok.
Dia banyak dikagumi para cewek karena parasnya dengan segala kelebihan lainnya yang ia miliki."Terserah." Nara tak ingin memperpanjang obrolannya tentang Naga. Karena Tasya termasuk pengagum lelaki itu, tidak akan ada habisnya dia membela dan terus memujinya.
Pagi ini Nara dan Tasya telah diberi tugas oleh Vika untuk membantu wasit menghitung perolehan skor. Keduanya duduk dipinggir lapangan menjalankan tugasnya.
Lima belas menit sebelum babak kedua benar-benar berakhir wasit memberikan break.
Selelah wasit meniupkan peluitnya, Naga langsung berlari menghampiri stand bazar kelasnya, tak jauh dari lapangan tempatnya bermain.
"Gue ambil dua" ujarnya setelah berhasil membawa dua cup es jeruk dari dalam kotak berisi tumpukan es batu untuk mendinginkannya. Lalu ia segera kembali kelapangan.
Sebelum bergabung dengan timnya, Naga menghampiri dua remaja perempuan sedang mengipas dengan kertas seadanya. Sepertinya mereka kegerahan. Karena sejak tadi mereka duduk dibawah terik matahari tanpa dipayungi apapun.
"Ra, buat lo" Naga menyodorkan satu es jeruk segar. Sikapnya yang tiba-tiba membuat Nara kebingungan. Bersamaan dengan itu wasit memberikan peluit untuk kembali melanjutkan pertandingan.
"Diminum ya." Senyumnya tercetak manis dari bibir lelaki itu. Lalu dia segera kembali ke lapangan. Nara masih dengan diamnya.
"Nara" Tasya menengok dengan tatapan mengintimidasi. Ucapannya berhasil menyadarkan Nara dari alam bawah sadarnya. "Gue gak tau apa-apa soal ini."
"Soal apa, sih?" Nara tak paham dengan perkataan Tasya.
"Pokoknya lo hutang cerita sama gue!" ungkap Tasya "Tentang hubungan lo sama Naga."
"Apaan sih, gue gak ada hubungan apa-apa sama Naga, jangan ngada-ngada, deh" sahut Nara cepat. Dia tak mau Tasya salah paham.
Nara mengalihkan pandangannya ke lapangan. Tak sengaja matanya beradu dengan manik teduh milik Nagarjuna. Lelaki itu tersenyum tipis, satu tangannya memberikan isyarat agar Nara meminum Es Jeruk yang beberapa menit lalu diberikannya.
"Kalo nggak ada apa-apa, kenapa cuma lo yang dikasih Es Jeruknya? "
♡♡♡
Seusai acara berakhir, Naga berniat untuk menemui Nara. Kini langkahnya berjalan menuju kelas 12 MIPA. saat tiba di depan kelas bertuliskan XII IPA 3 Naga berpapasan dengan ketua kelasnya.
"Nara masih di dalam?" tanyanya.
"Masih, masuk aja" jawabnya dengan mempersilahkan Naga masuk.
Naga berjalan menghampiri bangku belakang dimana ada empat orang perempuan berkumpul disana.
"Hai, boleh gabung kan?" Ucapannya mengalihkan perhatian keempatnya.
"Boleh-boleh silahkan" Tasya menyambutnya dengan antusias. Dia menarik kursi kosong disebelahnya dan mempersilahkan Naga duduk.
"Thanks."
"Oh iya, tadi kelas gue ada sisa minuman bazar yang belum ke jual," ujarnya seraya membuka tas gendong hitam yang semula bertengker disebelah bahunya.
"Kebetulan ada empat, pas banget buat kalian." Naga meletakan satu persatu cup Es Jeruk di depan masing-masing gadis.
Vika menoleh, menatap teman-temannya. Lalu berakhir menatap Naga lekat-lekat.
"Gak biasanya, ada maksud apa lo?" tanya Vika to the point. Sebagai wakil OSIS yang sering menghukumnya dia tau betul tingkah lelaki itu."Santai dong Bu Ketu, jangan su'udzon dulu, gue cuma-"
"Naga please jangan bikin gue bingung. Sebenernya lo ada hubungan apa sama Nara?" Tasya menyerocos, memotong Naga yang sedang berbicara.
"Apaan sih, Tas," Kali ini Nara ikut berbicara. Raut wajahnya bercampur antara malu, kesal, dan sedikit salah tingkah.
Naga tersenyum singkat. "Belum ada hubungan apa-apa, Tas" jawab Naga sekenanya.
"Gak ada, bukannya belum ada" Nara meralat ucapan Naga barusan.
♡♡♡
♡GIVE ME VOTE OR COMMENT♡
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~
~♥~THANK YOU ALL

KAMU SEDANG MEMBACA
NARANAGA [REVISI]
Fiksi RemajaSEDANG DI REVISI KESELURUHAN! BAIK ALUR CERITA MAUPUN KARAKTER TOKOH. JADI JANGAN KAGET JIKA MENEMUKAN KETIDAKSESUAIAN DENGAN CERITA SEBELUMNYA. ENJOY THE READING :) "Ini tentang anganku mendapatkanmu, berusaha keras untuk bisa bersamamu, walau ken...