Duduk dalam diam sepanjang perjalanan, setibanya di bandara Viktor membukakan pintu mobil untuk Megan dan menggandeng lengan wanita itu. Membuat Megan merasa risih seketika.
Belum hilang rasa risihnya, tak lama kemudian beberapa wartawan bergerombol mendatangi Viktor dan Megan. Bagai angin segar ini seperti salah satu jalan keluar untuk mengadu kepada semua orang tentang penyekapan yang dilakukan Viktor padanya.
Namun seketika juga Megan merasa jarinya diremas dengan kuat, ia mengadah ke samping dan mendapati pria itu nampak santai mengenakan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Andai Viktor tak mengenakan kacamata, pasti ia dapat melihat kegugupannya ketika awak media tengah sibuk mewawancarai dirinya.
Seputar pengusaha muda yang sukses, penerus mendiang sang Ayah yang namanya sangat terkenal di dunia bisnis, tengah menggandeng mesra seorang wanita. Tentu hal ini akan membuat media bertanya-tanya, siapa wanita yang berhasil merebut hati sang miliuner? Hal itu semakin membuat perasaan Megan senang, seolah Viktor telah termakan oleh perangkapnya sendiri.
"Maaf, kami sedang mengejar waktu..."
"Apa dia kekasihmu?"
...
"Ya, dia kekasihku. Kami bertemu beberapa tahun yang lalu!"
"Siapa namanya?"
...
"Megan!"
Viktor berusaha menyembunyikan Megan di balik tubuh tingginya, melindungi bahu wanita itu dari berbagai sorotan kamera. Dalam hati ia memaki para wartawan yang mengikutinya, dan berpikir bahwa tak selamanya hal ini dapat ia sembunyikan.
Viktor sempat berpikir, mungkin jika ia terbuka kepada semua orang terutama media. Ia tak perlu lagi repot-repot menyembunyikan Megan di dalam rumahnya, Megan dapat berkeliaran bebas di manapun. Namun semua itu tentu dengan sugesti yang baik kepada Megan agar wanita itu tak berani mengadu atau membeberkan hal yang pernah ia perbuat. Terutama kekerasan dan pembunuhan..
"Aku tidak pernah suka kerumunan orang-orang." Kata Viktor setelah merasa aman dari kejaran awak media.
"Ya, aku tahu."
"Aku Ibumu, tentu saja aku tahu apapun tentangmu." Kata Megan, hal itu tentu saja membuat Viktor mendengus kesal.
.
.
.Santorini - Greece
Pulau yang memiliki laut berwarna sangat biru dan langit yang begitu cerah, setibanya Megan di tempat yang indah itu lelahnya terbayar. Bibirnya menyunggingkan senyum lebar dan perasaannya bisa sedikit lebih tenang. Ia tidak tahu tempat ini sangat indah, Megan tidak pernah kemari sebelumnya. Walaupun ia sedih karena harus kemari dalam keadaan tertawan oleh Viktor.
Andai ini adalah sebuah bulan madu sungguhan, Megan tentu akan sangat bahagia. Namun sayang hubungan percintaan yang pernah ia rasakan tak selalu indah, kini ia menemukan keindahan namun bukan dengan pasangan yang ia inginkan dalam hidupnya.
Seorang pria bertubuh tinggi yang berdiri tak jauh darinya, dari segi fisik Viktor memang sangat menawan. Tidak terlalu banyak bicara dan juga cerdas, namun kedua mata yang tertutup oleh kacamata hitam itu memiliki sifat aslinya tersendiri. Dan siapapun yang berhubungan dengan pria seperti Viktor sudah dapat dipastikan tidak akan memiliki hidup yang tenang, walau ia bisa membeli kemewahan dan menawarkan keindahan kepada pasangannya.
"Memikirkanku?" Tanya Viktor mendatangi Megan seraya memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Pergilah! Aku butuh ketenangan." Balas Megan seraya menikmati semilir angin di pinggir pantai, sungguh angin yang sejuk meski matahari begitu terik siang ini.
"Kau tahu, aku dapat menenangkanmu."
"Pergilah Viktor!"
"Aku tidak ingin diperintah Megan.." balas Viktor masih berusaha mendekati Megan.
Megan mendongak menatap tajam ke arah Viktor, sejenak saja pria itu sama sekali tak pernah pergi darinya. Atau setidaknya membiarkan Megan sendiri tenang dengan pikirannya, bahkan rencana yang tersusun matang kini hampir sirna karena Viktor terus menempel padanya.
"Apa kau gila? Aku ini Ibumu!" Bentak Megan saat Viktor berusaha menyentuh pinggulnya.
"Kau bukan Ibuku!" Balas Viktor tak mau kalah.
"Tapi aku yang membesarkanmu!"
"Aku tidak perduli!" Elak Viktor.
Megan menghembuskan nafas kasar, ia lelah. "Kau benar-benar gila..." ucapnya pelan.
"Aku tidak pernah segila ini." Kata Viktor, Megan merasa ingin mati saja.
Tanpa banyak bicara Megan meninggalkan Viktor menuju hotel yang telah Viktor siapkan sebelumnya, dan tentu saja pria itu selalu mengekor di belakangnya. Seperti sebuah magnet yang tak ingin terlepas dari pasangannya, terkadang Megan risih dan menekan dada pria itu untuk menjauh darinya. Tapi Viktor tetaplah Viktor, pria itu memiliki keinginan yang tidak dapat ditolak.
Dan Megan yang menjadi boneka hanya bisa pasrah, khawatir jika pria itu akan membunuh seseorang lagi atau lebih buruk.
"Mau apa?!" Ketus Megan seraya berdiri di hadapan Viktor yang ingin memasuki kamarnya.
"Aku hanya memesan satu kamar." Kata Viktor menaikan sebelah alisnya.
Megan melirik ke dalam kamar, "hanya ada satu ranjang." Kata Megan.
"Tepat sekali." Balas Viktor singkat lalu memasuki kamar tanpa harus meminta persetujuan wanita itu, ia juga lelah setelah penerbangan dan perjalanan jauh. Ia ingin beristirahat.
Tanpa banyak bicara Viktor segera melucuti semua pakaiannya dan hanya menyisakan boxer lalu merebahkan dirinya di atas ranjang.
Megan yang melihat hal itu hanya menggeleng lemah, ia menutup pintu kembali dan meletakan semua barang-barangnya di sudut ruangan. Berusaha menikmati pemandangan indah yang tersaji di hadapannya, balkon yang mengarah langsung ke laut biru. Suara burung beterbangan menambah kesan indah, setelah ini Megan hanya berharap tidak ada lagi pembantaian yang dilakukan Viktor.
Ia menoleh ke belakang, melihat pria itu tengah tertidur lelap di atas ranjang. Wajahnya begitu tenang dan damai, Megan ingin pria itu tetap seperti itu. Tenang dan damai, tidak seperti ketika ia terbangun dan menunjukan wajah mengerikan di balik senyumannya yang penuh arti. Megan merasa tidak ingin Viktor bangun.
Merasa kagum dengan wajah yang dulu mungil, Megan mendatangi Viktor dan duduk di sebelahnya pria yang masih dalam keadaan tertidur itu. Mengamati lekat-lekat dan memastikan bahwa dia bukanlah anak kandungnya, tapi rasa sayang Megan sudah menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Namun Viktor tak perduli tentang hal tersebut.
Pria kecil yang dulu sangat disiplin akan hidup kini menjelma menjadi seorang pria sukses yang telah menyamai mendiang Ayahnya, walau yang sebenarnya terjadi adalah Viktor berhasil membunuh Ayahnya sendiri. Lebih tepatnya, bukan Ayah kandung.
Tiba-tiba Megan terkejut ketika kedua mata tajam itu terbuka, "jika kau berpikir untuk lari dariku, maka enyahkanlah pikiran tersebut!" Ucapnya ketus.
Megan memegang dadanya sendiri, ia hampir saja berteriak. Kenapa pria itu selalu terjaga di setiap tidurnya? Apa dia sama sekali tidak pernah tidur nyenyak bahkan jika ada peristiwa gempa bumi sekali pun.
"Aku hanya rindu kepada bocah kecilku.." balas Megan.
"Uhm... ku harap kau mau melepaskan bocah itu karena sekarang mungkin dia akan bersiap melamarmu." Kata Viktor.
***
To be continue
9 Januari 2020
***
Yup!
Megan dan Viktor liburan ke Santorini
Adam ama Eve liburan ke Venice
Apa cuman Author yang liburan awal tahun di rumah aja? 😓
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY
Mystery / ThrillerSudah terbit! Seorang anak laki-laki, yang terpisah dari Ibunya semenjak lahir. Saat mereka bertemu lagi ketika anak tersebut menginjak umur delapan tahun, Putranya tumbuh dewasa hidup bersama sang Ibu, tapi sang ibu melihat keanehan kepada Putrany...