"Hei...."
Seru seorang gadis remaja cantik seraya berlari membawa buku tulis, berlari dengan menggunakan sepatu sekolahnya yang berat dan tas ransel yang besar. Mary berlari ke arah anak lelaki yang menunjukan raut wajah tak sukanya kepada Mary. Gadis itu terengah-engah, berlari di tengah terik matahari demi mengejar Viktor dan memberikan buku tulis lelaki itu yang tertinggal.
"Seharusnya kamu biarkan saja buku ini hilang..." ketus Viktor, ia selalu menghindari Mary. Semenjak menduduki sekolah dasar hingga high school sepertinya gadis itu tak berhenti membuntuti Viktor, membuat Viktor jenuh dan ingin sekali mendorong kepala Mary ke dinding sekolah. Gadis itu sudah seperti parasit dan Viktor risih karenanya.
Tanpa ucapan terima kasih, Viktor meninggalkan Mary begitu saja setelah mengambil bukunya dengan kasar dari tangan Mary. Gadis itu terdiam di tempatnya berdiri, melihat lelaki remaja dengan postur tubuh kurus dan tinggi itu pergi begitu saja. Kenapa lelaki dingin itu tidak pernah mau berteman dengan Mary sejak kecil?
Mary hanya ingin berteman, memiliki teman. Karena tidak ada seorang pun yang mau berteman dengan Mary, nasibnya sama seperti Viktor. Dan Mary pikir, karena mereka berdua memiliki kesamaan, Viktor mau berteman dengannya. Tapi ternyata tidak, Viktor seperti terbiasa dan menyukai kesendiriannya. Meski terbilang murid yang berprestasi, namun Viktor enggan berteman dengan siapapun.
Lelaki itu selalu menghindari setiap orang...
Beberapa menit berjalan kaki, Viktor akhirnya tiba di rumah dan melepas sepatunya. Ia melirik ke kanan dan kiri, tak kunjung menemui Ibunya yang kini telah berhenti bekerja karena sebuah alasan yang tidak Viktor ketahui. Entahlah, semenjak kedatangan Albert beberapa tahun yang lalu di rumah ini, Megan selalu tertutup pada Viktor.
Padahal, Viktor tidak melakukan hal aneh dan sudah mengurangi gambarannya yang mengerikan.
"Dimana Mom?" Tanya Viktor saat melihat Albert yang baru saja keluar dari kamar Ibunya, dan anehnya Albert menutup pintu kamar itu kembali. Tidak seperti Megan yang selalu membuka lebar pintu kamarnya.
Albert lebih tertutup...
"Dia sedang tidur, baru saja minum obat." Tukas Albert, Viktor dapat melihatnya, Albert membawa segelas air putih di tangannya.
"Mom sakit lagi?" Tanya Viktor, nada bicaranya terdengar datar, namun wajahnya terlihat sangat khawatir. Bagaimana tidak, kondisi Megan semakin lama semakin memburuk. Viktor bahkan tidak tahu kemana Albert membawa Megan setiap sakit wanita itu bertambah parah.
Albert selalu berbicara kepada Megan, jika Viktorlah yang membuat rasa takut Megan berkembang menjadi sakit dan membuat kondisinya menurun. Setidaknya itu yang selalu didengar oleh Viktor, meski Albert tidak mengatakannya langsung pada Viktor dan hanya kepada Megan.
Viktor bahkan tidak diijinkan melihat Ibunya sendiri, tak lagi bisa melihat wajah cantik yang dulu selalu ceria itu.
Yang terakhir kali Viktor lihat, Megan sangat kurus dan pucat. Padahal, Viktor tidak pernah menakuti wanita itu secara berlebihan. Hanya kenakalan biasa yang dilakukan bocah lelaki pada umumnya, hanya saja Viktor adalah pribadi yang penyendiri dan tidak banyak bicara. Sehingga kebanyakan orang pasti akan heran melihatnya.
Albert hanya mengangguk menjawab pertanyaan Viktor, lalu remaja lelaki yang berumur lima belas tahun itu menuju kamar tidurnya. Melewati Albert yang sedari dulu selalu menatapnya aneh, semenjak hari dimana Viktor dengan sengaja meninggalkan gambaran aneh yang memang digunakan untuk menakuti Albert.
Tapi sepertinya pria itu tak pernah lelah dalam mengejar Megan.
Viktor menutup rapat kamar tidurnya, mengganti seragam sekolah dengan baju kaos dan celana kain. Ia duduk di kursi belajarnya seperti biasa ketika ia pulang sekolah, Viktor akan lebih senang menghabiskan waktu dengan membuat gambaran atau sketsa di sebuah kertas atau buku belajar bagian belakang miliknya.
...
Bugh!
Mary terjatuh ke bawah lantai saat seorang mendorongnya kuat ke dinding, wajahnya terlihat hampir menangis saat beberapa teman-temannya kembali mengucilkan Mary. Gadis yang polos dan terbilang kurang pergaulan itu hanya bisa diam dan tidak berani melawan saat teman-temannya melecehkan dirinya.
Namun tiba-tiba, secara tak sengaja atau memang kebetulan. Mary melihat Viktor yang duduk tak jauh dari tempatnya saat ini, lelaki itu duduk dengan santainya seraya membaca sebuah buku yang ada di tangannya. Viktor pasti melihat kejadian barusan, karena tidak ada seorang pun di tempat sepi seperti ini.
Tapi lelaki berambut hitam legam dan selalu tampil acak-acakan itu lebih memilih mengabaikan hal yang baru saja terjadi.
Mary berdiri, menuju ke arah Viktor yang sedang duduk.
"Apa kamu sama sekali tidak memiliki hati nurani?" Cecar Mary, Viktor yang merasa kegiatan membacanya terganggu menoleh ke arah gadis itu. Dan Viktor mengerti apa yang dimaksud oleh Mary.
"Apa kamu berharap aku akan menolongmu? Jika iya, lebih baik kamu baca Novel dan berhenti berhalusinasi bahwa akan ada seseorang yang akan melakukan hal itu!" Balas Viktor tak kalah ketus.
Mary terdiam, ia sama sekali tidak mengerti pemikiran Viktor. Lelaki itu tidak memiliki rasa simpati terhadap apapun di sekitarnya.
Apa dia itu tergolong Sosiopat?
Viktor menggeleng tak habis pikir, kembali meninggalkan Mary yang terdiam karena bahasa Viktor yang ketus. Bagi Viktor, adalah hal yang biasa ketika banyak orang diperlakukan tak adil. Itu sudah seperti hukum alam bagi Viktor, yang menang adalah yang paling kuat.
Dan hal seperti itu ternyata tak hanya ada di dunia liar saja, kehidupan sosial ternyata tak jauh berbeda. Setidaknya itulah pengamatan Viktor tentang sekitarnya, bahwa semua yang terjadi adalah lumrah. Keadaan, peristiwa, kejadian adalah hal yang wajar terjadi. Meskipun dalam bentuk kekerasan hingga pengrusakan sekalipun, itu sudah sifat dasar manusia.
Sampai akhirnya bel berbunyi, semua murid berlarian keluar dari ruang kelas begitupun dengan Viktor dan Mary. Namun siang ini, gadis itu tak lagi membuntutinya dan memilih berjalan sendiri. Itu bagus bagi Viktor, setidaknya ia dapat terhindar dari rengekan gadis itu.
Namun, sepertinya hari ini bukanlah hari yang baik bagi Mary.
Karena tak lama berjalan kaki, Viktor mendengar suara tabrakan dan saat ia menoleh, gadis itu sudah terlempar jauh ke jalanan dan si pengendara mobil yang menabraknya berhasil kabur. Sekilas Viktor melihat pengendara tersebut sedang dalam keadaan mabuk memegang botol minuman keras. Beberapa teman sekolah Viktor tak berani menolong Mary yang telah berdarah di sana.
Viktor pun sebenarnya tidak ingin repot-repot mengotori seragam sekolahnya dengan darah Mary, namun dia tidak memiliki pilihan lain selain membantu gadis polos itu. Viktor akhirnya menuju tubuh Mary yang tergeletak di pinggir jalanan yang sepi. Mengangkatnya kembali ke sekolah guna mencari pertolongan terdekat. Kepala Mary benar-benar terbentur dengan keras hingga menyebabkan darah terus keluar.
***
To be continue
10 Maret 2020
Say HI to Vicky ☻🖤
"I miss you, Mom.." Vicky
Ada yg mengubah pandangannya ke Viktor?
Baiknya anda pikirkan baik² 😌🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY
Mystery / ThrillerSudah terbit! Seorang anak laki-laki, yang terpisah dari Ibunya semenjak lahir. Saat mereka bertemu lagi ketika anak tersebut menginjak umur delapan tahun, Putranya tumbuh dewasa hidup bersama sang Ibu, tapi sang ibu melihat keanehan kepada Putrany...