The Boy 3

5.8K 560 32
                                    

Cekle...

Bunyi decit pintu, Megan mengendap memasuki rumahnya sendiri. Itu aneh bagi Megan, ia sudah seperti maling yang menghindari kebisingan dan perhatian dari seseorang. Megan meletakan sepatunya di rak tanpa menimbulkan bunyi apapun, melihat ke sekeliling rumah terasa sunyi dan sepi. Bertahun-tahun Megan tinggal di rumah ini, tidak pernah ia rasakan sunyi yang mencekam seperti ini.

Sunyi yang terasa aneh...

Megan merasa bocah itu pasti sudah tidur karena malam sudah semakin larut, Megan sadar tak seharusnya ia meninggalkan anaknya seorang diri di dalam rumah. Terlebih lagi Viktor masih sangat kecil, itu adalah hal yang ceroboh untuk seorang Ibu seperti Megan.

Ya, ceroboh jika saja Viktor seperti anak normal lainnya...

Batin Megan, kini ia mulai menyetujui perkataan Albert tentang keanehan Viktor. Megan sadar, terlalu dini untuk membuat kesimpulan seperti itu terlebih lagi Megan sama sekali belum memeriksakan keadaan psikologis Viktor. Dan lagi, Megan sama sekali tidak mengetahui karakter Viktor semenjak anak itu lahir.

Megan berjinjit, tak ingin menimbulkan suara sedikitpun dan membuat Viktor terbangun. Dengan sangat pelan, ia menutup pintu kembali lalu menguncinya. Megan bahkan membuat adegan slow motion ketika memutar kunci pintu.

Tek....

Bunyi yang tidak terlalu nyaring meski Megan menutup kedua matanya berharap suara itu tak terdengar.

Meskipun Megan ragu suara sekecil itu terdengar hingga kamar Viktor.

Megan menghela nafas perlahan, bahunya terlihat lesu. Ia sedikit lega setidaknya ia tiba di rumah tidak bertemu dengan Viktor yang selalu membuat dirinya merasa aneh dan takut. Megan menempelkan dahinya ke daun pintu, memikirkan semua kejadian yang aneh meskipun itu belum seberapa.

Atau memang Megan belum siap untuk menjadi seorang Ibu dan menerima segala keanehan sang Anak.

Megan berbalik badan, berniat menuju kamarnya dan melepaskan penat setelah seharian otaknya dikuras untuk hal-hal yang tidak masuk akal dan aneh baginya.

Namun saat ia berbalik, seorang anak laki-laki berdiri tepat di hadapan Megan. Mengenakan piyama tidur dan menatap Megan dengan datar.

Sekali lagi, Megan dibuat hampir terkena serangan jantung karena terkejut. Namun saat ini, Megan sedikit dapat mengendalikan rasa takutnya yang berlebihan seperti tempo hari mendapati Viktor berdiri di belakangnya. Megan berusaha menetralkan wajahnya, membuang semua ketakutan dan meyakinkan dirinya bahwa yang berdiri itu hanyalah Viktor. Anaknya, anak yang aneh.

"Vicky?" Ujar Megan, mencoba menghilangkan kegugupan dan suaranya yang tercekat. Karena di rumah sebesar ini, Megan hanya berdua dengan bocah yang dikatakan oleh Albert sebagai bocah yang terindikasi Psikopat itu. Dan sekarang, Megan baru benar-benar menyadari satu hal yang dikatakan oleh Albert tadi.

Viktor tidak memiliki ekspresi apapun di wajahnya.

Meski pada awal bertemu dengan Viktor, Megan sempat berpikir bahwa bocah itu memang pendiam atau tidak tertarik pada humor. Tapi sekarang Megan sadar, Viktor sama sekali tidak memiliki empati.

Wajah mungil itu terlihat tampan, tapi alis dan pandangan matanya melambangkan kengerian.

"Mom, kau dari mana?" Tanya Viktor, nada suaranya seperti bocah polos yang tidak mengerti apapun. Tapi tatapan dinginnya seolah menusuk jantung Megan. Sekilas Megan melihat Viktor seperti memiringkan kepalanya sedikit saat menunggu jawaban Megan, atau hanya perasaan Megan saja seolah rumah ini berputar sedikit dan membuat kepala Megan terasa pusing.

Megan memegangi dahinya, segala pemikiran aneh terhadap Viktor dan ketakutannya sekarang ini membuat otak dan tenaganya benar-benar terkuras. Megan merasa tubuhnya lelah dan lemah, tidak bersemangat dan lesu. Apa yang telah dilakukan bocah itu padanya?

"Mom, kau baik-baik saja?" Tanya Viktor lagi. Megan mengangguk.

"Ya, Mom baik-baik saja" jawab Megan dan berjalan sempoyongan melewati Viktor.

Megan berjalan tertatih sembari berpegangan pada apapun, termasuk sofa dan dinding. Hingga pada akhirnya ia menemukan kamarnya dan buru-buru memasukinya.

Brak!

Megan menutup pintunya dengan cepat, tak perduli di luar sana adalah anak laki-lakinya yang seharusnya Megan lindungi.

Makin kesini, Megan semakin meyakini sesuatu yang tidak beres.

Tubuh Megan merosot ke lantai, buru-buru membuka tasnya mencari benda kecil yang ia anggap sebagai penyelamat ketika keadaan menjadi begitu menakutkan seperti sekarang ini. Megan meraih ponselnya, menekan tombol dan menghubungi nomor Albert.

Namun tak kunjung ada jawaban...

Megan yang akhirnya putus asa menunggu panggilan telepon yang tak ada jawaban dari Albert, akhirnya memutuskan meninggalkan pesan kepada pria itu. Jemarinya bergetar mengetik beberapa kata yang meminta Albert untuk menemaninya esok hari ke Psikiater atau Psikolog terdekat, karena hal ini benar-benar darurat bagi Megan.

Melalui beberapa bulan bersama Viktor membuat Megan merasa ia mengalami gangguan mental.

Kini tubuhnya berkeringat, keringat dingin disertai getaran di beberapa bagian tubuhnya. Hingga Megan harus merangkak menuju atas ranjang guna merebahkan tubuh dan kepalanya, ia hampir gila karena ketakutan dan merasa paranoid ketika berhadapan dengan Viktor. Megan meletakan tasnya di atas lantai, tapi jemarinya masih menggenggam ponsel untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu hal yang tidak diinginkan.

Hingga pada akhirnya, setelah Megan berusaha menaiki ranjang dengan tubuh bergetar. Ia dapat merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya itu. Menatap langit-langit kamar, kepalanya kian terasa sakit seolah ingin meledak saat itu juga. Megan menggigil meski ia berkeringat, menggenggam ponselnya Megan akhirnya menutup kedua matanya karena lelah.

...

Pintu kamar itu terbuka sebagian, dengan perlahan langkah itu menuju kearah Megan. Membuka kaos kaki Megan dan menyelimuti tubuh wanita itu, tak lupa jemari mungilnya menyentuh dahi Megan. Terasa panas dan berkeringat, menandakan Megan sedang jatuh sakit karena demam yang ia derita.

Ini semua mungkin karena Megan pulang terlalu larut, dan sudah Viktor duga bahwa ia tidak menyukai Albert. Pria itu membawa pengaruh buruk bagi Megan, membujuk Megan dan mempengaruhi wanita itu. Dan benar saja, saat Viktor mengambil ponsel yang ada di genggaman Megan, ia melihat isi pesan Albert dan pesan terakhir yang Megan kirim.

Wanita itu berniat menemui Psikiater?

Itu artinya Viktor harus berpikir dengan keras lagi agar dapat mengelabui siapapun yang memeriksa Megan atau dirinya, karena sudah dapat Viktor tebak Megan akan memeriksakan Viktor juga. Atau setidaknya mengenalkan Viktor kepada Psikiater tersebut.

Viktor menaruh ponsel Megan di atas nakas, meninggalkan Megan sebelum memastikan selimut itu menutupi seluruh bagian tubuh Megan yang menggigil kedinginan.

Viktor berpikir,
Bahwa dirinya harus lebih cepat menyingkirkan Albert. Sebelum pria itu makin memisahkan Megan dengannya, karena sebelum Megan berhubungan dengan Albert, hidup Viktor dan Megan berjalan seperti biasa. Seperti Ibu dan anak pada umumnya.




***

To be continue

14 Februari 2020

***

Megan sakit karena apa?

MOMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang