Makan malam yang indah, semua wanita pasti akan tersanjung ketika sang kekasih membelikan gaun dan aksesoris mahal yang hanya dikenakan satu malam saja untuk acara makan malam di pinggir laut. Hidangan yang istimewa ditambah pemandangan laut di malam hari menjadikan makan malammu terasa bagai di surga. Ya, jika saja kekasih yang telah mempersiapkan hal itu semua bukanlah monster seperti yang ada di hadapan Megan saat ini.
Mengenakan gaun satin berwarna merah, Megan terlihat sangat cantik. Padahal ia sama sekali tak mengenakan make up secara berlebihan karena ia sudah menolak mati-matian ajakan Viktor untuk mengenakan gaun tersebut dan makan malam bersamanya.
Namun pria itu selalu saja berhasil memaksanya untuk memenuhi keinginan Viktor, alhasil akhirnya Megan yang selalu mengalah bak boneka yang menuruti kemauan pemainnya. Dengan berupa ancaman halus Viktor selalu berhasil memengaruhi pikiran Megan yang sangat lemah, andai Megan sedikit kuat dan tegas. Tapi jiwa keibuan dan rasa prihatin yang ia miliki terlalu besar, hingga ia menjadi tidak tega jika sesuatu terjadi.
"Kau suka hidangan lautnya?" Tanya Viktor, tentu saja hal itu membuat Megan bertambah kesal.
"Aku tidak suka bersamamu!" Balasnya ketus.
"Baguslah, karena besok kita akan pulang." Ujar Viktor, membuat dahi Megan berkerut bingung.
"Kenapa cepat sekali?" Tanya wanita itu.
Viktor mendengus kesal, "awak media sedang menuju kemari, aku tidak tahu kenapa. Tapi ku pikir, ini ada hubungannya denganmu. Mereka hanya penasaran tentang hubungan kita."
Megan hampir saja tertawa gila setelah mendengar hubungan kita di akhir kalimat Viktor, tapi sekali lagi ia berpikir bahwa jika media tahu kebenaran yang terjadi antara dirinya dan Viktor, hal itu bisa menjadi peluang besar baginya.
Viktor melirik Megan sekilas, "aku tahu apa yang kau pikirkan Megan, jangan buat aku melakukan hal yang tidak perlu!" Tegasnya.
Lagi-lagi Megan terdiam, menyembunyikan sesuatu dari Viktor memang tidaklah mudah. Apalagi ia mati-matian berusaha agar pria itu tak lagi membunuh seseorang.
Beberapa menit saling diam, akhirnya Viktor membuat sebuah gerakan yang berhasil membuat Megan sedikit cemas, apalagi mengingat perkataan pria itu tadi siang. Viktor mengeluarkan sesuatu dari dalam saku, Megan menghembuskan nafas panjang. Sungguh ia benar-benar tidak ingin hal ini terjadi.
"Viktor jika kau mau menunda hal tersebut beberapa lama lagi, aku siap untuk menuruti keinginanmu." Kata Megan, kalimat itu sontak keluar begitu saja dari bibirnya. Membuat Viktor terdiam sejenak seraya berpikir, setelah itu ia menyeringai.
"Apapun keinginanku?" Tanya Viktor menunjukan senyuman anehnya.
Entah Megan harus menyesali atau bersyukur dengan kalimat yang menyatakan sebuah penawaran barusan, yang jelas ia telah membuka penawaran kepada seorang monster. Seolah ia berjanji kepada iblis dan harus menepatinya, tapi jika ia mengingkari janji tersebut, Megan sudah tahu apa resikonya.
"Ya." Jawab Megan tergagap, Viktor mendengar pernyataan pertama wanita itu begitu mantap, tapi jawabannya barusan terdengar tidak meyakinkan. Sayangnya Megan terlalu bodoh untuk mengakali Viktor yang pada dasarnya adalah seorang pemikir.
"Baiklah, aku akan menunda hal tersebut. Tapi jika kau berani menolak keinginanku, maka aku tidak segan menyeretmu ke altar. Meskipun hanya mayatmu yang berhasil ku seret!" Kata Viktor, hal tersebut berhasil membuat Megan menegak salivanya sendiri. Ia sudah tahu seharusnya ia tidak berkata seperti itu.
Tapi Megan sama sekali tidak tahan dengan perlakuan Viktor yang menganggap hubungan ini semakin serius. Setelah itu benar saja, pria itu kembali memasukan sebuah kotak mungil ke dalam sakunya. Setidaknya untuk saat ini Megan tidak terkena serangan jantung jika pria yang pernah ia besarkan nekat melamar dirinya.
Megan bisa bernafas lega, malam ini ia tidur cukup nyenyak. Walau ia hanya tidur di ranjang bagian paling ujung sekali pun, ia membelakangi Viktor yang tidur bebas seolah tengah tidur bersama kekasihnya. Lelah dengan semua pemikiran akhirnya Megan bisa menutup kedua matanya dengan nyaman, tanpa takut akan gangguan yang Viktor berikan berkat perjanjian tersebut.
Sampai pagi menjelang, Megan masih merasa damai. Tidak ada kengerian dan hal-hal aneh seperti yang biasa dilakukan Viktor. Pagi ini ia menghirup aroma kue dan susu, tertata rapi di sebuah meja tepat di hadapan ranjangnya. Ketika ia membuka mata, Megan mendapati pria itu duduk di meja makan seraya meletakan selai roti di atas roti bakar lalu memakannya.
"Selamat pagi!" Ujar pria itu terdengar ramah.
"Pagi.." Megan membalas seraya beranjak dari tempat tidurnya, seolah terhipnotis dengan aroma kue di pagi hari ketika perutnya tengah lapar, Megan turut mendudukan diri di meja makan guna menyantap sarapan pagi.
Terlihat garis senyuman di wajah Viktor, Megan benar-benar menuruti keinginannya hanya karena takut dilamar. Tak apa, suatu saat wanita itu pasti akan siap. Begitu pikir Viktor. Sementara Megan berusaha berpikir keras untuk mengulur waktu atau mungkin membatalkan hal tersebut, tidak ada yang ingin menikah dengan anaknya sendiri, walaupun dia adalah bukan anak kandung..
"Sudah semua?" Tanya Viktor saat membereskan semua barang-barang.
"Ya, aku tidak terlalu banyak membawa barang." Balas Megan.
"Hmm.."
Viktor mengangguk, akhirnya mereka pergi dari tempat yang pasti akan Megan rindukan tersebut. Setidaknya di tempat ini pikirannya sedikit jernih dari kengerian dan perasaannya sedikit lega.
Kini ia harus kembali ke rumah, rumah yang suram, sepi seperti tak memiliki nyawa. Itu bukan rumahnya, tapi ia terkurung di dalam sana selama monster yang bersamanya ini masih bebas berkeliaran. Andai Megan dapat cepat menjebloskan Viktor ke rumah sakit jiwa, ia pasti sudah akan memilih untum bekerja sendiri tanpa harus tinggal di rumah yang telah menjadi peristiwa pembantaian. Mengerikan..
"Apa orang-orang itu sama sekali tidak memiliki pekerjaan lain?" Gumam Viktor ketika mereka telah tiba kembali di kota, Megan melihat apa yang Viktor lihat. Segerombolan wartawan berlarian ke arah mereka dan tentu saja hal itu berhasil membuat Viktor kesal setengah mati.
"Baiklah Megan, kali ini aku menagih kesepakatan kita. Aku akan berterus terang kepada media dan kau akan menuruti semua perkataanku tanpa bantahan, jika kau salah bicara satu kata saja..."
"...kau pasti tahu apa yang bisa aku lakukan!" Ancam Viktor.
Megan hanya terdiam, di dalam hati ia sempat berpikir bahwa ini adalah sebuah kesempatan emas untuk mengatakan kebenaran tentang semua perbuatan Viktor selama ini.
Tapi di sisi lain Megan juga tidak ingin mengorbankan banyak nyawa lagi jika rencana itu tidak berhasil, Viktor adalah pria yang manipulatif. Sudah pasti Megan tidak dapat berlaga seperti Viktor yang seolah tak memiliki dosa.
Tapi jika tidak dicoba, Megan tidak akan pernah bisa lepas dari pria itu..
***
To be continued
17 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY
Mystery / ThrillerSudah terbit! Seorang anak laki-laki, yang terpisah dari Ibunya semenjak lahir. Saat mereka bertemu lagi ketika anak tersebut menginjak umur delapan tahun, Putranya tumbuh dewasa hidup bersama sang Ibu, tapi sang ibu melihat keanehan kepada Putrany...