Sore ini, Viktor baru saja selesai membersihkan diri.
Ia melewati kamar Megan yang terbuka lebar dengan handuk tergantung di leher, sekilas Viktor melirik kamar itu kosong nampak tak berpenghuni. Viktor melewatinya begitu saja, ia pikir Megan mungkin di dapur, di halaman depan atau sekedar menonton televisi.
Namun saat Viktor tiba di kamarnya, ia melihat ke arah luar jendela.
Halaman depan kosong...
Hanya ada daun-daun berjatuhan dan angin sore hari yang dingin saat matahari mulai terbenam. Viktor kembali keluar dari kamarnya, melangkah menelusuri seisi rumah mulai dari lorong hingga ruangan kosong tak terpakai. Namun tak kunjung menemukan wanita itu.
Itu aneh, biasanya Megan menghabiskan waktu senggangnya menonton acara televisi atau sekedar memasak di dapur. Tapi pada saat Viktor melihat ke dapur, semua perabotan terlihat bersih. Dan kompor masih dalam keadaan dingin seperti tak terpakai cukup lama.
Viktor mengernyit, ada sesuatu yang salah pikirnya. Karena setahu Viktor, Megan pasti akan bilang kepadanya terlebih dahulu jika ingin keluar rumah, bekerja atau sekedar berbelanja.
Pikiran Viktor mulai gusar, berpikir bahwa perubahan Megan ada kaitannya dengan gambarannya. Dan Albert adalah salah satu tersangka yang membujuk Megan untuk menjauhi Viktor, kepala Viktor kini dipenuhi oleh pemikiran-pemikiran negatif. Ia berjalan kaki terus memutari rumah, mungkin bagi orang asing yang melihat Viktor saat ini menganggap bocah itu sakit jiwa.
Dari caranya berjalan, pandangannya yang kosong dan sedikit memiringkan kepala, Viktor lebih terlihat seperti hantu dari pada anak manusia. Wajahnya putih dan sedikit pucat meskipun terbilang tampan dengan potongan rambut yang rapi. Viktor terus memikirkan keberadaan Megan yang pergi tanpa memberitahunya terlebih dahulu.
Pada akhirnya, Viktor berbelok ke arah kamar Megan yang terbuka. Melihat sekitar dan Viktor menyukainya, Megan adalah wanita yang sangat bersih dan Viktor menyukai kebersihan, barang-barang tertata dengan rapi. Sepertinya Viktor betah berada di dalam kamar Megan berlama-lama.
Viktor kemudian menaiki ranjang Megan, terasa sangat empuk. Ia mulai menggerakan ranjang tersebut, melompat dengan kencang seolah ranjang itu adalah sebuah trampolin. Sangat lama Viktor bermain seperti itu, bahkan Viktor hampir bosan melakukannya, namun Megan tak kunjung pulang. Perasaan Viktor makin kuat, jika Megan sedang bertemu Albert di luar sana, dan mungkin saja Albert akan membujuk Megan dengan kata-katanya yang manis untuk menjauhi Viktor.
Seketika Viktor menghentikan lompatannya...
Wajahnya berubah menjadi masam memikirkan Megan berduaan bersama Albert dan mengeluarkan suara seperti kemarin malam.
Viktor lalu turun dari ranjang Megan, merapihkannya kembali lalu berjalan menuju lemari pakaian Megan.
Viktor membukanya,
Lemari besar yang penuh dengan pakaian Megan. Mulai dari pakaian kerja, hingga pakaian minim.Seketika kedua mata Viktor tertuju pada sebuah laci besar, ia membukanya, mendapati beberapa pakaian dalam Megan yang berwarna-warni. Viktor menyunggingkan senyum, mengambil sebuah kain berenda yang terlihat indah di mata Viktor. Viktor melihatnya dengan teliti, mengendus aromanya yang begitu wangi, membayangkan bagaimana Megan terlihat cantik hanya dengan mengenakan pakaian dalam ini.
Kedua mata Viktor terpejam seraya mengendus aroma pakaian dalam Megan.
...
"Kamu terlihat tidak sehat Megan." ujar Albert, melihat lingkaran hitam di bawah mata Megan ketika ia duduk berhadapan dengan wanita itu di sebuah kedai kopi.
"Apa sebenarnya yang mau kamu bicarakan Albert?" Tanya Megan penasaran, sungguh ia tidak dapat menahan rasa penasarannya, apalagi menyangkut soal Viktor.
"Hah..." Albert menghembuskan nafas kasar, sebenarnya Albert tidak ingin membuat persepsi sendiri dan makin membebani pikiran Megan. Tapi, dia mencintai Megan dan merasa harus melindungi wanita itu. Katakanlah ini terlalu dini mengatakannya, apalagi Viktor hanyalah anak kecil yang dianggap semua orang tidak membahayakan.
"Aku tidak ingin kamu berpikir bahwa aku-"
"Albert, katakan saja!"
"...aku akan mengerti" sela Megan memotong kalimat Albert, pria itu lalu mengangguk, menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Semoga yang ia katakan sekarang ini tidak akan mengubah hubungannya dengan Megan, karena Albert menyayangi Megan, dan berharap hubungannya berlangsung secara serius karena Megan adalah tipe wanita idaman bagi Albert.
"Apa kamu benar-benar paham bagaimana sifat dan karakter Viktor?" Tanya Albert, Megan terlihat berpikir.
"Jangan dijawab, aku sudah tahu dan aku tidak menyalahkanmu karena Ayah dari anak itu tidak mengijinkan Ibunya sendiri bertemu dengan Viktor..."
"...aku tidak ingin kamu berpikir begitu Megan, bukan salahmu jika kamu tidak begitu paham mengenai anakmu sendiri. Tapi,"
"...apakah kamu pernah berpikir tentang sifat Viktor?" Pertanyaan Albert terdengar serius, perasaan Megan makin tak karuan setelah pertanyaan itu jantungnya kian berdetak kencang.
"Mungkin aku hanya merasa senang dia bisa kembali padaku Al, sampai aku tidak mengerti akan hal kecil seperti itu. Bisa kau jelaskan langsung padaku? Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Megan, dahinya mengernyit. Semenjak ia memulai pembicaraan ini dengan Albert, Megan jadi takut untuk pulang kerumah.
"Apa kamu sadar jika Viktor memiliki kepribadian yang aneh?" Tanya Albert.
"Maksudmu?"
"Viktor anak yang cerdas, Viktor anak yang pendiam, Viktor anak yang tidak memiliki ekspresi apapun. Terlebih lagi, Viktor tidak memiliki teman..."
"...dan semua itu diperkuat dengan gambaran kemarin, apa kamu sama sekali tidak berpikir bahwa Viktor memiliki jiwa Psikopat?" Tanya Albert, Megan hampir menggebrak meja.
Bagaimana tidak, seorang Ibu mendengarkan anaknya dikategorikan sebagai Psikopat.
"Dengarkan aku, maafkan aku jika itu membuatmu marah. Tapi sungguh, aku khawatir padamu." kata Albert, berusaha membujuk Megan ketika wanita itu hampir beranjak pergi dengan wajah marah.
"Tapi dia hanya anak kecil Al..." protes Megan.
"Psikopat bermula dari kecil Megan" Albert menggenggam kedua tangan Megan, berusaha membujuk wanita itu.
Megan berusaha menampik semua hal itu dari Viktor, meskipun di dalam hatinya, Megan merasa sesuatu yang aneh ada pada diri Viktor. Tapi Megan tidak pernah berpikir bahwa anak sekecil Viktor dapat dikategorikan sebagai Psikopat, dan lagi, Megan tidak begitu yakin seorang Psikopat ada di kehidupan nyata, bukan hanya di buku fiksi.
"Aku tidak ingin membuatmu marah dan mempengaruhi hubungan kita, tapi cobalah berpikir. Mungkin kamu bisa mengunjungi psikolog untuk memastikan Viktor baik-baik saja. Percayalah Megan, aku hanya khawatir padamu." jelas Albert, Megan hanya diam. Ia masih berpikir dengan keras, ia sendiri menyadari keanehan Viktor.
Namun, Megan belum bisa menerima jika anaknya sendiri memiliki penyakit mental seperti itu. Ia sangat menyayangi Viktor, dan hal terakhir yang tidak akan pernah ia lakukan adalah mengucilkan anak itu. Anak yang sudah lama jauh darinya.
Walaupun kebenarannya Viktor bukanlah anak kandung Megan dan kebenaran jika Viktor memiliki penyimpangan dalam berpikir.
***
To be continue
10 Februari 2020
***
Penerusnya Adam nih Vicky ☻🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
MOMMY
Mystery / ThrillerSudah terbit! Seorang anak laki-laki, yang terpisah dari Ibunya semenjak lahir. Saat mereka bertemu lagi ketika anak tersebut menginjak umur delapan tahun, Putranya tumbuh dewasa hidup bersama sang Ibu, tapi sang ibu melihat keanehan kepada Putrany...