Step.1

207 14 6
                                        

'A-appa'
'Kumohon, hiks... '
'A-appa berhenti, sakit'

Tali pinggang yang terkena percikan darah dilemparkannya ke ujung ruangan gelap yang selalu menjadi ketakutan bagi gadis yang terbaring lemas di lantai cokelat itu.

"Berhenti menangis, dan belajar sana! Ini hanya kuis biasa tapi kau mendapat nilai b? Bodoh sekali" Lelaki dengan jas rapi yang membentuk tubuh nya itu beranjak keluar dari ruangan gelap dengan sedikit percikan darah di jas miliknya.

"Aww... " Gadis itu mendudukkan tubuhnya dengan lengannya yang sudah mengeluarkan banyak darah akibat pukulan dari tali pinggang.

Dengan lemas Kirana mendirikan tubuhnya sekuat tenaga, ia harus segera mandi dan belajar, seperti yang di suruh ayahnya.

Zraashh

Kirana merinding takut merasakan perih yang akan dirasakannya, walaupun sudah sering merasakan sakit itu tapi ia belum terbiasa sedikit pun. Setelah mandi Kirana segera mengambil kotak p3k yang selalu di persiapkan nya.

Ia selalu berharap kalau ada seseorang yang mengobati luka luka nya dan mengatakan 'semua akan baik baik saja'.

Dilihatnya ponselnya yang sudah memberi notifikasi kalau ada yang meneleponnya lebih dari 5 kali. Kirana tanpa sengaja meneteskan air matanya, hati nya sakit melihat sahabatnya yang selalu khawatir akan dirinya sedangkan mereka juga memiliki masalah.

°
°
°
°

"Permisi, kami ingin memesan! " Teriak seorang pelanggan yang membuat gadis dengan baju cokelatnya yang seragam dengan pekerja lain itu menyahut dengan dengan senang hati "ne, sebentar aku segera datang".

Melayani orang orang adalah pekerjaan Angie, ia melakukannya selalu dengan senyuman yang terlihat baik baik saja. Kedai kecil yang menjual jajjangmyeon lezat ini patut untuk dikunjungi dengan banyak pelanggan.

"Angie-sshi, jam kerja mu sudah selesai" Tegur pemilik kedai kecil yang duduk di belakang meja kasir itu "aku akan segera pulang setelah mengelap meja ini ahjumma" Wanita paruh baya itu menatap Angie dengan senyum tipisnya .

"Angie, ini gaji mu" Gadis itu terlihat kebingungan untuk menerima amplop yang berisi uang itu "tapi ahjumma, bukannya gaji akan diberikan besok? " Ahjumma itu memegang kedua pundak Angie "aku tau kau memerlukannya hari ini".

Angie berjalan pulang dengan keadaan dirinya yang lelah, ia menatap langit langit yang terasa sunyi itu " Sangat cantik, eomma bagaimana pemandangan dunia dari atas sana? Pasti juga cantik " .

Tanpa didampingi kedua orang tuanya Angie harus membiayai bibi nya yang memiliki 1 anak lelaki, tapi mereka tidak pernah berterima kasih akan usaha Angie yang selalu berkerja paruh waktu.

Bukan hanya memiliki 1 pekerjaan, Angie memiliki lebih dari  5 tapi terkadang dirinya juga sering mengganti pekerjaan yang menghasilkan lebih banyak gaji.

Angie membuka pintu besi itu pelan agar tidak mengganggu bibi nya, ia memasuki rumah dengan kakinya yang masih dialasi kaus kaki "Ya! Kau sudah dapat uangnya? " Angie memberhentikan langkahnya dan segera menatap bibinya yang sedang duduk di sofa tepat di hadapan televisi bersama anaknya.

"Ne, ini" Beri Angie dengan kedua tangannya sopan, tapi tatapan bibi nya itu tidak sesuai ekspetasi dirinya padahal kali ini ia mendapat gaji yang lebih besar "hanya segini?" Angie menundukkan kepalanya, anak bibinya yang berusia 20 tahun itu mengintip amplop yang berisi uang itu.

"Itu jumlah yang sedikit" Ucapnya dengan remeh membuat Angie kembali menatap mereka berdua "kau ini bekerja atau main main sih!?" Bibi nya itu menendang paha Angie kuat membuat dirinya mundur beberapa langkah "dasar pemalas! Sana".

°
°
°
°

'Huwekkk'

Gadis itu muntah untuk ketiga kalinya , tapi yang keluar bukan isi perutnya melainkan darah . Gadis itu segera menyiram darah itu dan membersihkan mulutnya dengan menggosok gigi.

Karena haus emma memilih untuk turun kebawah walaupun dirinya juga tidak ingin, ia pun menuruni tangga itu satu persatu. Lalu ia memberhentikan langkahnya karena melihat keluarga ayahnya sudah berpakaian rapi.

Tanpa sengaja Tn. jung menatap emma sekilas "kami akan makan malam diluar  , masak makanan mu sendiri, istriku sudah cukup lelah melihat dirimu" Mendengar itu Ny.soyeon yang bisa di bilang ibu tiri emma, menatap dirinya remeh.

"Bye loser! " Itu adalah saudara tiri emma, Jung Yerin. Melihat mereka semua pergi, emma sedikit sedih, ayahnya tidak pernah menganggap dirinya ada di dunia ini. Tapi emma hanya bisa membiarkan hal itu terjadi.

Ia pergi menuju dapur dan hanya mendapat kan roti tawar 2 lembar dengan selai cokelat dengan jumlah sedikit. Dari pada membiarkan perutnya nangis kelaparan, emma segera mengambil roti itu dan pergi menuju kamarnya untuk belajar.

Di pertengahan belajar, emma menatap ponselnya yang juga mendapat telepon dari sahabatnya. Ia sangat khawatir, karena ia tau apa yang dijalaninya  .

Eomma.
Bagaimana kabarmu?
Sudah makan malam?

Emma menghela kan nafasnya ,ia tidak butuh pesan itu, ia hanya butuh keberadaan ayah dan ibu nya, mereka tidak perlu kembali bersama , emma hanya ingin makan malam berdua dengan mereka.

Mengingat kalau mereka sudah lama tidak mengunjungi oppa-nya.

My Everything | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang