Step.5

38 7 10
                                        

Setelah selesai dari rumah sakit, emma tidak langsung pulang, ia pergi ke sungai Han untuk menikmati angin malam ,setelah mendengar perkataan dari dokter itu .

Emma sangat sedih mendengar penjelasan dokter tadi, ia sungguh tidak percaya, ia mengira ini penyakit sepele, ternyata tidak.

Emma mengidap penyakit Leukemia, orang orang pasti tau apa pastinya penyakit itu. Penyakit berbahaya yang dialami 150 ribu orang setiap tahunnya.

Sudah 15 menit di sungai Han, emma menangisi dirinya, ia berharap ibu nya disini bersamanya, ia ingin merasakan pelukan hangat ibunya.

Emma diminta oleh dokter itu untuk datang kembali saat Emma siap untuk kemoterapi. Tapi Emma juga berpikir untuk tidak kembali lagi ke rumah sakit itu, biaya kemoterapi sangat mahal, ia tidak sanggup membayar itu. Ia juga tidak ingin meminta uang kepada orang tuanya, ia tidak ingin mereka khawatir.

Tiba tiba Emma berpikir untuk menemui renjun, teman sebangku nya. Entahlah hatinya seperti menyuruh untuk bertemu renjun. "Apa aku menyukai renjun? " Tanya Emma sambil tersenyum lembut, padahal dirinya baru saja selesai menangis. "Kenapa aku kangen? ".

Tanpa berpikir panjang Emma mengirimi renjun pesan, untuk bertemu di taman kota, tanpa disangka renjun menyetujui permintaan Emma. " Bersikap biasa saja Emma".

°
°
°
°

Emma mendapati renjun yang sedang duduk di salah satu kursi itu sambil bermain ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Emma mendapati renjun yang sedang duduk di salah satu kursi itu sambil bermain ponselnya. "Cepat sekali" Gumam Emma sambil berjalan mendekati renjun. "Hi! Maaf aku lama" Ucap Emma sambil duduk disebelah renjun.

Renjun menatap Emma, dirinya merasa aneh kerena melihat mata Emma terlihat sangat merah "apa kamu barusan menangis? " Tanya renjun sambil menatap Emma khawatir "me-menangis? Untuk apa aku... Menangis, tadi abu masuk ke mata ku, karena itu merah" Ucap Emma bohong.

"Baiklah, kalau begitu" Jawab renjun sambil melepas masker hitam yah dipakainya, Emma yang terkejut mendirikan tubuhnya "apa yang terjadi pada wajahmu? " Lalu kembali pada duduknya.

Emma memperbaiki duduk nya menghadap renjun yang sedari tadi hanya menggaruk tengkuknya . Emma menarik rahang renjun lembut, membuat si pemilik sedikit terkejut. "Siapa kali ini? " Renjun hanya menatap Emma dalam diam "hm? " Emma mengelus memar di dekat rahang renjun itu .

'Apa menurut mu wajah renjun dipukuli ayahnya lagi? '

Emma mengingat perkataan teman sekelasnya itu tadi, lalu ia mengerti kenapa renjun diam, ia juga mengerti kenapa renjun tidak bercerita, "tidak apa apa, jika kamu belum siap bercerita, tapi aku akan selalu siap mendengarkan" Ucap Emma sambil tersenyum lebar dalam kesedihannya.

"Baiklah" Renjun kembali menatap sungai dihadapannya, sedangkan Emma sedang memikirkan apa yang harus dikatakan oleh dirinya tentang perasaan nya terhadap renjun.

'Aku tidak tahan' batin Emma sambil menatap renjun sekilas.

"Renjun-ah, aku.... " Renjun kembali menatap mata Emma yang berwarna cokelat muda itu "aku terus memikirkan mu, aku tidak bisa berbohong atau aku akan terus merasa tidak nyaman. Sejak pertama kali kita bertemu, aku selalu suka melihat mu".

My Everything | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang