Renjun membuka matanya perlahan akibat sinar matahari yang menusuk matanya dari sela sela jendela kamarnya. Akhirnya dia bangun dari tidurnya sambil mengucek-ngucek matanya pelan, bukannya langsung pergi bersiap siap untuk bersekolah, renjun membuka ponselnya terlebih dahulu. Jung Emma Apa kamu sudah tidur? Apakah tidurnya nyenyak? Apa aku menganggu? 23:45 kst
Selamat pagi renjun! Kamu sekolah kan? Belum bangun? 07:25 kst Pagi, aku sekolah Benarkah? Kalau begitu, sampai jumpa nanti Jangan telat! Aku akan menunggu mu Bye! Baiklah, Sampai jumpa!
Melihat pesan dari kekasihnya itu, renjun tersenyum tidak percaya apa yang semalam terjadi. Ia tidak percaya kalau Jung Emma adalah kekasihnya.
Seperti mimpi.
° ° ° ° ° Seperti yang dikatakan Emma, ia menunggu renjun sedari tadi, ia sangat semangat untuk bertemu pacarnya itu walaupun semalam ia ditegur oleh ayahnya karena terlalu sering keluar rumah.
Renjun yang baru sampai di ruang kelasnya, sudah melihat Emma yang menatap dirinya sambil tersenyum lebar, tanpa sadar renjun membuat smirk yang dapat dilihat Emma.
"Kamu tidak telat" Renjun mengangguk benar "boleh aku memegang tangan mu? " Mendengar itu renjun membulatkan matanya "m-mwo? " Tanya nya pelan takut teman sekelasnya tau akan hubungan mereka berdua "mereka tidak akan tau, jika kau membuat tangan mu dibawah" .
"Boleh kan? " Melihat puppy eyes Emma itu, renjun membuka tangan kiri nya lebar di bawah meja mereka, dan Emma langsung menyatukan kedua tangan mereka "heheh, makasih".
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Renjun tersenyum gemas melihat senyum Emma itu.
Akhirnya jam pulang sekolah berakhir, membuat semua siswa semangat untuk keluar dari kelasnya , "kita pulang bersama? " Tanya Emma kepada renjun yang masih membereskan barang barang nya "bagaimana jika mereka tau? " Maksud renjun adalah teman sekelasnya.
"Tidak akan, kita sebangku bisa saja mereka berpikir kita belajar bersama" Renjun mengangguk mengerti membuat Emma senang akan persetujuan renjun.
Akhirnya mereka berjalan keluar menuju gerbang sekolah , tiba tiba di dekat gerbang Emma dan renjun bertemu dengan taeyong yang berdiri sendiri. "Taeyong oppa? Sedang apa disini? " Tanya Emma yang melihat taeyong mendatangi mereka berdua "boleh aku berbicara dengan renjun?". Angie Emma, temui aku di ruang konseling Kenapa? You okay? Please.
" Hm, renjun? " Tanya Emma menatap kekasihnya "boleh Hyung" Jawab renjun sambil tersenyum tipis "aku baru saja mendapat pesan dari Angie, dia mau menemui ku sebentar , aku akan segera kembali" Emma langsung berlari menuju ruang konseling untuk menemui sahabatnya itu.
"Hyung, ingin bicara apa? " Tanya renjun yang sedikit gugup karena ditatap serius oleh taeyong "tentang suatu hal, tenanglah".
Sesampainya di ruang konseling yang hanya memperlihatkan Angie dan Kirana yang ada di sana, " Ada apa? Apa semuanya baik baik saja? " Tanya Emma khawatir dirinya tidak sengaja melihat tangan Angie yang terluka banyak itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"ANGIE!? Tangan mu! Ada apa dengan tangan mu? " Tanya Emma sambil berjalan ke hadapan Angie yang hanya bisa berdiam diri disebelah Kirana "dia memukul lantai berkali kali, karena marah, jelaskan saja pada Emma" Ucap Kirana yang menatap Angie lembut.
"Mereka.. Mengambil semua tabungan ku Emma, apa yang harus kulakukan? " Angie menghentakkan kakinya frustasi, Angie takut kalau ia tidak bisa membayar uang sekolah, uang makan dan lain lainnya.
Emma menatap Kirana untuk meminta bantuan "hmm, hmm, dengar dengar! " Emma membuka tasnya secepat mungkin mengeluarkan dompetnya "ini, aku memberikan ini bukan untuk bermaksud apa apa, aku memberikan ini karena aku sahabat mu, aku ingin membantu dengan cara apapun".
"Jangan merasa terendah, katakan saja pada ku jika kau butuh bantuan. Aku sudah bilang kepada kalian berdua, kalian itu harus kuat, kenapa kau tidak melawan wanita sialan itu!? ".
Kirana yang merupakan dengar itu menatap Emma tajam "apa maksud mu? Kuat? Kau terus mengatakan itu, bagaimana dengan dirimu? Apa kau kuat? Kau selalu saja memperhatikan kami tapi diri mu sendiri... ".
" Aku... Aku kuat".
° ° ° ° °
Sekarang sudah pukul 10 malam Emma masih menatap bukunya kosong, ia memikirkan apa yang dikatakan Kirana pada dirinya tadi "apa aku kuat?" Apa dirinya kuat melawan penyakit ini?.
Hanya saja dia mendapat firasat buruk untuk penyakit leukemia ini, apa dia akan mati? Tidak, tidak dia tidak boleh mengatakan itu.
Pintu kamar Emma terbuka kasar, membuat dirinya langsung memutar tubuhnya "berikan buku latihan fisika mu! Aku ingin menyalin" Ucap yerin Dengan nada yang membentak, "aku tidak mau, kau harus menjawab soal itu dengan sendiri".
Yerin berdecak remeh menatap emma " Cepat berikan" Paksa yerin sambil mendekati tubuh Emma "tidak". Karena kesabarannya habis, yerin merampas buku yang ada di meja Emma " Berikan itu padaku ".
Emma menahan tarikan yerin yang sangat kuat itu, ia mengerjakan buku soal itu dengan usaha, enak saja memberikannya kepada orang lain.
Inggggg
Kuping emma berdenging dan kepalanya menjadi pusing membuat dirinya melepaskan tarikan itu dan menyebabkan yerin jatuh terduduk.
Ibu tiri yang mendengar keributan itu berlari cepat menuju anaknya itu "yerin! Kenapa kamu jatuh? " Yerin yang mempunyai ide jahat itu tersenyum miring menatap Emma "aku hanya ingin meminjam buku ini mom tapi Emma mendorong ku kuat".
Emma yang mendengar itu menatap ibu tirinya tajam "aku sudah menjawab buku itu dengan usaha ku, aku tidak akan memberikannya pada yerin" Tegas Emma yang masih merasakan pusing di kepalanya "karena kau tidak mau, jadi kau mendorong anak ku?! ".
Ibu tirinya itu mendekat dirinya ke hadapan Emma "dasar beban! ".
Cttarrr
Pipi kiri Emma ditampar kuat bahkan suara tamparan nya itu terdengar jelas , ibu tirinya itu membantu yerin berdiri lalu beranjak pergi meninggalkan Emma dengan memar merah di pipi nya.
" Itu... Kuat" Emma memegang hidung nya yang terasa gatal itu "gatal sekali... Astaga darah" Emma segera berlari kearah Kamar mandi yang tepat ada di sebelah nya "ini san-sangat banyak" darah itu terus berkeluaran membuat Emma panik seketika.
1 menit lebih emma menghabiskan waktu dikamar mandi "akhirnya..." Emma mencuci wajahnya agar lebih Segar .
Dirinya beralih ke tempat tidurnya , Emma berpikir apakah penyakitnya itu semakin parah? Perlukah ia pergi kemoterapi?
Ponsel Emma berbunyi menandakan bahwa ada pesan yang masuk,ternyata ada 4 pesan yang masuk.