5. Teman Dekat

2.3K 240 12
                                    

Pagi ini raut muka Jennie berbeda dari sebelumnya. Karena cerry kesayangannya mesinnya rusak dan cerry pun harus di bawa ke bengkel untuk diperbaiki. Jennie pergi bekerja menggunakan ojek online, rasanya Jennie ingin menangis saja karena tidak berangkat mencari cuan bersama cerry. Hampah rasanya.

Saat dia tengah bersedih, dia tidak sengaja bertubrukan dengan tubuh seorang cowok. Jennie menutup mulutnya karena ketampanannya, beserta kulit seputih susu yang sangat dia idamkan sejak Sekolah Menengah dulu. Sangat ingin memiliki kulit seputih susu, bahkan berbagai macam bahan dia campurkan tetapi tidak sempurna seperti cowok tampan di depannya ini.

"Maaf, saya ga lihat depan". Ucap cowok berkulit putih itu sembari memasukkan handphonenya  kedalam kantong celananya. Jennie masih menatap cowok itu. Dia mengibas-ibaskan tangannya didepan wajah Jennie.

Jennie mulai tersadar, dia menutup wajahnya karena sudah kepergok menatap cowok tampan itu. "Maaf saya juga ga sengaja nubruk Pak Brian tadi". Brian mengangguk. Jennie membuka tangannya tadi untuk menutup wajahnya yang memerah. Brian tersenyum tipis karena melihat Jennie sangat lucu dengan pipi chubby yang terlihat lembut itu.

Brian menjulurkan tangannya ke arah sekretaris sahabatnya itu, untuk berkenalan. Jennie dengan senang hati menautkan tangannya.

"Saya Brian Estiawan, salam kenal Jen". Ucap Brian, senyum tipis terukir diwajah putih itu. Jarang sekali manusia kutub utara ini berbicara dengan lawan jenis, apalagi mengajak berkenalan lebih dahulu. Jennie membalas senyum yang diberikan Brian. "Jennie Nazeef".

Mereka melepaskan tautan tangan mereka. Brian memasukkan tangannya di kantong celananya."dua minggu lalu dia udah minta maaf ke kamu kan?". Ucapan Brian membuat Jennie memiringkan kepalanya, pertanda dia bingung, siapa yang di maksud Brian?. "Dia siapa Pak?". Mata kucing Brian menatap mata kucing milik Jennie. Mereka berdua memiliki beberapa kesamaan di bagian tubuhnya. Tidak hanya Jennie yang memiliki mata kucing yang imut itu, tetapi Brian juga memilikinya. Mereka berdua sama-sama memiliki gummy smile.

"Maaf buat kamu kebingungan, yang saya maksud adalah bos kamu. Gevano Adrian". Jennie ber-oh ria. Jennie ingin pergi meninggalkan Brian untuk pergi menuju lift, tetapi pergelangan tangannya dicekal oleh Brian. "Saya juga mau ke atas, jadi kita bisa bareng ke lift nya". Jennie mengangguk paham. Mereka melangkah ke arah lift. Sepertinya Jennie selalu sial jika sudah ada di lift, bagaimana bisa bos nya juga ada disana.

Mereka bertiga tidak ada yang membuka suara, bahkan berdehem pun tidak. Jennie berasa seperti di kutub selatan dan di kutub utara, Jennie membelakangi mereka berdua. Bahkan, Brian yang notabe nya adalah sahabat Vano, dia tidak membuka suara untuk menyapa sahabatnya itu. Jennie bingung dengan pertemanan mereka berdua, tapi asumsi Jennie mengatakan. Mereka sangat malas untuk berbicara yang tidak penting walau pun itu hanya sekedar menyapa. Yang penting hubungan mereka tetap terjalin dengan baik.

Rasanya Jennie ingin mati di detik ini juga. Dia tidak nyaman didalam sana, kenapa hanya mereka bertiga? Orang-orang kemana?. Suara lift membuat mereka bertiga segera keluar dari sana, Jennie menarik napas panjang lalu menghembuskannya.

Saat Jennie ingin melangkah untuk meninggalkan sesama kutub itu, tangannya lagi-lagi di cekal oleh seseorang. Rasanya Jennie ingin mengumpati orang itu, 'ada apa lagi sih?'. Mungkin itu yang ingin Jennie rasakan, tetapi suara Brian membuat Jennie menoleh kearah belakang.
"Saya antar kamu boleh?". Sial, dia sangat tampan, bagaimana bisa Vano menemukan orang-orang tampan disekitarnya.

Siapa orang yang akan menolak di antar oleh manusia tampan? Jennie tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan cepat Jennie mengangguk dan menampilkan senyum termanisnya. Dia, melupakan keberadaan bosnya yang memasukkan tangannya dia kantong dengan tatapan tidak suka ke arah Jennie dan Brian.

Baby BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang