6. Mantan Kembali?

2.1K 251 17
                                    

Jennie dan Vano melangkahkan kaki mereka bersamaan, mereka ingin ke ruangan rapat. Tapi ada hal yang aneh dengan tingkah laku Jennie kali ini, dia terlihat bergembira dan terasa kalau mood cewek dengan rambut yang dia kuncir kuda itu terlihat bagus.

Tapi tidak dengan Vano, saat Jennie menemuinya di ruangannya. Wajahnya benar-benar terlihat kesal, tapi Jennie tidak memperdulikan itu, yang penting hari-harinya berjalan dengan baik.

"Bisa ngga, kamu hentikan senyuman kamu itu?". Langkah Jennie berhenti begitupun dengan Vano. Jennie mengarahkan wajahnya, untuk melihat wajah tampan milik pria didepannya, dia menggeleng lucu. Pertanda, dia tidak mau menghentikan senyuman manisnya itu. Jennie menambah senyumannya dan menampilkan gusinya.

Vano yang gemas pun, langsung membekap mulut sekretarisnya. "Phak...lephaswin". Jennie memukul dada bidang milik bosnya. Sedangkan, orang didepannya ini menggelengkan kepalanya, tetapi karena kasihan, Vano pun melepaskan bekapannya itu. Dengan tidak santai, Jennie menarik napas dan menghembuskannya. Mata kucingnya menatap tajam.

"Bapak, jahat!". Saat Jennie mulai melangkahkan kakinya, sesuatu dari belakang memeluk tubuhnya. Vano melingkarkan tangannya di pinggang ramping itu. "Kamu yang jahat, chat saya, ga kamu balas-balas. Bahkan sampai jam 12 malam, saya tetep nunggu chat dari kamu". Tangan Vano semakin erat, ingin sekali dia memarahi wanita yang ada di dekapannya sekarang.

Jennie terkekeh."Maaf ya bos, soalnya kemarin handphone saya lowbat, jadi ga sempat buat ngecas. Terus juga kemarin saya lagi keluar, itupun saya lupa ga bawa handphone. Jadi pas nyampe rumah, baru inget kalau handphone lagi lowbat. Langsung saya cas, dan ga sempat lihat chat dari Pak Vano". Jennie menjelaskan secara terinci, tapi Vano penasaran. Dengan siapa Jennie keluar kemarin malam?. Saat Vano ingin mengeluarkan suara, Jennie dengan cepat melepaskan tangan Vano yang tadi melingkar dipingganya dan melangkah dengan cepat menuju tempat rapat.

Vano melihat ke arah belakang, ternyata ada Diana yang sedang menutup mulutnya. Yang seperti tidak percaya, apa yang di lakukan dua orang tadi. Dengan langkah yang cepat, dia menyusul sekretarisnya yang sudah sampai di tempat yang dikhususkan untuk rapat.

Sedangkan Diana, masih mematung disana. "Ga nyangka".

Sepertinya kalian bingung, bagaimana bisa Diana ada disana. Karena, sekitar tempat ruangan rapat sepi dan pastinya tidak ada orang pun yang berani berlalu-lalang disana. Diana memutuskan untuk berjalan-jalan saja, karena semua tugas masih tinggal sedikit lagi. Diana mencoba refreshing sedikit, tetapi maniknya tidak sengaja melihat tubuh tegap milik bosnya, yang sedang memeluk tubuh seorang wanita dari belakang.

"Kayak suaranya Mbak Jennie deh, tapi ga kelihatan. Tubuhnya Pak Vano besar banget sih?!". Gumam Diana, tapi saat dia sedang asik melihat dua orang itu. Notif dari handphonenya menyadarkan wanita yang tadi dipeluk oleh bosnya itu, otomatis dia sedikit berlari tanpa melihat ke arah belakang. Karena dia sangat amat tahu, kalau itu adalah suara notif milik sahabatnya, yaitu Diana.

° ° °

Setelah rapat, Jennie ingin pergi meninggalkan Vano yang tengah kebingungan. "Pak, saya izin buat keluar bentar ya. Ga lama kok, soalnya saya mau beli sesuatu". Vano memegang pergelangan Jennie dengan lembut. "Saya antar". Jennie melepaskan genggaman Vano, dia menggeleng. "Saya bisa sendiri kok, Bapak, pasti capek kan? Atau perlu saya buatkan teh?". Jennie menepuk dahinya, bodohnya dirinya. Kalau dia membuatkan Vano teh, otomatis dia akan mengantarkannya keruangan bosnya dan sialnya lagi. Itu dekat dengan meja Diana dan sahabatnya yang lain.

Tanpa berpikir panjang, Jennie menarik pergelangan Vano untuk ikut dengannya. "Jen, kamu mau ajak saya kemana?". Jennie berdecak. "Mau ikut ga?!". Ucap Jennie dengan nada yang meninggi. Seperti anak anjing yang menurut, Vano pun mengangguk.

Baby BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang