13. Bussiness Trip

1.8K 221 13
                                    

Pagi-pagi sekali Jennie terbangun untuk menyiapkan semuanya. Mulai dari pakaian, make up, skincare, dan peralatan mandi. Jennie melihat sekeliling kamarnya yang seperti kandang ayam tapi dia tidak memperdulikannya, dia sedang mencari handphonenya.

"Duh gue letakin dimana ya?". Tangannya mulai mengacak-ngacak tempat tidurnya. Matanya berbinar saat benda yang dia cari sedari tadi akhirnya ketemu. "Astagfirullah Jen, kamu ngapain aja sampe kamar kamu kayak gini?". Jennie yang mendengar suara Bundanya pun langsung menoleh ke sumber suara, dia tertawa kecil.

"Mau beberes, Bun. Kan nanti Jennie mau ke Bali buat ngurus kerjaan disana". Hasnah menggeleng, dia mulai membantu putri semata wayangnya itu beberes. "Cuma ini aja Jen yang kamu bawa? Ga kurang?".

"Aman Bun, kalau baju Jennie kurang tinggal minta beliin Pak Vano, lagipun kalau cuma beliin baju doang ga bakalan buat Pak Vano bangkrut". Hasnah mencubit pipi tembam putrinya. "Bedah cerita kalau yang kamu beli itu baju dari chanel". Lagi-lagi Jennie tertawa. "Sedikit ngeporotin gapapa kan Bun". Ibunda Jennie gemas sendiri dengan tingkah laku putrinya ini.

"Yaudah kalau sudah selesai semua kamu turun buat sarapan, Bunda mau masak dulu". Jennie menghormatkan tangannya. Punggung Hasnah mulai hilang, saat Jennie ingin membereskan tempat tidurnya handphone nya berdering, dia melirik siapa yang meneleponnya pagi-pagi buta saat ini.

"Halo Pak".

"Lagi beres-beres?".

"Kok tahu, Pak Vano masang CCTV ya di kamar saya!".

"Gabut banget saya ngeliatin bekicot sawah kayak kamu, saya asal nebak aja".

"Kalau ga penting ga usah nelepon-nelepon segala bisa ga sih, saya lagi sibuk!". Saat Jennie mulai mengomeli Vano yang di sebrang sana tiba-tiba saja panggilan suara terganti dengan panggilan video. Jennie pun menerima panggilan video tersebut.

Tiba-tiba saja pipi Jennie menjadi panas saat mengetahui Vano tidak mengenakan baju, dia memperlihatkan dada bidangnya yang ingin sekali Jennie sentuh. Astagfirullah Jen. Apalagi kumis tipis yang mulai tumbuh, tak lupa tatapan tajam namun candu bagi Jennie itu terus melihat kearahnya.

"Saya temenin, kenapa diem? Katanya sibuk"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya temenin, kenapa diem? Katanya sibuk". Jennie menepis pikiran negatifnya. "E-eh Pak Vano nemenin saya?". Tanpa mengeluarkan suara Vano menganggukkan kepalanya, Jennie menelan salivanya. "Saya matiin aja ya, emang bapak ga packing juga?"

"Saya udah packing kemarin malem, jangan matiin, saya cuma pengen liatin kamu aja". Jennie memincingkan matanya. "Katanya ogah ngeliat bekicot sawah kayak saya". Sindir Jennie, tapi Vano tak meresepon, dia hanya melihat Jennie tanpa melihat kearah lain. Jennie yang takut pun langsung membereskan kamarnya yang sebelas dua belas mirip kandang ayam.

Sembari bersandung pelan dia sudah hampir selesai merapikan semuanya, yang tadinya kandang ayam sekarang manjadi kandang om-om. Bercanda.

"Alhamdulillah udah selesai". Entah Jennie mengalami pikun dini atau apa dia dengan santainya ingin melepaskan piyama yang tadi dia kenakan, tetapi dia tersadar dengan suara deheman Vano dari handphone nya. Dia menepuk dahinya, bagaimana bisa dia melupakan panggilan video bersama bossnya ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang