Malam yang menenangkan hati, membuat orang-orang ingin berjalan-jalan sembari melepaskan penat yang ada di tubuhnya. Penampakan bulan yang melingkar sempurna dan ditemani oleh bintang-bintang yang berkilauan membuat orang-orang keluar untuk melihat pemandangan yang menurut mereka sangat indah.
David melihat ke arah Vano yang sedang termenung, dia mengambil rokok dari sakunya. "Galau bro? Nyebat dulu nih". Vano menatap kosong ke arah rokok yang ada digenggaman tangan David. Tangannya terulur mengambil sebatang rokok dari kotak itu, dia mengambil korek dan menyalakan rokok tersebut. Dia mulai menghisap rokok itu lalu mengeluarkan asapnya. Vano dan David duduk di sebuah taman, entahlah. Vano menelepon David sebagai tempat curhatnya, hanya David yang mengerti perasaannya. Bukannya Vano tidak mempercayai sahabatnya yang lain, tetapi David memang dapat dia percaya saja. Meski perlakuan David biasanya membuat Vano pusing tujuh keliling, tapi sahabatnya itu lumayan dewasa jika mengenai kehidupan percintaan.
"Perasaan emang ga bisa dipaksakan Bang, tapi kalau lu memperlakukan seseorang itu dengan istimewa layaknya seorang pacar, dia akan berpikir, bahwa lu menyukai dirinya. Begitupun sebaliknya, intinya. Lu pahami dulu diri lu, gue ga mau lu terlalu dalam percaya sama seseorang lagi kayak dulu".
David menatap langit-langit yang di penuhi oleh bintang itu. "Lu tahu ngga, kenapa kadang-kadang bintang itu ada, terus besoknya lagi ngga ada?". Vano menggeleng. "Ya itu karena takdir Tuhan, kalau Tuhan maunya bintangnya ada. Tuhan tinggal ngasih banyak bintang di langit malam ini. Begitupun, kalau Tuhan maunya besok ngga ada bintang, Tuhan dengan mudah, buat besok ngga ada satu pun bintang muncul di langit. Kayak perasaan lu itu, Tuhan yang nakdirin. Kalau lu suka sama si A, tapi lu nya tiba-tiba di pertemukan sama si B. Bisa aja kan lu bakalan hidup bahagia selamanya bareng si B, Tuhan itu gampang buat bolak-balik takdir manusia. Perumpamaannya itu kayak, bolak-balik telapak tangan. Mudah banget kan". Tangan David mengambil sebatang rokok yang sudah menjadi kecil itu dari Vano. "Intinya, lu jangan terlalu berharap sama seseorang. Sebelum lu ketemu sama jodoh lu sendiri, takutnya saat lu udah terlalu jatuh sama seseorang, dianya ternyata, bukan ditakdirkan buat lu". David menjatuhkan rokok itu ke tanah, dan menginjaknya.
"Tuhan, ngga melarang hambahnya untuk jatuh cinta. Tetapi lu nya jangan terlalu sibuk sama urusan duniawi, inget, kalau Tuhan ngga ngasih kesempatan lu buat hidup. Lu ngga bisa lagi melihat wanita pujaan hati lu, jadi mulai sekarang. Setengah urusan duniawi, setengah lagi urusan akhirat. Biar lu sadar, Tuhan masih baik pada lu, yang masih bisa lihat matahari". Vano beranjak dari duduknya. "Gue bingung mau ngerespon ucapan lu gimana Dav, but...thanks ya. Maaf buat ngerepotin lu terus". David merangkul pundak Vano. "Fungsinya sahabat tuh gini, bisa jadi teman cerita, kalau ada masalah, cerita ke gue. Dijamin 100% Halal MUI".
Vano dan David mulai melangkah untuk pergi dari sana. Tetapi manik mereka melihat sesuatu yang membuat salah satu dari mereka mematung sejenak. "Itu Jennie sama Brian, kan?". Tangan David mencekal pergelangan tangan Vano, saat mengetahui hal tersebut. Puncak emosi Vano sudah memburu. "Jangan cari gara-gara, lu yang dewasa kalau jadi orang. Jangan ngehancurin hubungan persahabatan cuman perkara satu cewek". Eksperesi David mulai berubah, dia serius dengan ucapannya tadi. Jangan sampai hubungan persahabatan yang terjalin lama tiba-tiba saja, pecah hanya karena masalah sepeleh.
Vano menatap tidak suka ke arah mereka berdua, rasanya Vano ingin sekali di posisi Brian saat ini. Bahagia rasanya berdekatan dengan orang yang dia sayang.
Saat Vano sedang menyetir mobilnya, untuk menjauh dari sana. Pikirannya benar-benar kacau. "David, cariin gue cewek". David yang sedang minum itu langsung menyeburkannya. "Bang...? Lu masih waraskan?". Vano mengangguk. "Gue pengen punya cewek aja, emang itu salah?". David menggelengkan kepalanya. "Ngga juga sih, masa lu udah nyerah aja. Cuma gegara orang yang lu sayang itu jalan bareng cowok selain diri lu. Bang, lu masih ngga pernah ngerasain gimana repotnya ngurusin bini yang lagi hamil. Ngidamnya aneh-aneh, kalau bini lu nyuruh buat lu nangkep paus. Lu masa langsung nyerah?". Vano berdecak. "Mending gue nyerah, ketimbang gue harus bahayain diri gue sendiri". David menatap datar Vano. "Lu ngga ada effort sama sekali ternyata, gini mau bahagiain Mbak Jennie. Mimpi sana tinggi-tinggi". Vano dengan sangat mendadak, memberhentikan mobilnya saat mengetahui ada seorang wanita yang lari dari arah kanan. Dia dan David segera turun dari mobil, dan menghampiri wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Boss
Humor[LAGI DIREVISI YACH] Jennie Nazeef yang menjadi sekretaris Gevano Adrian sudah sangat hafal akan tingkah dari bossnya itu apalagi sifat manja yang dikeluarkan Vano sangat membuat Jennie nyaman untuk didekatnya. Setiap hari mereka tidak beradu mulut...