4. Senggol Bacok!

2.2K 252 6
                                    

Hari ini, semua orang harus berhati-hati dengan Jennie. Keadaannya sekarang benar-benar penuh dengan api kemarahan. Mau gimana lagi, baru saja dia izin untuk cuti beberapa hari tetapi saat sudah kembali langsung disuguhi protesan beberapa client karena Vano tidak menghadari rapat sama sekali, padahal rapat itu sangat penting.

Sekarang Jennie tengah berjalan dengan mata yang siap untung memangsa siapa saja. Dengan tangan yang mengepal erat satu tangannya lagi membawa berkas yang harus diberikan oleh Vano.

DUBRAKK!

Hal yang dilakukan Jennie, membuat orang yang didalam sana terlonjak kaget dengan dobrakan pintu tersebut. Ternyata bosnya itu tidak sendirian, ada ke enam sahabatnya juga di ruangan itu. Ingin sekali Jennie lari dari tempat itu, karena tatapan heran dari enam cowok tampan, bukan enam tapi tujuh cowok tampan. Tangan Jennie sedikit gemetar, tapi tidak bisa dia kembali begitu saja tanpa menyelesaikan masalah ini. Jennie berjalan menuju ke arah Vano dengan mata yang berkobar api.

"Berapa kali saya bilang, kalau buka pintu itu jang-". Ucapan Vano langsung dipotong cepat oleh Jennie.

Jennie melemparkan berkas yang ada ditangannya tadi ke atas meja.

"BAPAK APA-APAAN SIH, KOK BISA BAPAK GA MENGHADIRI RAPAT SAMA SEKALI?! RAPAT ITU PENTING PAK!. BAPAK MALAH SEENAK JIDAT NINGGALIN, BEBERAPA CLIENT PROTES ATAS TINDAKAN BAPAK!. SAYA BARU AJA CUTI UDAH DIKASIH MASALAH LAGI! BISA-BISA SAYA GILA KARENA BAPAK!!. TERUS KALAU UDAH GINI SAYA YANG DISALAHIN." Persetan dengan sahabat Vano yang melihat dan mendengar bentakkannya. Hilang sudah gengsi yang sudah dipucuk kepala tadi, sekarang kemarahannya harus dia lampiaskan ke bosnya. Dia tidak peduli kalau ini terlihat tidak sopan, karena tindakan Vano memang salah. Dia juga lelah atas semuanya, ingin sekali Jennie meninju wajah tampan itu.

"Sudah marah-marahnya?". Ucap Vano tanpa bersalah. Jennie yang mendengar perkataan itu langsung melembarkan matanya sempurna.

"Pak saya ga lagi bercanda, respon Bapak kok cuma gitu doang? Saya serius disini". Ucapan Jennie hanya di angguki oleh Vano, dia berdiri menghadap ke arah sekretarisnya.

"Saya juga serius, tapi rapat yang kamu bahas itu juga ga penting bagi perusahaan ini, saya tau kalau client yang kamu maksud itu bermaksud untuk menipu perusahaan. Lain kali jangan asal bentak kayak tadi, disini saya atasannya bukan kamu!". Vano berjalan menuju ke sahabat-sahabatnya, dan duduk disamping Kevin.

"Kalau rapat itu penting bagi saya dan perusahaan, saya ga akan berani untuk tidak menghadiri rapat. Sampai sini kamu paham Jennie Nazeef? Sekali lagi, selidiki lebih lanjut client-client yang ingin bekerja sama dengan perusahaan. Kamu udah lama kerja sama saya, jangan malu-maluin. Saya ga mau sekretaris perusahaan besar seperti THV COMPANY tidak profesional". Ucapan Vano mampu membuat Jennie mematung disana, kata-kata akhir yang Vano ucapkan membuat bulir-bulir bening menetes dari mata kucing yang indah itu.

Jennie mulai berjalan meninggalkan tempat itu dengan air mata yang tetap menetes dan tangan bergetar. Dia tidak menyangka bahwa tindakannya ini justru membuat dirinya malu setengah mati.

Sahabat-sahabatnya yang melihat keadaan Jennie jauh dari kata baik pun segera menghampirinya.

"Jen...are you okay? Why? Jelasin ke kita, kita bakal dengerin kok ". Ucap Soya sembari mengelus-elus punggung Jennie yang juga bergetar.

Jennie masih sesegukan, tangannya mulai mengusap air mata yang tadi mengalir. "Gu-gue gapapa, tapi sa-sakit hati aja hiks...". Soya yang mendengar penuturan Jennie langsung memeluknya erat.

"Pak Vano apain Mbak Jennie?". Tanya Lisa, Diana pun mengangguk karena dia tidak paham apa permasalahannya.

"Hiks...gue emang ga becus". Mereka bertiga bertatapan bingung. Soya langsung memeluk Jennie. "Lo ngomong apaan sih, Pak Vano yang ngomong gitu?". Jennie tidak menjawab pertanyaan dari Soya. Mereka bertiga memeluk tubuh mungil Jennie untuk memenangkannya. "Kalau Pak Vano apa-apain Mbak, kita bersedia resign berjamaah". Ucapan Diana justru membuat Jennie tertawa. Ada-ada saja. "Seriusan, dia ga apa-apain gue kok. Buktinya gue balik dengan baju yang lengkap". Mereka berempat tertawa. Akhirnya suasana hati Jennie membaik, semakin sayang dech.

Baby BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang