10. Effort

1.8K 223 6
                                    

Pagi ini Vano tidak sendiri datang ke kantor, dia datang bersama sekretarisnya. Dengan keadaan Jennie yang masih marah kepadanya. Pasalnya, Vano tidak mau untuk menghabiskan chicken buatannya. Kalian tahu sendiri jika ayam yang dimasak Jennie telah gosong, bagaimana bisa Vano menghabiskan makanan yang bahkan tidak baik untuk dikonsumsi. Sepertinya sekretarisnya ini agak-agak.

Disaat kondisi dirinya yang marah kepada lelaki di sampingnya. Sempat-sempatnya dia tidak bisa membuka seatbelt, Jennie berdecak kesal. "Duh...seatbelt-nya caper banget sih. Kok ngga bisa di lepas". Gumam Jennie. Vano mengangkat kedua sudut bibirnya, dia menghadapkan dirinya ke Jennie, dengan tangannya yang membantu sekretarisnya yang tengah kesusahan.

"Kalau butuh bantuan itu bilang, ngga usah nyalain seatbelt-nya juga". Jennie menepis tangan berurat itu."Makasih". Vano mengelus tangannya, dia menggeleng."Buka seatbelt aja belum khatam, gimana kalau besoknya kamu belum lihai buka baju saya". Ujar Vano yang mampu membuat Jennie mendengus kesal."Stres, ngapain saya harus buka baju Bapak". Vano menyilangkan tangan didepan dada."Emang ada, orang yang lagi nanem bibit pakai baju?". Satu alis Vano terangkat, Jennie mendelik. "GILA!". Jennie membuka pintu mobil itu dan menutupnya dengan sangat kasar. Dia menghentak-entakkan kakinya, Vano dari dalam mobil tertawa geli melihatnya.

Hendak Vano keluar dari mobil, handphone-nya bergetar menandakan ada telepon yang masuk. Saat Vano melihat melihat nomor yang tidak dikenal itu, dia ragu untuk mengangkatnya. Tetapi, disisi lain, dia ingin mengangkatnya.

"AA!". Spontan Vano menjauhkan benda yang dia genggam itu dari indra pendengarannya.

"Siapa?". Terdengar dari sana bahwa perempuan yang tadi memanggilnya Aa berdecak kesal.

"Pikun banget sih, adiknya sendiri ngga kenal".

"Bocil?".

"Make nanya lagi, iya Aa aku Nana".

"Dapet dari mana nomor gue, cil?".

"Dari Mama lah! Eh...gimana, Aa udah ada calon belum? Udah tua, bukannya cepat-cepat nikah malah sibuk nyari duit".

"Bacot banget, kalau gue ngga nyari duit. Lu makan tanah sama batu mau?".

"Ish...lagian yang ngasih Nana makan mah, bukan Aa. Tapi Mama sama Papa, sana nyari cewek. Udah mau kepala tiga ngga nikah-nikah".

"Lu pasti disuruh sama Papa kan ngomong kayak gitu ke gue? Lagian gue juga demennya duit bukan cewek".

"YAUDAH, NANEM BIBIT AJA SAMA DUIT!".

"Berisik lu, cil. Gue matiin ya".

"Aa emang engga kangen sama Nana?".

"Najis banget gue kangen sama belut listrik kayak lo"

"Gitu banget responnya, oh iya. Aa mau bertambah umur ya? Nana punya kejutan buat Aa nantinya.

"Ngga usah aneh-aneh"

"Hehe, Nana janji kalau ulang tahun kali ini bakalan yang terindah buat Aa. Tungguin aja ya. Nana cuma kasih spoileran aja"

"Bye, Aa. Nana sayang Aa"

"Ya"

° ° °

Baby BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang