Day 12.a: Opposite (BNHA)

67 8 10
                                    

Amajiki Tamaki. Togata Mirio.

Dua orang pemuda yang memiliki sifat sangat bersebrangan.

Mirio yang cerah, ceria, dan ramah sangat mudah disukai. Diterima di lingkungan baru bukan hal yang sulit baginya. Orang-orang langsung menerima Mirio dan kepribadian hangatnya.

Sedang Tamaki hanya pemuda yang suram, pendiam, dan kikuk. Dijauhi orang-orang bukan hal aneh lagi. Siapa juga yang mau mendekati manusia berkepribadian suram?

Hanya Mirio yang mau menerima Tamaki dan kepribadian tertutupnya. Mirio tahu meski Tamaki sulit bergaul, ada rasa sepi terselip di hatinya. Karena itu Mirio selalu berada di sisinya dan menjadi sahabat baik bagi Tamaki.

Mirio dan Tamaki terlalu berbeda. Sering Tamaki bertanya mengapa Mirio mau mendekati manusia suram seperti dirinya? Apa untungnya Mirio berteman dengan Tamaki?

“Mirio, mengapa kau mau berteman dengan Tamaki? Dia tidak menyenangkan.”

“Dia membosankan, tinggalkan saja Tamaki.”

“Tamaki, kau dan Mirio itu berbeda. Kau tak pantas berteman dengannya.”

Tamaki tahu ia bukan sahabat baik bagi Mirio. Setiap pemuda itu mengoceh, lirikan singkat saja sebagai respons darinya. Tamaki tak mampu mengimbangi keaktifan berbicara Mirio.

Mirio selalu kaya dengan ide-ide dan pengetahuan umumnya yang luas, ia gemar mencari ilmu di manapun. Tamaki orang yang lumayan apatis, ia membaca yang menarik menurutnya saja.

Mirio tak jemu mendiskusikan pengetahuannya pada Tamaki. Karena keterbatasan pengetahuan, Tamaki tak dapat membalas perkataan Mirio.

Di situ Tamaki merasa rendah diri. Mengapa Mirio yang cerdas mau berdiskusi dengannya? Apa yang Mirio dapatkan? Bukannya diskusi terasa membosankan jika lawan bicara tak punya pendapat yang bertentangan?

Tamaki merasa ... tak pantas bersahabat dengan orang sebaik dan seceria Mirio. Harusnya Mirio mencari orang yang lebih baik darinya dan mampu membalas setiap perkataannya. Apa serunya berbicara dengan introvert? Introvert dan benda mati tak ada bedanya.

Tamaki bukan apa-apa dibanding Mirio yang berbakat. Remah roti tak pantas disandingkan dengan roti mahal nan lezat.

Pikiran-pikiran itu selalu ada di benak Tamaki, membuatnya perlahan menjauhi Mirio. Ia orang yang supel, mudah baginya menemukan orang baru dan melupakan Tamaki.

“Tamaki! Kau mau ke mana?” Mirio yang sedang berbincang menoleh ke Tamaki yang berada di pintu ke luar kelas.

Tamaki menoleh singkat dan menjawab, “Perpustakaan.”

“Oh kebetulan aku akan meminjam buku.”

Tanpa menunggu Mirio, pemuda berambut gelap itu pergi duluan. Mirio segera menyusul dan menyamakan langkah.

“Kau terlalu cepat, Tamaki,” ujar Mirio.

Tiada jawaban.

Tamaki terus berjalan menunduk, menghindari kontak mata dengan manusia lain. Mirio di sampingnya terus berbalas sapaan siapapun di koridor.

Si pendiam dan si ramah, bukankah terlalu kontras?

Di perpustakaan, mereka duduk berhadapan. Tamaki tahu Mirio takkan membiarkan mulutnya terkatup rapat. Tinggal menunggu waktu saja pemuda itu mulai berbicara.

“Tamaki.”

Sesuai dugaan.

“Aku sadar beberapa hari ini kau menghindariku. Ada masalah?”

30(+1) Days With Them | Mix Anime ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang