Day 19: Childhood (JJK)

109 13 15
                                    

"Ayam atau telur yang duluan?"

"Atau."

"Serius, blok."

"Ya telur lah. Nggak ada ayam nggak ada telur."

"Bukannya ayam, ya? Telur nggak ada kalau ayam nggak ada."

Duh, bisa-bisanya gue temenan sama nih dua kunyuk, batin Nobara menopang dagu, ia menatap malas Yuuji dan Megumi yang berdebat.

"Bakal pusing kalian nyari mana yang duluan antara ayam dan telur. Nggak bakal dapet jawabannya," ujar Nobara.

"Ada yang bilang ayam duluan," sanggah Yuuji.

"Tergantung pertanyaan lo aja sih. Kalau lo nanya ayam atau telur yang duluan, ya jawabannya ayam. Soalnya ayam yang pertama kali lo sebut. Gitu sebaliknya," jelas Nobara.

"Gak mudeng."

"Sama." Megumi mengangguk menyetujui.

"Udahlah, gue capek. Males jelasin."

Kok bisa ya gue temenan sama mereka?

Oh....

Ingatannya membawa Nobara kembali ke sepuluh tahun yang lalu.

Hari persahabatan mereka dimulai.

***

"MAMA! NOBARA MAU PULANG!"

Nobara menangis terisak, anjing putih mengejarnya dari belakang dengan gonggongannya yang menciutkan nyali anak itu.

Tangan mungilnya menggenggam erat stik es krim yang meleleh. Tadi setelah membeli es krim, ia melihat seekor anjing di persimpangan jalan. Efek refleks, Nobara berlari dan berujung ia dikejar.

"Psst ... ngumpet sini," bisik seorang anak laki-laki di atas pohon mangga yang tak terlalu tinggi.

"Ta-tapi aku nggak bisa manjat." Nobara berhenti dan menatap anak berambut merah muda itu.

"Biar aku sama temanku yang tarik."

Nobara melihat ke kanan, anjing yang mengejarnya semakin dekat.

"Megumi, bantu aku angkat dia."

"Males, anak cewek 'kan berat."

"Kamu nggak boleh gitu. Cepetan tarik, keburu dia mati dimakan anjing."

Dua tangan mungil dari atas pohon terulur ke Nobara. Sedikit ragu Nobara menggenggam tangan itu erat. Pertama kali memanjat memang agak sulit, untung Nobara berhasil menaiki pohon sebelum anjing putih itu tiba.

Anjing itu menggonggong keras ke Nobara, Megumi, dan Yuuji. Nobara semakin terisak di atas pohon. Megumi menatap datar ke si anjing dan menjulurkan lidah padanya.

"Udah, nggak usah nangis. Kita aman di sini," ucap Yuuji menenangkan Nobara, ia menepuk-nepuk pelan punggung anak itu. Tangannya bergetah karena dikenai es krim yang digenggam Nobara. Yuuji tidak marah, asalkan Nobara berhasil diselamatkan dari kejaran anjing.

"Anak cewek cengeng amat sih," komentar Megumi yang memperkeras suara tangisan Nobara. Kedua tangan mungilnya memukul-mukul Megumi. Es krim yang digenggamnya mengotori pakaian Megumi.

"Jahat! Jahat! Kamu jahat! Aku benci sama kamu! Awas aja nanti aku laporin ke papa!"

"Aku juga laporin kamu ke papa! Lihat aja! Papaku polisi! Aku juga benci kamu soalnya kamu udah ngotorin baju aku!"

"Nggak peduli! Papaku tentara! Mau apa kamu?"

"Te-tenang dong. Anjingnya makin ngamuk nih." Yuuji menahan tangan Nobara yang terus memukul Megumi.

"Papaku letnan!" Nobara berseru tak mau kalah.

"Papaku jenderal! Di bawah papa kamu!"

"Hus! Hus! Pergi sana!"

Tanpa mereka bertiga sadari, sosok pemuda bersurai putih hadir dan mengusir anjing itu. Kepalanya mendongak ke atas pohon, menemukan anak yang dari tadi ia cari.

Megumi ngaco aja deh, sejak kapan bapaknya jadi jenderal?

"Megumi! Cepat pulang! Ntar papamu marah lho," panggil si pemuda ke Megumi.

"Biarin," balas Megumi cuek.

Nobara menghentikan pukulan dan menundukkan kepalanya. Telunjuknya mengarah ke si pemuda berkemeja putih. Senyum terkembang di wajah bulatnya.

"Wah, guguknya bisa jadi orang," ujar Nobara girang.

Yuuji ikut melongok ke bawah, mempercayai ujaran Nobara.

"Iya, hebat juga anjingnya jadi orang!" seru Yuuji polos.

Gue emang manusia woi!

Aku nggak tahu, aku merem, batin Megumi yang tak berniat membela tetangganya, Gojo Satoru.

Setiap ayah Megumi—Fushiguro Toji—bekerja, Satoru datang ke rumah Fushiguro bersaudara. Awalnya gara-gara gabut lama-lama keasikan main bareng Megumi dan Tsumiki. Ralat, lebih tepatnya lebih sering bermain dengan Tsumiki, entah main masak-masak, rumah-rumahan, sampai boneka. Megumi lebih sering mengawasi sambil membatin, Kasihan yang MKKB.

Sebagai anak tunggal, Satoru kesepian di rumah. Menjaga dua bocah SD bukan masalah. Malahan membawa kesenangan baginya.

"Abang anjing jangan ngejar-ngejar anak-anak lagi, ya. Kita janji nggak bakal nakal kok. Kasihan cewek secantik dia nangis," ucap Yuuji dengan polosnya sambil menunjuk Nobara.

Asem, gue bukan siluman anjing!

***

"Lo ngapain ngakak, Ra?"

"Kesambet lu?"

"Keinget dulu gue sama Yuuji nyangka Pak Satoru tuh siluman anjing yang ngejar gue. Yuuji polos banget njir," jawab Nobara, masih tertawa mengingat kenangan masa kecilnya.

"Lu juga polos. Bisa-bisanya mikir anjing berubah jadi manusia, emangnya dongeng?" Yuuji merotasikan mata sebal.

"Owalah. Lagian kelakuannya emang kayak anjing sih," ucap Megumi frontal yang mengundang ledakan tawa Yuuji dan Nobara.

"Sip, laporin ke Pak Toji kalau anaknya ngatain wali kelasnya sendiri kayak anjing."

"EEEE MAAF, PAK!"

[]

Plis aku udah tiga kali hampir ngetik nama Toji jadi Tejo :(. Termasuk yang di author note.

Oh ya karena sekarang JJK lagi hype, mungkin ada yang nyari ff jjk dan langsung baca chap ini. Hm... Kalau bisa support aku di chapter-chapter belakang dan seterusnya walaupun bukan ff jjk, ya ❤️. Rasanya agak gimana gitu cuma satu chapter yang dibaca dan di-vote dari sekian banyaknya chapter di book ini, terus lompat-lompat pula bacanya.

I need your supports, guys 💕. Aku nggak maksa sih, kalau berkenan ya silakan, kalau nggak mau ya gapapa 💕

Lah kok kayak ngemis ya? #lahkanemangngemis

OMAKE

Nobara: "Meg, Pak Satoru emang nyebelin sih tapi bukan berarti lo boleh ngatain gitu dong."

Yuuji: "Ho'oh, dia juga udah ngasuh lo sama Kak Tsumiki sejak SD."

Megumi yang sering kena mental breakdance selama bersama Satoru be like: :")

30(+1) Days With Them | Mix Anime ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang