Day 26: Midnight (JJK)

37 7 5
                                    

Setiap tanggal 31 Oktober merupakan ritual maraton film yang dilakukan Ieiri Shoko dan beberapa temannya. Tentu film yang ditonton bergenre horor, thriller, ataupun gore.

Semua lampu di rumah dimatikan dan camilan disajikan di atas meja.

"Udah persiapannya?" tanya Utahime usai menutup tirai jendela ruang keluarga rapat-rapat.

"Udah, Kak. Tinggal matiin lampu di sini," jawab Riko.

Utahime mematikan lampu keluarga, kemudian duduk di sofa panjang bersama Riko, Mei Mei, dan Shoko selaku pemilik rumah.

Satu-satunya pencahayaan hanyalah televisi.

"Yok mulai."

Ritual pun dimulai di pukul sepuluh malam, dibuka oleh salah satu film yang dirilis pada tahun 2013, yaitu Baby Blues. Mulai pertengahan film, banyak adegan-adegan mengerikan dan mengejutkan yang muncul.

Satu-satunya orang yang ketakutan hanyalah Riko, ia sering berteriak dan memeluk erat Shoko yang duduk di sebelahnya. Shoko dan Utahime tetap santai dengan wajah datar. Mei Mei menatap bosan layar televisi.

Sesekali Utahime mendengar suara gaduh barang yang jatuh. Awalnya ia pikir efek suara film. Tapi suara itu semakin terdengar nyata, asalnya dari kamar Shoko dan dapur.

"Buset, baru satu film aja udah gini," komentar Mei Mei melihat Riko yang masih menggigil ketakutan.

"Kalau gak kuat kamu bisa tidur kok," ujar Utahime. Ia kembali mendengar bantingan barang. Namun, Utahime mencoba mengabaikan suara aneh itu, berlagak seakan tidak ada apa-apa.

"Nggak. Riko masih kuat."

"Film kedua apa nih?"

"Antrum."

"Jangan, kita belum sekuat itu buat nonton."

"Megan is Missing."

"Tiati trauma, tapi bolehlah."

Kalau yang film pertama pure film horor. Film kedua ini bergenre thriller. Utahime, Shoko, dan Mei Mei sepakat film yang bertema pembunuh dan psikopat jauh lebih mengerikan dari film hantu. Mungkin mereka tak setenang tadi menonton.

Suara benda jatuh terdengar dari dapur, kali ini lebih keras diikuti layar televisi yang mendadak padam. Sukses membuat keempat gadis itu menjerit kaget.

"Anjir, ini udah tengah malam. Jangan aneh-aneh plis," umpat Mei Mei.

"Oke, kita berpencar diam-diam. Cari apa yang bikin ribut," bisik Shoko.

"Gue udah dengar suara ribut-ribut dari tadi, asalnya kayak dari kamar lo sama dapur," balas Mei Mei.

"Ja-jangan bilang it-itu pembunuh," ujar Riko, tubuhnya bergetar dan air mata ketakutannya mengalir.

"Plis jangan. Tadi pintu sama jendela udah tertutup semuanya." Utahime menggeleng.

"Pe-perlu telpon po-polisi, gak?"

"Gak usah dulu. Kita pastikan apa yang ada di dapur sama kamar Shoko."

"Gini aja, gue sama Kak Mei Mei ke kamar. Kak Utahime sama Riko ke dapur. Bawa apa yang bisa dijadikan senjata. Kalau emang itu psikopat ... lari dan teriak kencang-kencang."

"Simpel tapi susah dilakuin."

"Enangnya lo ada cara lain, Mei?"

"Ga sih. Otak gue nge-lag masalah ginian."

"Makanya cobain dulu."

Keempat gadis itu mengambil ponsel masing-masing dan berdiri dari sofa. Utahime dan Riko menyalakan senter ponsel, gadis itu mengambil sapu di sudut ruangan.

Dengan jantung berdebar dan keringat dingin yang mengalir, Utahime menyusuri koridor rumah Shoko.

Riko memeluk erat lengan Utahime, tangannya bergetar memegang ponsel. Tawa melengking perempuan menggema dari dapur.

Utahime membekap mulut Riko, menahan gadis itu agar tak menjerit. Meski terlihat tenang, Utahime benar-benar takut. Tungkai dan tangannya lemas. Ia pasrah saja menghadapi makhluk apapun yang ada di dapur.

"Riko, pegang pinggang Kakak. Kita udah di dapur. Pejamkan mata kamu."

Riko mengangguk, tangan mungilnya melingkari pinggang Utahime. Si gadis rambut hitam menyenter ke seluruh sudut di dapur. Ia menyentuh barang-barang yang ada di dapur. Utahime tak menemukan hal yang aneh seperti jebakan yang dipasang psikopat di film-film.

"Trick or treat?"

"HEAD SHOOT!"

Refleks Utahime mengayunkan tongkat sapu pada orang yang mendadak muncul di depannya. Riko mengencangkan pelukannya pada Utahime.

"Kak Uta!" Utahime berbalik, mendapati Shoko dan Mei Mei datang menyeret sesuatu di belakang.

"Kak ... ini bukan ulah hantu atau psikopat," ujar Shoko.

"Tapi ulah nih jamet berdua!" Mei Mei menyorot dua orang pemuda yang tergeletak di lantai dapur.

"Bangun lo, kutu kupret. Woi!"

Utahime menepuk-nepuk pipi Satoru yang tadi ia pukul dengan tangkai sapu.

"Suguru gak mau bangun dari tadi, Kak. Kayaknya Kak Mei Mei kelewat keras mukulnya."

"Hah ... dasar. Bikin panik aja nih jamet."

"Jamet meresahkan."

Sebuah ide muncul di benak Riko. "Mereka udah ganggu acara maraton dan nakut-nakutin kita, gimana kalau kita balas dendam?"

Shoko, Mei Mei, dan Utahime saling menatap, kemudian menyeringai.

Keesokan harinya Satoru dan Suguru menemukan foto mereka yang sudah dicoret-coret spidol warna warni, make up, sampai ditempeli benda-benda aneh.

"Gue nggak nyangka cewek kalau balas dendam sengeri ini."

"Ide lu sih."

"Ngapain lo setuju, Sugiono?"

"Nama gue bukan Sugiono, Sat. Lu yang maksa gue buat ikutan."

[]

Bayangin aja dandanan Gojo sama Geto kayak gini

Oh ya, Baby Blues yang aku maksud di sini film China ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oh ya, Baby Blues yang aku maksud di sini film China ya. Tuh film aku tonton sekitar 6-7 tahun yang lalu, filmnya lumayan ngeri sih. Ending-nya bikin jantungan, salah satu film yang memorable :"). Terus Megan is Missing aku belum nonton, cuma baru nonton penjelasan alurnya di YouTube Hirotada Radifan. Serius, aku belum nonton tapi feel tegangnya terasa.

Dan ... Antrum salah satu film yang sempat viral tahun 2020 kemarin, aku sampai kebawa mimpi. Padahal baru dengar penjelasan alurnya :"). Mau bangun tapi gak bisa.

Satu-satunya film horor yang nggak bikin aku takut Orphan kali ya? Soalnya aku malah jatcin ke karakter Esther :")

30(+1) Days With Them | Mix Anime ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang