Day 29: Departure (JJK)

42 6 11
                                    

Katanya, Gojo Satoru itu shaman terkuat. Baik sesama shaman maupun monster kutukan, tiada satu pun yang berhasil mengimbangi kekuatannya. Sempurna. Tidak ada yang tidak bisa dilakukannya.

Orang-orang hanya tahu fakta yang tampak dari luar. Tanpa seorang pun yang tahu Satoru mengalami kegagalan beruntun yang selalu menjadi mimpi buruknya.

Pertama, gagal menjaga nyawa Amanai Riko dan pengasuhnya.

Kedua, gagal menahan kepergian Geto Suguru.

***

"Tidak ada siapapun di rumah Suguru. Tapi ada bercak darah di sana, aku yakin dia juga membunuh orangtuanya."

"Mana mungkin dia melakukannya!"

"Satoru, pada awalnya aku tidak percaya, tapi inilah yang terjadi."

Wajah yang biasanya ceria kini memperlihatkan ketidakpercayaan dan kesedihan. Air mata berusaha ditahan agar tak melompat.

Tubuh jangkung berbalik, meninggalkan sang guru. Tangan merogoh cepat ponsel dari saku celana, memencet nomor sang sahabat.

"Mohon maaf, nomor yang Anda tuju tidak aktif. Mohon periksa kem-"

"Ck! Di mana kau Suguru?"

Pikiran berusaha menolak fakta yang didengar. Sahabat yang selalu bersamanya mustahil memilih jalan yang berbeda 'kan? Satoru kenal siapa Suguru. Berbeda dengannya, Suguru orang yang lembut, ia takkan membiarkan nyawa manusia melayang begitu saja.

Tidak. Ini tidak mungkin. Mustahil. Tunjukkan dirimu, Suguru!

Kaki melangkah gontai menembus keramaian, tak jarang menubruk pejalan kaki. Hardikan ia abaikan, manik biru muda di balik kacamata terus mencari Suguru. Kecemasan juga rasa tidak percaya memenuhi rongga dada dan membuat pikirannya kurang jernih.

Ponsel di genggaman tangan bergetar, nama penelepon tertera di sana-Ieiri Shoko. Semoga Shoko memberinya informasi yang berguna.

"Ah, Gojo, aku bertemu Geto di Shinjuku."

"Tunggu aku di sana." Dengan langkah tergesa kakinya bergerak ke Shinjuku.

Di lain tempat, Suguru tahu Satoru mencarinya, karena itu pamit ke Shoko dan menembus keramaian Shinjuku.

Pada tengah ramainya pejalan kaki, Suguru dengan mudah menemukan sosok menjulang tinggi bersurai putih. Ia mendekat ke sosok yang sangat dikenalnya.

"Jelaskan apa yang terjadi, Suguru."

"Apa kau tidak dengar dari Shoko? Tidak ada yang harus kujelaskan lagi."

Perdebatan duo terkuat berlangsung beberapa menit. Satoru menanyakan tujuan Suguru yang sebenarnya. Suara bernada tingginya memancing beberapa pejalan kaki menoleh.

Suguru menjawab santai setiap perkataan Satoru. Ekspresi dan nadanya tetap tenang, seolah ia tidak pernah melakukan kejahatan.

"Kalau kau jadi diriku ... maka ide membunuh para non-shaman ini tetap memungkinkan, benar bukan?" Suguru berbalik, ia tahu perdebatan ini takkan menemui ujungnya jika tidak diakhiri secara paksa.

Ideologi Suguru dan Satoru berkebalikan, mereka tetap kukuh mempertahankan ideologi masing-masing. Sia-sia saja berdebat.

"Aku sudah memutuskan bagaimana aku akan hidup. Jadi sekarang aku tidak peduli cara yang kulakukan untuk mencapainya." Suguru melanjutkan perkataan sambil punggungnya kian menjauh.

Satoru mengangkat tangan, mulut siap mengucapkan teknik kutukan yang akan menghancurkan tubuh Suguru dalam sekejap. Meski Suguru sahabatnya, ia sudah menjadi penjahat yang dijatuhi hukuman mati. Membunuhnya merupakan suatu kebenaran 'kan?

30(+1) Days With Them | Mix Anime ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang