Jimin, After That Night

670 97 8
                                    

     PUKUL 09:36 pagi adalah menit-menit terakhir mata kuliah Desain dan Faktor Manusia di kelas Jimin.

     Pengajar mata kuliah tersebut, seorang wanita berusia 30 tahun, kini membalikkan tubuhnya untuk menjelaskan apa yang baru saja ditulisnya sebagai tugas rumah. "Oke, yang saya tulis di papan tulis—" perkataannya terhenti begitu mendengar suara kecapan. Matanya lalu mengarah pada si pembuat suara tersebut, Park Jimin yang saat ini sedang tertidur dengan bibir mengerucut. Suara-suara kecapan berasal dari bibirnya yang saat ini seolah tengah mencium seseorang.

     Sebenarnya, yang ada dalam bayangan Jimin saat ini memanglah sebuah ciuman panas dengan seorang Jeongguk berada di atasnya. Tiap kali dia membuka belah bibirnya, satu hisapan juga kecapan hangat diterimanya dari bibir basah dan hangat milik Jeongguk. Tiap kecapan yang diberikan oleh Jeongguk menghasilkan debaran juga sengatan nyaman di dada telanjangnya, menyebarkan rasa menggelitik di perut ratanya yang kini diusapi sensual oleh Jeongguk.

     "Tolong, bangunin temanmu." Suara dosennya membuat Nayeon, teman sebangku Jimin yang sejak beberapa saat lalu tengah berpura-pura tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan cara pura-pura fokus membaca buku, akhirnya mendongak dan melihat ke arah sang pengajar dengan ekspresi canggung. "Kalau dia memang mau tidur, jangan sampai dia ganggu yang lainnya."

     Nayeon memasang cengiran kecil, lalu menoleh pada Jimin yang masih tenggelam dalam mimpi, mengguncangkan tubuh lelaki itu perlahan. "Jimin!" panggilnya pelan, namun yang diterimanya adalah erangan dari Jimin yang sama sekali tidak membantu situasi saat ini. Dia lalu kembali melirik ke arah dosennya, mendapat tatapan tajam yang membuatnya sesegera mungkin mengguncang tubuh Jimin dan berteriak, "Jimin!"

     "Jangan masuk dulu—hah!?" Jimin terbangun dengan teriakan. Seluruh perhatian dalam kelas kini tertuju padanya. Sadar bahwa dirinya saat ini berada dalam kelas, seketika mulutnya bungkam dan dia pun berdehem sebentar sambil menundukkan kepala. Otaknya berkali-kali mengata-ngatai diri sendiri seperti, goblok banget! Bisa-bisanya gue mimpiin itu cowok lagi. Dia betulan ngutuk gue ya, waktu itu!?

     "Apa kamu kangen banget sama pacarmu sampai mimpi nyium dia di kelas saya?" tanya dosennya yang hanya dibalas kebungkaman Jimin dengan wajahnya yang memerah karena menahan malu. "Kalau kamu sekangen itu sama pacarmu, kamu seharusnya gak perlu ikut kelas saya dari awal."

     "Saya gak punya pacar—!" Jimin menjawab cepat. Kembali berdehem, akhirnya Jimin mendudukkan dirinya dengan nyaman sambil menggelengkan kepala pelan. "Saya juga gak ada niatan buat ninggalin kelas ibu."

     Tak lama kemudian, suara bel pertanda waktu pergantian kelas pun terdengar.

Jimin, After That Night

     Kemeja warna hitam sudah terpasang, celana jeans senada pun sudah terpasang, sepatu Monk-Strap hitam juga tersemat rapi di kakinya. Jimin sudah siap dengan setelan formal juga gaya rambut yang dibuat klimis, namun dirinya masih termenung juga selama perjalanan menuju salah satu restaurant bintang lima di Seoul. Tak peduli dengan pandangan khawatir Taehyung yang duduk di sampingnya, lelaki itu tetap memandang ke arah luar kaca mobil. Pikirannya dipenuhi oleh Jeon Jeongguk.

     Ini sudah terjadi sejak satu bulan lalu. Sejak kejadian di mana dirinya menginjakkan kembali kakinya di villa setelah mengantar Jeongguk pulang, otaknya terus dipenuhi nama Jeon Jeongguk. Dirinya yang sejak dulu dikenal sebagai playboy kelas kakap yang bahkan tidak pernah ingat nama gadis-gadis yang pernah menikmati tubuhnya dalam keadaan sadar sepenuhnya, tiba-tiba saja tidak bisa melupakan seorang Jeon Jeongguk. Jeon Jeongguk, seseorang yang melakukan seks dengannya dalam keadaan dirinya yang mabuk.

     "Kuharap kamu bisa selalu ingat namaku. Jeon Jeongguk, orang yang gak pernah suka sama sikapmu sejak pertama kali kita ketemu."

     Jimin rasa kalimat itu seperti kutukan untuknya. Dia benar-benar tak bisa melupakan nama Jeongguk dan tiap kali dia mengingat nama ini, rasa kesal menjalari dadanya hingga terasa sesak. Fakta bahwa dia ditiduri oleh pacar dari gadis yang pernah hampir dia tiduri di pesta Bangtan benar-benar memalukan untuknya. Jeongguk sengaja membalaskan rasa cemburunya dengan cara meniduri "selingkuhan" pacarnya. Semakin dipikirkan, semakin Jimin ingin menjauhkan Jeongguk dari pikirannya.

     Tapi, sekali lagi, sepertinya memang benar ucapan Jeongguk saat itu adalah kutukan.

     Mata Jimin bertemu pandang dengan binar terkejut Jeongguk. Dia baru saja melangkahkan kaki bersama keluarga Taehyung menuju meja tempat pertemuan yang dijanjikan sejak seminggu lalu, tak pernah menyangka bahwa keluarga yang akan dibawa oleh Yoongi sebagai pengganti keluarga aslinya yang masih berada di luar negeri saat ini adalah—keluarga Jeongguk.

     "Jimin, kamu gak mau duduk?" Suara Tuan Kim mengembalikan kesadaran Jimin kembali.

     "Oh, iya, om." Jimin segera menarik kursi lalu duduk dan berhadapan langsung dengan Jeongguk. Meja yang ditempati oleh mereka berbentuk persegi panjang dengan kepala dari masing-masing keluarga yang duduk di bagian sisi lebar meja. Jimin duduk di sisi kiri Tuan Jeon yang berhadapan dengan Tuan Kim. Di samping kirinya ada Nyonya Kim. Taehyung duduk di antara orangtuanya dan berhadapan dengan Yoongi yang diapit oleh Tuan juga Nyonya Jeon.

     "Kalian saling kenal? Kelihatannya kaget gitu pas ketemu?" tanya Tuan Jeon yang langsung dijawab cepat oleh Jeongguk.

     "Gak kenal," Jeongguk menggelengkan kepalanya, melirik dengan bias tak senang ke arah orang yang selama satu bulan ini terus membuatnya gelisah dalam tidur. "cuma sekadar tahu saja. Soalnya dia teman dekat dari pacarnya Yoongi terus satu kampus sama aku juga, jadinya beberapa kali lihat dia di kampus. Dia juga anak band, jadi aku tahu dia dari teman-temanku yang kebetulan suka dia."

     Jimin tersenyum pada Tuan dan Nyonya Jeon lalu mengangguk untuk membenarkan perkataan Jeongguk. "Kami pernah ketemu beberapa kali, tapi belum sampai tahap kenal. Tadi kaget karena gak nyangka bakal ketemu dia di acara ini. Kata Yoongi, keluarga sepupunya yang bakal wakilin keluarganya. Aku gak tahu kalau ternyata anaknya om ini sepupunya Yoongi."

     Taehyung dan Yoongi saling berpandangan. Walau di acara lamaran resmi dari Taehyung untuk mengajak pacarnya itu bertunangan ini Jeongguk dan Jimin sudah menjelaskan tentang mereka yang hanya "saling tahu saja", tapi dua orang ini jelas merasakan bahwa Jeongguk dan Jimin bukan hanya saling tahu, tapi ada sesuatu yang lebih dari itu. Dilihat dari bagaimana dua orang itu saling menatap tajam tiap kali pandangan mata bertemu, keduanya yakin ada sesuatu yang tengah terjadi.

Accidentally Falling in Love [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang