Lunch Together for The First Time

642 88 10
                                    

     PINTU loker bertanda nama Park Jimin terbuka dan beberapa gumpalan kertas lusuh terjatuh dari sana.

     Mata Jimin mengikuti arah terjatuhnya benda-benda itu, namun tak berniat untuk memungut dan membukanya. Walau jalannya waktu sejak kejadian di mana si Bodoh Jeongguk itu mengakui semuanya baru terhitung satu minggu, tapi dia sudah terbiasa menerima hadiah sampah dalam lokernya. Jadi, tanpa perlu membuka kertas-kertas itu, dia sudah sangat tahu bahwa isinya merupakan umpatan juga hinaan baginya. Dia rasa semua hadiah kebencian itu datang dari mantan penggemarnya atau juga mantan teman tidurnya yang kecewa karena dia ini gay—kepalanya langsung menggeleng.

     "Gue bukan gay. Si tolol itu saja yang bikin situasinya jadi penuh salah paham begini," gumamnya sambil memunguti sampah dari dalam lokernya. Tapi, ketika dipikir lagi, sebenarnya dia tidak masalah juga dengan tuduhan orang-orang bahwa dia ini gay. Semua kata-kata hinaan yang dia terima tidaklah begitu menyinggungnya, jadi dia sendiri bahkan bingung tentang sanggahannya tadi. "ugh, terserahlah. Yang penting seenggaknya gue bisa lulus dari sini dan dapat gelar walau kayaknya gak akan terlalu berguna."

     Semua sampah yang Jimin pungut dari loker mejanya pun dia bawa menuju tempat sampah yang ada di dekat tangga menuju lantai dua gedung—sesuai dengan bahan sampahnya, sesuai antara jenis sampah yang basah atau kering. Sampah basah? Benar, ada beberapa orang yang memang berani kurang ajar mengotori lokernya menggunakan kertas basah, atau juga kain yang sudah dibuang ke selokan lebih dulu—Jimin bisa tahu dari baunya.

     Jimin lalu melihat ke sekitarnya, berpikir apakah dia harus ke kamar mandi gedung fakultasnya atau sekalian ke kamar mandi yang jarang dikunjungi oleh mahasiswa lain agar tidak mencolok. Helaan napas keluar dari bibirnya. "Ke tempat yang sudah beberapa lama gak pernah gue datangin lagi, deh. Harusnya jam segini gak ada orang di sana, kan." Kedua tungkainya langsung melangkah tepat setelah bergumam. Tujuannya sekarang adalah tempat yang dulu sudah biasa menjadi tempatnya mandi—kamar mandi dalam ruang club modelling.

     Membuka sedikit pintu ruang club modelling, Jimin lalu menyelipkan kepalanya lebih dulu untuk melihat apakah ruangan itu kosong atau tidak. "Huh, untungnya kosong." Dia pun benar-benar masuk ke dalam ruang club modelling dan menutup pintunya. Secepat mungkin dia membawa diri untuk sampai ke kamar mandi. Begitu tangan kanannya terulur untuk membuka pintu kamar mandi, pintu itu ternyata terbuka lebih dulu dan— "Jeongguk?"

     —Jeongguk yang hanya mengenakan celana bahan warna hitam panjang keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut basah. Dia hanya berdiri dan memadangi Jimin, jadi Jimin sendiri memilih untuk berbalik pergi. "Kamu mau mandi, kan? Aku juga habis mandi karena baru selesai buang sampah di lokerku. Pakai saja kamar mandinya," perkataan panjangnya berhasil menghentikan niat Jimin. Dia lalu mendahului tubuh Jimin, langkahnya membawa dirinya menuju sofa di mana ranselnya berada saat ini.

     Jimin masih terdiam di tempatnya. Bukan kehendaknya, tapi wajahnya kini memerah sampai ke telinga. Yang tadi itu merupakan pertama kalinya dia melihat lagi dada telanjang Jeongguk setelah sekian lama, tapi seingatnya, bentuk otot di tubuhnya itu bahkan masih sama bahkan lebih baik dari yang terakhir dia lihat—sial, apa yang gue pikirin!? Dia rasa otaknya benar-benar perlu siraman air dingin.

Lunch Together for The First Time

     Jimin tidak pernah berpikir bahwa dirinya akan pernah satu meja makan lagi bersama seorang Jeon Jeongguk. Satu kali makan malam bersama karena urusan keluarga Taehyung dan Yoongi waktu itu sudah cukup baginya dan sejak saat itu, dia memang tidak pernah bermaksud untuk makan satu meja lagi bersama Jeongguk, tapi nyatanya hari ini mereka justru duduk berdua di salah satu meja kantin.

Accidentally Falling in Love [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang