Jeongguk, You Have an Interested in Jimin?

668 97 17
                                    

     TANGGAL pertunangan sudah disetujui.

     Senyum di wajah Taehyung dan Yoongi benar-benar menunjukkan rasa bahagia. Kedua pihak keluarga pun terlihat senang atas keputusan yang akhirnya sudah mencapai kesepakatan. Pertunangan akan dilaksanakan bulan depan di hari kesebelas. Orangtua Yoongi akan pulang ke Korea satu minggu sebelum hari pertunangan.

     Jeongguk sendiri merasa senang karena akhirnya impian dari sepupunya itu akan terlaksana tak lama lagi. Bila Yoongi yang saat ini baru menginjak semester tiga saja sudah bertunangan, maka dua tahun setelah kelulusannya nanti, sudah dipastikan akan menjadi tahun pernikahan lelaki itu dan Taehyung—yang Jeongguk ingat melalui cerita Yoongi, Yoongi ingin mengadakan pernikahan di Jerman. Tanpa sadar senyumnya terkembang melihat bagaimana pasangan yang akan segera bertunangan itu tampak begitu bahagia. Namun, ketika matanya bertemu pandang dengan lelaki di hadapannya, senyumnya pun pudar.

     Benar, Jeongguk baru sadar bahwa saat ini dirinya sedang berhadapan dengan lelaki yang menjadi masalah paginya hampir setiap hari. Lelaki yang sebenarnya tidak dia sukai karena kesan pertama pertemuan mereka, lalu semakin tidak suka begitu dirinya melihat langsung bagaimana lelaki itu hampir meniduri pacarnya—oke, yang benar adalah mantan. Sedikit informasi mengenai Yeri, dia sudah memutuskan perempuan itu dua minggu lalu. Alasannya? Pertama, dia muak karena selalu dimanfaatkan—dan dirinya akhirnya benar-benar sadar bahwa perkataan Lisa selama ini adalah benar. Kedua, pikirannya kalut. Mimpi yang dia alami selama satu bulan ini membuatnya bingung akan dirinya sendiri—karena, Jeongguk berani bersumpah, dia bahkan tidak bisa lagi memikirkan Yeri sebagai perempuan yang ingin sekali dia cium. Satu-satunya orang yang bisa dia bayangkan dalam hal berciuman saat ini hanyalah—

     "Aw!" Jeongguk langsung tersadar dari lamunannya dan melotot pada lelaki yang baru saja menendang tulang keringnya dari bawah meja. "Hampir aku mau ngumpatin kamu—" ujarnya tanpa suara dan hanya lelaki di hadapannya yang bisa membaca ucapannya.

     —Park Jimin. Lelaki ini mengangkat sebelah alisnya pada Jeongguk, merasa kagum akan keberanian yang lebih muda untuk mengumpat padanya. "Om Kim nanyain kamu. Lagi mikirin apa?"

     Meski Jeongguk masih agak kagum pada Jimin yang bisa menjaga kata-katanya sejak awal acara, pada akhirnya dia tidak mengatakan apa pun pada lelaki itu dan memberikan atensi penuhnya pada ayah dari Taehyung. Percakapan selanjutnya tidaklah begitu relevan dengan masalah pertunangan Taehyung dan Yoongi. Dari percakapan ini juga dia akhirnya tahu bahwa Jimin sudah dua tahun ini tinggal bersama keluarga Kim dan dianggap anak sendiri oleh orangtua dari Taehyung. Hal itu akhirnya menjawab pertanyaannya mengenai buat apa itu orang di sini?

     Pertanyaan yang ada di benaknya sejak pertama Jeongguk melihat Jimin di acara ini memang terjawab, namun akhirnya pertanyaan baru muncul. Dia yatim piatu?

     "Jadi, kalau boleh tahu, gimana pertemuan kalian? Walau memang kalian bilang cuma saling tahu, tapi kayaknya kalian gak cuma saling tahu." Tuan Jeon berhasil membuat sang anak menatap tajam ke arahnya. Senyum jahil lalu terlintas di wajah pria paruh baya ini. Menyenangkan baginya menjahili puteranya sendiri.

     Jeongguk melirik ke arah Jimin yang tampak tak peduli dan kembali memasukkan daging udang ke dalam mulut untuk dia kunyah kemudian. Merasa tak punya pilihan untuk menghindari kejahilan sang ayah, akhirnya satu jawaban terucap, "Waktu itu aku nemanin teman buat datang ke pesta band punyanya Taehyung dan Bang Jimin. Terus aku dengar Bang Jimin nyanyi dalam kamar dan suaranya merdu banget di telingaku malam itu—"

     "Uhuk!" Jimin tersedak daging udang dalam mulutnya. Seluruh perhatian kini tertuju padanya ketika dirinya sibuk memelototi Jeongguk yang saat ini sedang menyunggingkan sedikit satu sudut bibirnya. Oh, niat nyari mati nih orang. Dia mulai mengumpati Jeongguk dalam hati.

     "Nyanyi?" Wajah Taehyung tampak bingung sekarang. "Aku gak tahu kalau Bang Jimin bisa nyanyi. Selama ini tiap kali dia nyoba nyanyi, pasti suaranya sumbang, makanya posisi nyanyi di band cuma aku sama Bang Seokjin yang nempatin. Apa Bang Jimin belajar nyanyi? Sejak kapan? Kok aku gak tahu?"

     Di saat Jimin sibuk mengumpat dalam batinnya, di lain sisi, Jeongguk justru sedang tertawa puas dalam hati. Melihat bagaimana wajah lelaki itu memerah sampai telinga, rasanya dia puas sekali bisa mengerjai seorang Park Jimin. Dia pun akhirnya mengambil segelas apple cider miliknya lalu meneguknya dengan perlahan dan tenang.

     "Itu bukan apa-apa, iseng doang nyanyi waktu itu. Telinganya saja yang bermasalah kayaknya, makanya bilang suaraku bagus." Jimin berkata asal, sekadar mencoba untuk memberi alasan sambil matanya menatap tajam ke arah Jeongguk. "Makasih, aku gak nyangka ternyata pendengaranmu sejelek itu. Pantas saja pacarmu justru ngejar cowok lain."

     "Uhuk!" suara tersedak kali ini berasal dari Jeongguk yang merasakan cairan apple cider hampir keluar dari hidungnya. Pandangannya dan Jimin kemudian bertemu kembali. Saling menatap tajam adalah yang mereka lakukan dan hal itu tentu saja ditangkap dengan baik oleh mata Tuan Jeon.

     Kayaknya, gak lama setelah ini, giliran anakku yang tunangan. Tuan Jeon tanpa sadar menyunggingkan senyum atas pikirannya sendiri.

Jeongguk, You Have an Interested in Jimin?

     Jeongguk baru saja memasuki dapur rumahnya saat matanya menangkap sosok Yoongi yang sedang menyesap segelas teh hangat dalam genggaman. "Kukira kamu sudah tidur," ujarnya sambil berjalan ke arah pantry untuk mengambil toples berisi kopi bubuk juga sebuah cangkir. Karena malam ini dia akan menyelesaikan laporan tugasnya, maka dia berencana untuk begadang.

     "Sebenarnya sudah mau tidur, tapi kupikir segelas teh hangat bakal jadi hal bagus buat kunikmatin sebelum tidur." Yoongi menjelaskan sambil meletakkan kembali gelasnya di atas meja. Matanya kemudian tertuju pada punggung Jeongguk yang saat ini sedang menyeduh kopi. "Dari awal aku gak yakin kalau kalian cuma saling tahu, ternyata memang benar, kayaknya di antara kamu sama Jimin ada sesuatu. Apa aku gak boleh tahu?"

     Gerak tangan Jeongguk yang sedang mengaduk kopi seketika berhenti. Tanpa menolehkan kepalanya, dia hanya melirik ke arah tempat Yoongi berada sekarang. "Kamu gak perlu terlalu tahu, sih. Soalnya juga ini gak penting dan hubungan antar aku dan orang itu gak bagus. Apa gak kelihatan kalau aku gak suka orang itu?" balasnya sebelum kembali mengaduk kopi buatannya. Omong-omong soal hubungannya dan Yoongi sebagai sepupu, sebenarnya usia mereka sama. Lalu, kenapa Yoongi sudah ada di semester tiga sedangkan Jeongguk sendiri masih semester satu? Itu karena Yoongi adalah murid akselerasi saat SMA. Dia lulus satu tahun lebih cepat karena itu.

     Yoongi menggedikkan bahunya. "Kelihatan banget, sih. Makanya aku nanya, soalnya Jimin itu temanku dari kecil dan aku tahu jelas dia kayak gimana. Itu yang bikin aku penasaran kenapa kamu bisa gak suka sama dia, sedangkan satu kampus muja dia banget." Satu tangannya dia gunakan untuk menopang dagu sambil terus memerhatikan Jeongguk yang saat ini baru saja membalikkan badan dengan secangkir kopi di tangan kiri. "Tapi, mungkin aku bisa paham alasanmu gak suka dia. Image dia sebagai playboy adalah yang terburuk, tapi mungkin itu caranya buat dapatin cinta yang gak dia dapat dari keluarganya sendiri."

     Kalimat terakhir Yoongi menarik perhatian Jeongguk. "Cinta yang gak dia dapat dari keluarganya sendiri?"

     Mata Yoongi menampakkan binar senang, dia jelas bisa melihat rasa ketertarikan Jeongguk akan cerita mengenai Jimin. "Kamu tertarik sama Jimin?" tanyanya yang berhasil membuat tubuh Jeongguk sempat menegang beberapa saat. Seandainya dia tidak perlu menahan diri untuk mengejek Jeongguk, sepertinya saat ini dia sudah tertawa terpingkal karena reaksi lelaki itu. "Well, aku gak punya hak buat nyeritain apa pun tentang Jimin. Kalau kamu penasaran, tanya langsung saja ke dia. Itu pun kalau kamu sudi buat lebih dekat sama dia. Kamu kan gak suka dia?" Dia lalu meminum tegukan terakhir tehnya sebelum bangkit dan meninggalkan dapur setelah meninggalkan pesan pada Jeongguk untuk sekalian mencuci gelas teh yang digunakannya tadi.

     Jeongguk tidak membalas perkataan pamit Yoongi. Yang dilakukannya saat ini adalah mematung dengan otak yang bertanya, aku tertarik sama orang itu?

Accidentally Falling in Love [KookMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang