8. Debat

689 84 1
                                    

"Ekhm Tutt!!"

Dehem Bagas penuh kode kepada Tuti yang berada di depan bangkunya. Entah pura-pura tuli atau emang terlalu pokus. Sudah berbagai cara dari menggertak bangkunya, menggoyang-goyang kursinya masih tidak berefek sama sekali.

Tuti dengan rajinnya membaca buku, bahkan sampai wajahnyapun tertutup. Dagunya di tumpu pada tangan yang melipat bersidekap di atas meja. Rasanya Bagas ingin sekali berteriak, namun Pak Zaenal Guru matematikanya masih ada.

"Hassyiim Tut." Bersin Bagas aneh. Bahkan teman-temannya memandang heran. Yang di pandang hanya tanpa dosa menggosok-gosokan idung mendrama.

"Si Tuti tumben rajin," bisik Bagas kepada Jali yang sedang memainkan Hp diam-diam di sebelahnya.

"Gas, Followers Jali naik!" Girang Jali mengabaikan perkataan Bagas. Bagas melirik kesal ke arah Hp Jali.

"Mana," bisik Bagas penasaran.

"Nih! Mengikutinya nambah jadi 3.457, pengikutnya turun tadinya satu rebuan sekarang ratusan, kan lumayan. Emang keren si Jali." What the fuck? Pura-pura bego atau gimana ini si Jali. Bagas ingin sekali membunuh Jali sekarang juga.

"Dasar bego. Gak bakat lo jadi Selebgram," bisik Bagas geram. Si Tuti lagi gak nyaut-nyaut. Jadinya Bagas males, pengen jajan, ups.

"Yang gak tau apa-apa dieum lah!" Wah, Bagas sangat takjub melihatnya.

Lebih baik mengkode Tuti lagi, ada pembahasan penting, sangat sekali.

"Hassyiim Tutt.” Bersin Bagas kali ini lebih keras. Pak Zaenal yang sedang menerangkan pun terganggu.

"Bersinmu langka Gas," ucap Pak Zaenal seramah mungkin. Bagas nyengir kaku.

"Keluaran baru Pak.” Semua menahan tawa mendengar ucapan Bagas, hanya Tuti yang masih asik membaca dan Pak Zaenal yang sedang menahan kesal.

"Keluaran baru apa kode? Saya gak bodoh loh Gas." Skakmat sudah. Bagas kehabisan kata-kata.

"Itu juga Bang Jali, mau di simpen Hpnya atau saya delete Instagramnya?" Ancam Pak Zaenal berhasil membuat Jali was-was, lalu menyimpan Hp dan mengangkat tangan. Terakhir, nyengir tak berdosa.

"Grebek si Ntut. Enak banget molor, sampe di kode-kode pun gak nyaut." Bagas menggeram. Bagus sekali konsep tidurnya, sampe semua tidak menyadari bahwa Tuti tertidur, kecuali Pak Zaenal yang bersahaja.

"Serahin sama Jali Pak!" celetuk Jali dengan percaya diri. Cari muka ceritanya.

Jali pun berjalan ke depan menghampiri Tuti si putri tidur. Dia menarik napas, buang. Tarik lagi, buang lagi. Dan...

"SAURRR~~~SAURRR~, IBUUU-IBUUU~~~ MASAK SAYURRR~. BAPAKKK-BAPAKKK~~~GAROK BUJJURRR. Bwhaaa, Semuaaaaa...."

Buk... Buk... Buk....

Semua mengikuti intruksi Jali. Tak lupa pukulan di meja sehingga kelas riuh tak ada akhlak. Jali memang terhebat.

Sementara Tuti yang terusik tidak terkejut sama sekali, hanya menggeram menahan amarah. Dia tidak boleh melakukan hal bodoh yang dapat memalukan dirinya sendiri.

"Akhh ... dieumm!!" Semua hening mendengar geraman Tuti yang begitu menakutkan.

"Gue gak tidur. Cuman baca buku doang. Jangan suuzon makanya! Coba aja ada Jojo, pasti kalian di ceramahin," omel Tuti membungkam semua orang. Pak Zaenal terkekeh geli, otomatis pandangan mengarah padanya.

"Hahaha ... itu iler maksudnya apa? Matamu merah kenapa? SANA KELUAR!" Pak Zaenal emang teliti ternyata. Tamatlah riwayah mu Tuti.

"Bagas, Jali, kalian juga sama. Keluar! Kelas gak tenang kalau ada kalian." Bukannya takut atau menyesal. Bagas, Tuti, dan Jali malah berpandangan penuh kemenangan. Lumayan bolos beberapa jam, itu juga tanpa kemauannya.

"Jangan iri kalian!" teriak Jali senang kepada semua temannya.

3 sekawan pun berjalan ria di koridor yang sepi.

"Kirain lo beneran lagi baca buku," kata Bagas sedikit kesal, Tuti terkekeh geli mendengarnya.

"Gak. Lo taulah gue kan gak suka MTK. Yaudah tidur aja. Lumayan, tadi tidur, sekarang di bolosin haaaa ..." Bagas ikutan tertawa mendengarnya. Emang beruntung banget nasib Tuti ini, menurut Bagas.

Disela tawanya Tuti menatap Jali yang sedang sibuk dengan Hpnya. Wah belagu banget.

"Neng Jali lagi ngapain?" Tuti menggoda Jali.

"Dieum deh!" Bagas dan Tuti ber-wow ria tanpa suara.

"Sombong amat," seru Bagas menyindir secara tidak langsung.

"Iri? Bilang bos! Haha ... papalepapale," balas Jali tidak kalah berseru. Ceritanya mereka saling sindir.

"Belagu lo! Mau nyombongin Followers tuh Tut ceritanya," mendengar itu, Tuti berdecih tak percaya, lalu mendekati Jali yang sedang fokus beneran atau boongan dengan Hpnya.

"Mana?"

"Noh! Apa? Iri? Bilang bos---"

"Hahahaha..." tawa Tuti menggelegar seperti nenek sihir yang berhasil mengutuk musuhnya.

"Followers lo 200-san mau iri gimana? Gedean gue lah 500-san lebih,"

"Ih Tuti, matanya burem, katarak, rabun, apa gimana sih? Deuleu! 3000-an lebih itu," Tuti menatap nanar, namun rasanya ngakak ketika Jali menunjuk kata mengikuti.

"Terserah lo lah!" Pasrah Tuti. Mau di kasih tau pun, Jali orangnya keras kepala. Gak percaya, musyrik kata Jojo juga, selalu saja berkata itu.

Jali menatap Tuti sewot tidak lupa dengan sombong kemenangannya.

"Tut, kita bikin ayunan di Pohon Jambu yuk! Gue mau diskusiin ini dari tadi. Tapi lo malah molor," Tuti memangut kepalanya tanda setuju saran dari Bagas.

"Ayolah, bikin senyaman mungkin pokoknya,"

"Bikin babancik Gas," celetuk Jali yang masih menatap Hpnya. Bagas tersenyum membenarkan, namun Tuti yang masih kesal dengan Jali, memutar bola matanya malas.

"Bikin wc, kamar, apalagi sok Jal?" tanya Tuti sewot kepada Jali yang masih sok sibuk. Namun bodohnya Jali menganggukan kepalanya, lalu menatap ke atas, tanda berpikir.

"Bikin mushola buat Jojo, bener gak?"

"Otak lo kok gitu sih?" Tanya Tuti kesal. Bagas menatap jengah dengan kelakuan kedua temannya ini.

Kenapa yah? kalau Tuti dan Jali bersatu, sensi, tidak mau kalah, ribut, pasti selalu ada diantara mereka.

"Lo berdua bisa dieum gak? Ceritanya mau ke base camp, tapi gak nyampe-nyampe gara-gara kalian berdua. Dikit-dikit jalan, dikit-dikit ribut," dumel Bagas kesal.

Kring ...  Kring ....

Bel istirahat berbunyi. Mendengar itu Bagas kesal, jam bolosnya sudah kelar. Padahal lumayan jika di gabung dengan jam istirahat yang hanya 20 menit.

"Monkey, gara-gara lo berdua sih. Pergi sanalah!" Umpat Bagas emosi, lalu pergi begitu saja meninggalkan kedua temannya yang cengo.

"Lu sih!"

"Ntut duluan ih!"

"Kok gue?"

"Woy Gas mau kemana?" Teriak Tuti berlari menyusul Bagas, Jali pun ikut menyusul dengan lari anggun.

"JEMPUT JODOH, SANA LO BERDUA PERGI!!"

"GAK. OGAH!" teriak Tuti di sela lariannya.

"JALI JUGA OGAH. TUTI KAYA JALU! "

"NGACA!" Terus saja, keduanya tidak mau mengalah.





Gimana? Seru gak?*
*Semoga suka yah🌷*
*Minta krisannya!* *jangan lupa juga tinggalkan jejak😍*

*#yangbacadapatpahala

The Majororet Queen [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang