Prolog

2.1K 181 9
                                    

"Ini foto Bunda dulu yah?" tanya gadis kecil berumur 8 tahun. Dia Freyana, nama lengkapnya Freyana Dollan. Gadis itu tengah duduk di pangkuan Kirana yang tidak lain adalah Bundanya sambil mengamati beberapa foto.

"Ini foto waktu Bunda masih SMA," jawab Kirana lembut.

"Bunda cantik banget. Ini pake baju apa? kok bawa tongkat sihir?" Kirana tertawa renyah mendengar celotehan anak kesayangannnya.

"Bukan tongkat sihir sayang. Dulu waktu SMA Bunda jadi Mayoret di Club Marching Band. Makanya Bunda pake baju kaya gini sama tongkat di foto ini." Kirana menjawab semua kebingungan anaknya dengan penuh kesabaran.

"Ish, Ana gak ngerti. Tapi nanti Ana pengen kaya Bunda jadi ini," ucap Freyana sambil menunjuk-nunjuk foto yang di pegangnya. Mendengar itu Kirana memeluk Freyana gemas.

"Makanya Ana harus bela---"

"Freyana!!" Tiba-tiba suara bariton mengalihkan pembicaraan mereka.

"AYAHHH!!" Freyana berlari riang ke arah Martin ayahnya, lalu memeluknya erat.

"Ana rindu Ayah," keluh Freyana. Mendengar itu Martin menyerbu wajah buah hatinya dengan kecupan. Sementara Kirana menatap Ayah dan Anak itu dengan senyuman manis.

"Ayah punya hadiah. Mau gak?"

"Mau dong."

"Laras sini!!" Tiba-tiba saja datang perempuan cantik yang di panggil Martin. Freyana dan Kirana menatapnya bingung.

"Itu mamah baru kamu." Mendengar itu Freyana melepaskan pelukan Martin dan menatap Sang Bunda.

"Mas!!" Kirana menatap Martin tidak percaya.

"Tidak usah pura-pura. Freyana sudah besar, dia berhak tau," ucap Martin dingin.

"Aku udah punya Bunda. Gak butuh mamah baru!" Setelah mengatakan itu Freyana berlari ke arah Kirana yang sudah berlinang air mata.

"Kamu tega mas," ucap Kirana tidak menyangka.

"Aku sudah muak. Apa yang harus di banggain dari kamu? Kamu cuma wanita sakit-sakitan." Freyana merasa lelaki yang ada di hadapannya ini bukan Ayahnya yang lembut dan penyayang biasanya.

"Dasar laki-laki egois kamu," ucap Kirana murka. Dia memeluk Freyana yang tengah ketakutan.

"Surat cerai sudah aku urus, Freyana akan bersama ku dan Laras." Mendengar itu Kirana semakin mengeratkan pelukannya. Dia menatap Freyana sedih.

"Gak, Ana mau sama Bunda." Dengan penuh emosi Martin manarik kuat Freyana yang tengah memeluk Kirana.

"GAK AYAH. ANA PENGEN SAMA BUNDA," teriak Freyana dengan penuh tangisan.

"Mas jangan!" Cegah Kirana putus asa, namun Martin tetap menyeret paksa Freyana. Tiba-tiba Kirana memegang dadanya yang terasa sakit.

"BUNDA. AYAH BUNDA!!." Histeris Freyana yang melihat wajah Kirana pucat dan jatuh pingsan tiba-tiba. Melihat itu Laras memeriksa keadaan Kirana, lalu menatap Freyana bersalah.

"Bunda mu meninggal." Freyana menggeleng-gelengkan kepala tanda tidak percaya. Dia melepas tangan Martin kasar dan berlari ke arah Kirana.

"GAK MUNGKIN. BUNDA!!" Freyana meraung-raung memanggil Kirana berharap bisa membuka matanya.

"Sudah Ana!" ucap Martin menyadarkan anaknya. Freyana menatap Martin dan Laras benci, dia menepis kasar tangan Ayahnya jijik.

"Ayah jahat. Ana benci Ayah," ucap Freyana dengan tangis sesegukan. Martin menatap Laras penuh permohonan. Seakan mengerti, Laras menggendong Freyana paksa karena tidak mau berpisah dari jasad Kirana.

"BUNDA... BUNDA..." raungan Freyana menggema tidak henti-hentinya.

Bunga telah layu, tidak ada harapan lagi untuk hidup. Freyana akan tetap mengingat hari ini. Dia tidak rela Bundanya meninggal dengan cara yang membuatnya muak. Kepercayaan terhadap Ayahnya telah hilang. Dia bertekad akan membalas rasa sakit yang Bundanya rasakan.

______________________________________

Sampurasun Akang Teteh!!

Gimana perasaannya setelah baca prolog cerita ku? Maaf yah kalau banyak typo dimana-mana dan semoga suka. Setelah baca jangan lupa vote and comen.

The Majororet Queen [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang