"Kenapa gak bilang dari awal kalo Eka gak mati?! Kan gue malu." Freyana memalingkan muka."Meninggal Frey!" Peringat Bagas. Freyana mencebik.
Bagas terkekeh melihatnya. Lelaki itu merasa mimpi bisa bicara dengan pujaan hatinya, berdua lagi. Lama-lama bisa gila, rutuk Bagas kesemsem senang.
Freyana menatap hamparan rumput hijau di taman Rumah Sakit dengan senyuman tertahan. Hatinya terasa lapang, kepalanya juga ringan. Dua hari di rawat, dan dua hari pula menenangkan diri, baru kali ini dia merasa lega.
Gadis itu lalu menatap Bagas dengan senyuman.
Bagas kicep. Raganya masih di alam bawah sadar, Freyana tersenyum? Pada dirinya?
Bruk.
Bagas menepuk sisi kursi taman dengan girang.
"Genziehhh..." ucap Bagas berteriak sambil berdiri. Semua pasang mata menatapnya heran.
Krik ... Krik ....
Bagas merasa malu. Apa-apaan sih gue?
"Kenapa?" tanya Freyana heran. "Gak." Itu saja sebagai jawaban Bagas, lalu mengontrolkan mukanya se-cool mungkin. Jaga image dong.
Freyana mengerucut tidak suka. Lalu termenung, memikirkan kerjadia dua hari yang lalu.
"Aku pindah," ucap Eka lemah. Entah mimik mukanya bagaimana, karena saat ini Freyana dan Eka sedang melakukan via telepon.
"Kenapa? Jangan kaya gini! Gue janji, bakal perbaikin semuanya, gue juga bakal bersihin nama lo." Freyana cemas bukan main. Rasa bersalah kian menjadi.
"Makasih. Tapi keputusan ku udah bulat, salam ke Bagas, mungkin dua mingguan lagi aku pindah ke Singapura." Freyana makin terkejut.
"Jauh banget. Plis, tolong jangan bikin gue makin bersalah! Apa karena Om lo?" tanya Freyana dengan sungkan, takut menyinggung.
"Gak. Kemauan aku sendiri kok, Om Danu tetep di Indonesia. Aku cuman pengen buka lembaran baru, pengen ngerasain suasana baru. Mungkin kesannya lari dari masalah ya? Haha... gak perlu di perbaiki juga gak papa kok Frey, jangan terlalu merasa bersalah. Kita sama-sama salah. Mending, lupain semuanya." Suara Eka memang terkesan ceria, tapi Freyana bukan orang budek. Suara itu bergetar.
Freyana menganggukan kepalanya sambil menangis. Mungkin ini waktunya untuk berubah.
"Sekali lagi maaf!"
"Lo gak sedih?" tanya Freyana menatap Bagas serius. Yang di tatap mengernyit.
"Karena?"
Freyana menghembuskan napas. "Eka kan mau pindah." Mendengarnya Bagas kembali murung. Dua hari ini lelaki itu berusaha menerima semuanya, dan berusaha baik-baik saja.
Kepergian Eka, merasa perginya sosok adik untuk yang kedua kalinya.
"Mau bilang sedih juga, harus berusaha buat gak sedih. Pasti ada alasannya Eka pindah." Bagas memaksakan senyum.
Jujur Bagas terkejut mendengar penuturan Eka yang tiba-tiba. Rasanya ingin sekali menghampiri Eka dan bicara empat mata dengannya. Namun dengan kekeh Eka menolak, seakan menghindari Bagas.
Beribu alasan Eka menenangkan Bagas yang gelisah. Bagaimana tidak gelisah, lelaki itu ingin tau kondisi Eka, apakah baik-baik saja atau tidak? lalu hubungan dengan Danu bagaimana?
Eka berusaha meyakinkan. Okey. Mungkin, Bagas hanya bisa berdo'a semoga kebaikan selalu berpihak dengan wanita itu.
"Gue bingung." Lamunan Bagas buyar memdengar celetukan di sampingnya. Dia menatap Freyana intens, ingin tau alasan gadis itu bingung.
Seakan mengerti," entah harus seneng atau enggak sama terjadinya kejadian ini."
"Senengnya, hubungan gue sama Eka, Ayah, Ibu Laras, dan lo mungkin... membaik." Freyana menghirup.
"Gak senengnya--- semua orang menderita, sampe nama sekolah pun pasti sekarang kacau."
"Gue jahat yah?" tanya Freyana lesu.
Bagas tersenyum. "Maksud lo tuh baik. Mungkin, caranya kurang tepat. Gak papa, kita ambil yang baiknya aja. Masalah lain yang belum kelar, kita bisa perbaiki kembali."
Senyum Bagas sangat menenangkan.
"Udah-udah! kita jadikan kejadian ini sebagai kenangan yang tidak boleh terulang." Freyana mengangguk setuju.
Gue harus perbaiki semuanya, batin Freyana penuh ambisi.
__________________________
Kembali lagiii!!!!
Udah kebaca banget menuju end pemirsa😂
Tunggu terus kelanjutannya ya!!!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
The Majororet Queen [End]✓
Fiksi RemajaManja, egois, galak, sombong itulah seorang Freyana Dollan. Si Ratu Mayoret sekolah yang sangat di gilai kaum adam karena paras cantik dan badan modisnya. Dia hidup semaunya dan tak boleh ada yang menentangnya. Namun karena ulah bodohnya, papahnya b...