"Ada apa?"
Freyana dan Bagas tidak bisa berkutit sama sekali. Mereka berdua menatap orang di depannya tanpa berkedip.
"L--lo!"tuduh Freyana gugup. Eka menaikan sebelah alisnya heran.
"Kalian mau tetep di depan pintu?"
Bagas dan Freyana tersadar. Lalu masuk ke dalam rumah megah.
"Kaya orang asing," celetuk Bagas. Freyana melirik Eka yang tampak kalem tidak terpengaruh oleh celetukan Bagas.
"Kalian ada keperluan apa?"
Freyana menghembuskan napasnya kasar. "Lo yakin mau pindah?"
Eka melirik Bagas yang tampak biasa aja. Jujur, dia gugup jika berhadapan dengan lelaki itu.
"Iya."
Bagas menatap Eka hampa. Ada yang hilang dalam dirinya.
"Gue mau minta bantuan sama lo!" ucap Freyana gugup.
"Apa?" Jujur saja, Freyana tidak nyaman dengan sikap Eka yang kalem sekarang.
"Sekolah di ancam bakal di tutup setelah kejadian yang menimpa kita,"
Ada aura terkejut pada diri Eka.
"G--gue nyesel. Gue nyesel dulu pernah lawan Om lo, kalo aja dulu gue gak sok-soan jadi pahlawan, mungkin masalah kita udah kelar."
Eka menggelengkan kepalanya tidak setuju.
"Tindakan kamu udah bener. Please, lupain semuanya! Malahan aku bersyukur, kalo kamu gak bertindak gitu, mungkin sampai sekarang, aku gak akan pernah hidup tenang" Eka melirik Bagas canggung.
"Gue minta bantuan sama lo. Para pihak berwajib minta kejelasan tentang kasus ini. Tapi, itu eumm---"
"Bukannya gak mau," potong Eka mengerti.
"Om Danu larang aku. Dia gak mau aku kacau lagi kaya kemarin-kemarin,"
Kacau
Freyana makin di limuti rasa bersalah. "Maaf."
Eka tersenyum kecil. "Aku bakal usahain, tenang aja!"
Freyana tersenyum senang.
"Gue pengen bicara empat mata sama lo!" Suara Bagas yang dingin, merubah suasana jadi mencekam. Eka tidak menolak ataupun mengiyakan, dia hanya berdiri menatap Bagas. Mereka berdua seolah berbicara melalui tatapan itu.
***
"Gue cowok tolol yang gak peka."
Eka hanya mendengarkan saja tanpa membalas.
"Maaf, gue gak bisa ada disisi lo pas lo berada di titik terendah!"
Rasanya dada Eka sangat sesak. Dia menatap mata Bagas dalam. Lalu menghambur ke pelukan Bagas.
Hangat.
"Maaf. Perasaanku malah menghancurkan pertemanan kita,"
Bagas menggeleng.
"Tenang aja. Aku bakal berusaha nyingkirin perasaan ini, kejar aja cinta kamu!"
Bagas tidak bisa berkata-kata. Dia memeluk erat perempuan kurus ini.
***
"Mau ngemis?"
Freyana bungkam. Ingin rasanya mencabik lelaki berumur di hadapannya ini. Namun apa daya.
"Dulu saya dengan senang hati, menutup kasus itu tanpa minta pamrih sedikitpun. Sekarang gimana? Kamu pikir saya mau?"
Freyana berusaha sabar. Tanpa dia duga, tangannya dengan tangan Bagas yang ada di sampingnya, saling menggenggam. Menguatkan.
"Tapi, cara penyelesaian yang Om lakukan salah," ucap Bagas berusaha mengontrolkan emosinya.
"Emang buat rugi kamu?"
Tangan Bagas mengepal erat. Freyana mengeratkan genggaman tangannya dengan Bagas.
"Om!" panggil Eka memelas. Danu menatap Eka lembut, beda saat menatap Bagas dan Freyana.
"Ini sudah ke putuskan ku. Kamu diam jangan ikut campur!"
Eka menggeleng.
"Ini demi aku!" ucap Eka penuh penekanan. Danu bungkam, kentara sekali sedang berpikir.
"Jika saya bantu, kalian akan kasih saya imbalan apa?"
"OM!"
Bentakan Eka hiraukan. Danu hanya tersenyum remeh sambil menatap dua pasangan di depannya.
Rasanya dejavu bagi Freyana. Dulu dia pernah meremehkan Danu, sekarang dirinya yang berada di posisi lelaki itu.
Dasar.
____________________________
Tunggu terus kelanjutannya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Majororet Queen [End]✓
Fiksi RemajaManja, egois, galak, sombong itulah seorang Freyana Dollan. Si Ratu Mayoret sekolah yang sangat di gilai kaum adam karena paras cantik dan badan modisnya. Dia hidup semaunya dan tak boleh ada yang menentangnya. Namun karena ulah bodohnya, papahnya b...