Melodi 12

263 35 2
                                    

Disisi lain Yoongi ia pergi dari tempat kerja nya setelah mendapat izin dari atasan nya.

Kini ia berada di tepi sungai han menatap kosong dengan sebotol soda di tangan nya.

Ia memikirkan hari hari kemarin. Yoongi pun tersadar dari lamunan nya saat ada yang menepuk nya.

Ia berbalik untuk melihat siapa yang menepuk bahu nya itu. Pria tinggi dengan kacamata yang bertengger di mata nya.

"Hai, aku melihat mu dari kejauhan sejak 15 menit yang lalu. Sepertinya kau ada masalah."

"Hm, begitulah. Hidup ini rumit."

Seseorang itupun duduk di samping Yoongi. Ia menghela nafasnya sambil melihat ke arah sungai yang sedang mengalir dengan tenang.

"Hidup seperti roda bukan? Kita akan selalu berada di atas juga di bawah. Untuk memulai hidup baru pun kita harus menghadapi masalah terlebih dahulu."

Yoongi mengangguk setuju oleh ucapan pemuda di samping nya.

"Jika kau ada masalah hadapi lah jangan mencoba berlari dari nya. Aku pergi dulu teman ku sudah menunggu ku."

Pemuda itu pun pergi Yoongi hanya memandangi nya. Pemuda itu benar Yoongi memang harus melalui nya dengan cara berhadapan dengan masalah nya.

Namun ia masih belum siap untuk bertemu ayah nya itu. Yoongi pun berdiri dari sana berniat untuk pergi kembali ke kantor nya.

•♫•♬• 𝕒 𝕡𝕚𝕒𝕟𝕚𝕤𝕥'𝕤 𝕞𝕖𝕝𝕠𝕕𝕪 •♫•♬•

Haseok kini telah membawa Jimin ke dalam apartemen nya. Ia membaringkan Jimin dengan hati hati di kamar nya.

Ia mengambil air kompresan dan mengompres Jimin. Hoseok dengan telaten mengompres Jimin. Sesekali ia mengganti nya dengan handuk baru.

Ini pertama kali nya ia melihat seseorang sakit. Sebelumnya ia berkenelan dengan siapapun jika mereka sakit pasti tidak seoarah ini.

"Eunghhh"

Lenguhan keluar dari dua belah bibir Jimin. Hoseok langsung melihat ke arah Jimin tersenyum.

"Makan ya. Sudah Kakak buatin bubur nih. Kamu belum makan dari tadi pagi."

"Biar Jimin makan sendiri aja ya. Kakak juga harus makan. Siniin."

Jimin mengambil mangkuk bubur itu lalu ia melahap nya dan menikmati makanan itu agar Hoseok tidak khawatir.

Hoseok memperhatikan Jimin yang makan dengan lahap. Sesekali ia memberi Jimin minum karena tersedak.

Jimin sendiri sudah habis makanan nya disaat suapan terakhir nya ia tersenyum pada Hoseok.

"sini nanti bekas nya Kakak cuci. Nih minum obat terus tidur besok gak usah sekolah dulu ok? Biar kamu cepet sehat."

"Iya Kak makasih ya."

"Hm, kakak kedapur dulu."

Jimin memegang obat pemberian Hoseok lalu ia menatap lamat obat itu. Ia menghela nafas nya lalu meminum nya dengan bantuan air yang ada di sebelahnya.

Haseok kini ia berada di dapur mencuci mangkuk bekas makan Jimin.

Haseok terkejut baru saja kemarin Jimin dan Yoongi bertengkar kini Jimin sakit.

Apakah Jimin memang akan sakit saat bertengkar dengan Kakak nya? Ity fikiran Hoseok sekarang.

Hoseok benar benar harus menjaga Jimin lebih ketat karena ia tidak tau akan sampai kapan mereka bertengkar.

Hoseok menaruh mangkuk nya ke rak dan sendok ke tempat nya. Lalu ia mengambil lap dan mengeringkan tangan nya.

Hoseok berjalan ke arah ruang tengah mengambil ponsel nya untuk menelpon Yoongi.

"Hallo?" -Yoongi

"Kak Yoongi, kamu pulang hari ini? Jimin sakit." -Hoseok

"Gak." -Yoongi

Tutt..

Hoseok langsung menjauhkan ponsel nya dari telinga nya saat mendengar Yoongi mematikan secara sepihak.

Hoseok melihat ke arah kamar Jimin, lalu ia berjalan ke arah nya. Dan di lihat nya Jimin tertidur cukup pulas.

Hoseok pun pergi dari apart nya meninggalkan ponsel nya. Entah ia mau kemana hanya ia dan tuhan yang tahu.

•♫•♬• 𝕒 𝕡𝕚𝕒𝕟𝕚𝕤𝕥'𝕤 𝕞𝕖𝕝𝕠𝕕𝕪 •♫•♬•

Disinilah Hoseok di taman yang sepi. Ia selalu kesana saat ia merasa sedih dan harus melepaskan beban.

Ia juga ingat saat dulu ia masih kecil ia selalu kesini sebagai hadiah kecil untuk ulang tahun nya.

Tidak ada yang tau taman ini karena ia juga merasa taman ink sudah tua. Hoseok duduk di salah satu bangku favorite nya lalu menunduk sambil melihat ke arah sepatunya.

'Tuhan, apakah ini cobaan? Mengapa sangat mendadak? Bukan kah ini semua mengejutkan? Tuhan, aku harap Kak Yoongi dan Jimin bisa menerima kembali ayah mereka.' -Batin Hoseok

Ia menengadah ke atas melihat air hujan bercucuran seperti tahu bahwa kini ia juga sedang kebingungan antara permasalahan Yoongi dan Jimin.

•♫•♬• 𝕒 𝕡𝕚𝕒𝕟𝕚𝕤𝕥'𝕤 𝕞𝕖𝕝𝕠𝕕𝕪 •♫•♬•

Jimin ia terbangun saat Hujan deras mengguyur. Ia tau bahwa ia sendiri. Jimin melepas alat bantu dengar nya lalu menaruh nya jauh dari jangkauan nya.

Jimin melihat ke atas langit menatap bagaimana hujan turun ke bumi. Jimin mengingat hari kemarin ia bertengkar dengan Yoongi.

Jimin membuka jendela nya. Lalu mengeluarkan tangan nya. Membiarkan air hujan membasahi tangan nya.

"Kak Yoongi, dulu saat kita bertengkar Kakak pasti akan pergi ke luar. Dan selalu turun hujan, seolah olah langit mengerti bahwa kita berada di dalam masalah. Sekarang Kakak kemana?" -Jimin

•♫•♬• 𝕒 𝕡𝕚𝕒𝕟𝕚𝕤𝕥'𝕤 𝕞𝕖𝕝𝕠𝕕𝕪 •♫•♬•

Yoongi ia berada di tepi sungai menikmati air dingin deras nya huja serta telinga nya mendengarkan rintik air yang jatuh.

Yoongi dengan refleks mengangkat tangan nya ke paha nya dan menggerakan jari lentik nya seperti bermain piano.

"Jim, andai kau tahu saat dulu kau kecil kau di tinggal Papa dan Mama. Aku membawa mu pergi dan hidup berdua. Jim ingin aku memeluk mu saat aku tau kau sakit. Namun rasa ego ku terlalu tinggi. Buat kali ini aku menitipkan mu kepada Hoseok. Tuhan jaga dia untuk ku." -Yoongi

Yoongi tetap me mainkan jemari lentik nya. Semakin ia gerakan semakin deras pula hujan mengalir.

Seolah olah Yoongi yang menggerakkan semua nya. Cukup ia sudah sakit hati saat ia tahu bahwa seseorang yang harus nya di hormati kembali membawa luka.

Kali ini biarkan Yoongi, Hoseok, dan Jimin yang tahu ke mana harus nya mereka melangkah.

•♫•♬• 𝕒 𝕡𝕚𝕒𝕟𝕚𝕤𝕥'𝕤 𝕞𝕖𝕝𝕠𝕕𝕪 •♫•♬•

A Pianist's MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang