Melodi 17

217 26 2
                                    

Aku gak tau ini bakal tamat di sini atau tidak (?) Tapi aku akan meluapkan segala nya di Chap ini. Sorry kalau mungkin sedikit panjang.

Jam sekarang sudah berdenting di angka lima. Yang artinya, acara akan segera di mulai. Jimin sudah duduk di atas kursi yang berhadapan langsung dengan piano nya itu. Seokjin dan Namjoon sedang bersama Jimin untuk menenangkan anak itu yang sedari tadi terlihat gelisah karena takut. Taehyung dan Jungkook sedang menunggu Haseok, Yoongi dan Tn. Min datang, mereka duduk di kursi yang sudah disediakan disana.

Puk

Seokjin menepuk bahu Jimin dengan lembut, ia pun menatap Jimin sambil menampilkan senyuman manis nya itu.
"Jangan di pendam. Keluarkan semuanya saat kau bermain." Ujar Seokjin.

Tidak ada selang lama Namjoon memperlihatkan ponselnya kepada Seokjin bahwa ketiga orang yang ditunggu sudah tiba. Seokjin dan Namjoon memeluk Jimin sebentar lalu pergi dari sana untuk ke kursi penonton.

Jimin menatap gelisah tuts nya, tapi jika ia tidak memainkan nya tirai itu tidak akan terbuka. Jimin pun menghela nafas nya dan menempelkan jarinya pada tuts hitam dan putihnya.

Lantunan lagu yang terdengar indah pun menghipnotis mereka semua. Jimin benar-benar mengeluarkan kekesalan, sedih, marah, bahagia nya menjadi satu. Sampai dimana terdengar suara Jimin menyanyikan lagu yang sudah disiapkan sedari lama.

Ini bukanlah kebetulan
Hanya saja perasaanku

Semuanya berbeda dari kemarin
Hanya dari kebahagiaanmu

Saat kau memanggilku
Ku akan menjadi bunga mu

Jimin menatap kearah kursi penonton matanya terkunci saat meliat Kakak nya berada disana bersama dengan Papa nya. Jimin berhenti bernyanyi yang baru saja ia mulai, ia mengeluarkan air matanya karena melihat kedua orang yang ia rindukan berada disana. Jimin pun menengadah dan kembali melihat tuts pianonya.

Ku berdebar dan aku takut..
Takdir yang akan cemburu kepada kita(?)

Bagi Jimin hidup adalah piano.

Semesta ini berputar untuk kita
Tanpa ada kesalahan sedikitpun
Seharusnya kita ini memang bahagia(?)
Karena kau mencintaiku dan aku mencintai mu

Mengapa? Karena hidup seperti tuts. Ada putih dan ada hitam. Putih yang bahagia dan hitam yang suram. Semuanya menjadi acak. Jika piano hanya memiliki salah satu warna saja maka nada nya tidak akan seimbang, begitupun kehidupan. Kita harus merasakan manis dan pahit nya hidup.

Jimin tidak melanjutkan lagunya, ia berhenti disana membuat semua orang menatap heran. Jimin berlari dan menghampiri Yoongi, menerjang Yoongi hingga hampir terjatuh kebelakang. Yoongi yang mendapat pelukan mendadak pun langsung memeluk Jimin balik.

"Gak usah cengeng. Malu diliatin Papa sama temen lu." Ini pertama kalinya Yoongi tidak berbicara seperti dulu. Jimin tidak peduli ia tetap menangis meski tidak terseguk.

"J-jimin... Jimin rindu Kak Yoongi, Kak Yoongi kemana aja? Kenapa gak bawa Jimin pergi? Jimin mau sama Kak Yoongi.." Yoongi menghela nafasnya lalu ia menatap sang Papa nya untuk menjelaskan semuanya.

"Kita masuk dulu, angin nya semakin gak enak. Papa bakal jelasin semuanya." Tn. Min akhirnya menggusur ketujuh pria yang ada disana untuk masuk ke Apart nya Haseok.

•♫•♬• 𝕒 𝕡𝕚𝕒𝕟𝕚𝕤𝕥'𝕤 𝕞𝕖𝕝𝕠𝕕𝕪 •♫•♬•

"Bisa dimulai?" Tanya Tn. Min bersiap menjelaskan semua nya. Mereka bertujuh pun mengangguk meski kelima dari mereka tidak ada sangkut pautnya, tetapi mereka juga kepo.

"Semuanya dimulai sejak Jimin kecil. Saya sangat ingat sekali saat Mama kalian bersikeras meminta cerai dengan saya. Saya terpaksa meninggalkan kalian di panti dan saya menyuruh Ayah Jungkook untuk mengikuti kalian. Setiap harinya saya kirim kalian uang lewat Ibu Panti disana. Sampai kalian dewasa aku berhenti memberikan kalian uang karena kalian yang kabur dari panti tersebut. Kalian ke Seoul dan saya merasa senang karena akhirnya kita berada di kota yang sama. Tapi

Tn. Min menghela nafasnya sebentar dan kembali melanjutkan ceritanya yang belum sepenuhnya selesai.

Tapi saat itu Tn. Jeon kehilangan jejak kalian. Sampai akhirnya, saya mendengar bahwa kalian satu sekolah bersama Jungkook. Saya senang karena semakin dekat dengan kalian. Dan saya melihat saat Jimin ingin bekerja di cafe saya, saya menemukan selembar foto ini. Ini foto terakhir sebelum akhirnya Mama kalian meminta cerai. Yoongi sangat marah saat itu pada saya. Saya sangat merasa bersalah karena merusak hubungan kalian berdua, saya tidak berharap banyak untuk meminta kalian tinggal dengan saya. Tapi saya harap kalian bisa memaafkan saya, saya minta maaf karena meninggalkan kalian." Tn. Min menyodorkan foto tersebut dan Yoongi mengambilnya. Yoongi sudah terlalu lelah tuk menangis sekarang.

Yoongi berdiri membuat semua orang menatap heran, ia pun berjalan dan memeluk Papa nya sambil menepuk bahu pria tersebut. "Bawa aku dan Jimin tinggal. Ajak Haseok karena ia seperti saudara ku. Aku minta maaf karena marah pada Papa saat itu. Saat itu aku benar-benar frustasi karena Jimin baru saja menginjak kota ini dan mendapat masalah."

Tn. Min yang mendengar nya pun memeluk Yoongi, lalu ia merentangkan tangan nya memberi isyarag untuk Jimin, agar ia mendekat padanya. Jimin pun mendekat dan memeluk Tn. Min bersama Yoongi. Ia bahagia sekali karena keluarga nya kembali tambah dengan ia bertemu sang Papa yang ia rindukan selama ini.

Haseok dan yang lain menatap mereka dengan tatapan haru. Namun Seokjin menatap Haseok dengan lembut, ia tau Haseok pun ingin merasakan pelukan tersebut. "Kemari lah Haseok." Ujar Seokjin sambil merentangkan tangan nya. Haseok pun mendekat dan memeluk Seokjin. Tak apa untuk merindukan ia paham sekali dengan takdir yang membawanya saat ini. Ia sudah cukup bahagia sekarang, dan sampai kapanpun semua orang yang di cerita ini akan bahagia.

Buku pun tertutup sempurna dan ditinggalkan di atas kursi sang pemilik, ia berlari keluar untuk pergi bermain bersama teman-teman nya itu. Dan cerita ini pun selesai.

•♫•♬• 𝕒 𝕡𝕚𝕒𝕟𝕚𝕤𝕥'𝕤 𝕞𝕖𝕝𝕠𝕕𝕪 •♫•♬•

😉😉😉💕

A Pianist's MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang